21. Shaka dan sakitnya

436 68 11
                                    

"Gue takut tiba-tiba mati dan ninggalin kalian." -Shaka

⏳⏳⏳

Di kediaman Umbara terasa semakin sepi. Bi Reni yang biasanya setiap hari ada Zayyan yang ia ajak bicara pun, jadi merasa kehilangan. Sejak kecil, ia merawat anak itu. Bagaimana tangisan dan kesedihan Zayyan selalu menjadi tontonannya setiap hari. Sekarang, anak itu tidak ada lagi di rumah ini.

Bagas yang biasanya gila kerja dan selalu di kantor, sekarang memutuskan untuk bekerja dari rumah. Entah apa yang pria itu pikirkan. Biasanya, masih di kantor pun dengan lancangnya Zayyan datang dan mengganggunya. Apalagi saat di rumah. Anak itu selalu berhasil membuatnya kesal dan emosi karena tingkahnya yang menyebalkan.

Tapi sekarang, semuanya sudah menghilang. Tidak ada lagi yang mengganggu ketenangannya. Bukannya senang, hal ini justru membuatnya gelisah. Seperti ia kehilangan sesuatu hal yang berharga.

"Bang?" Pria itu menoleh saat Bian memanggilnya.

"Zayyan nggak mau pulang. Bhima juga udah ngajak tadi anaknya kekeuh nggak mau."

Bagas mengangguk saja. Sudah ia duga setelahnya akan semakin rumit. Hidup dan tinggal di rumah Jerry, pasti membuat Zayyan nyaman dan merasa terlindungi. Tidak ada luka fisik maupun batin lagi yang akan anak itu alami.

"Biarkan dulu. Nanti kita coba buat bujuk lagi."

Bian mengangguk dan mengedarkan pandangan ke ruangan kerja itu. "Papa ke kantor?"

"Iya, tadi ada meeting dadakan."

Bian berjalan dan duduk di sofa. Kemudian merebahkan tubuhnya di sana. "Kalau Zayyan udah nggak mau sama kita lagi gimana, Bang?" tanya Bian sambil melihat Bagas yang tengah serius dengan pekerjaannya.

"Pasti mau."

"Kita udah bikin mental dia keganggu."

Bagas hanya bisa diam. Kenyataan yang memang sangat sulit ia akui adalah membuat Zayyan trauma. Di antar keluarganya yang lain, memang pria itu yang paling melukai Zayyan. Baik fisik maupun batin semuanya dia berikan.

"Kamu dekati terus di sekolah."

Bian menoleh cepat. "Baru nongol aja dianya kabur. Nggak mau diajak bicara sama sekali."

"Coba terus seperti yang dilakukan Zayyan sebelumnya."

***

"Kanker?"

"Apaan?" Leon yang melihat Zayyan seperti orang linglung itu mulai mendekat. Melihat kertas yang Zayyan pegang. Matanya reflek melebar membaca setiap tulisan yang tertera di sana.

"Bilang ke gue ini becanda?"

"Apa yang becanda?" Shaka datang meletakkan nampan berisi air dan cemilan di atas meja. Menatap teman-temannya dengan bingung.

Sedangkan Zayyan melemparkan kertas itu pada Shaka dengan wajah yang sudah memerah menahan amarah. "Jelasin!"

Shaka dengan segala ketenangannya, mengambil kertas yang sempat Zayyan lempar tadi. "Oh ini. Ya gitu seperti yang kalian baca."

Leon menatap Shaka tak percaya. Bagaimana bisa cowok itu bersikap biasa saja? "Kenapa lo nggak cerita sama kita? Ini kanker anjing bukan penyakit flu ataupun demam biasa."

"Ya mau gimana lagi?"

"Udah seberapa jauh?" Zayyan masih berusaha tenang.

"Stadium 2. Masih bis--"

Zayyan's Different Life ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang