"Saat Tuhan memberikan satu cobaan yang berat, saat itulah Tuhan tahu kamu kuat."
⏳⏳⏳
Setelah kejadian malam itu, Zayyan tetap bersikap biasa dan seperti yang ia ucapkan sebelumnya, tidak ada lagi Zayyan si pencari perhatian. Cowok itu menghindari interaksi dengan keluarganya. Bahkan, setiap pagi dia akan berangkat sekolah lebih awal agar tidak berpapasan dengan siapapun di rumah itu.
Seperti pagi ini masih cukup gelap, Zayyan sudah siap dengan seragam sekolah. Biasanya, ia akan meminta Bi Reni untuk dibuatkan bekal makanan. Tapi wanita itu sekarang sedang pulang kampung. Jadi, Zayyan benar-benar sendiri di rumah itu. Tidak ada yang bisa dimintai bantuan. Mungkin bisa para pelayan lain, tapi rasanya berbeda. Zayyan hanya nyaman dengan Bi Reni.
Cowok itu berjalan di trotoar sambil sesekali bersenandung kecil. Pagi ini udaranya terasa sangat sejuk dan menyenangkan.
"Kalau bebas kayanya enak deh." Zayyan berjalan sambil memikirkan kehidupannya yang agak lein. "apa gue keluar aja dari rumah itu?"
Tentang perkataannya waktu itu saat Zayyan bilang bahwa om-nya mau datang, itu benar. Tiba-tiba hari itu Zayyan mendapatkan sebuah telepon dari nomor asing. Dari dulu Zayyan memang tidak pernah menyimpan nomor om-nya.
Mari kita perkenalan dulu namanya Jeryco Asraf Umbara, kakak dari Regi-- papanya Zayyan. Memiliki satu anak laki-laki bernama Atha Farsa Umbara. Dan seperti diceritakan di chapter sebelumnya, istri Jery sudah meninggal, dan itu karena kecelakaan tunggal. Bukan karena Zayyan, ingat!
Atha selalu menginginkan Zayyan untuk tinggal bersamanya karena Atha memang sangat menginginkan seorang adek. Dia tahu, jika Zayyan selalu disakiti oleh keluarganya dan ia tak rela jika adek kecilnya itu semakin tersiksa. Apalagi saat mendengar kabar bahwa Zayyan melakukan percobaan bunuh diri. Dia benar-benar marah.
"Kalau gue ikut mereka, pasti nggak bakal sakit lagi kan?" Zayyan bergumam sendiri sampai tidak menyadari ada seseorang yang sejak tadi berjalan di sampingnya sambil mendorong motor yang sengaja dimatikan mesinnya.
"Mereka siapa?"
"Ayam ayam!" Zayyan terlonjak kaget. Cowok itu menoleh cepat, dan sedikit mendongak melihat cowok jangkung di sampingnya. Bayangkan saja, ini masih sangat pagi. Zayyan kira hanya dirinya yang berangkat ke sekolah sepagi ini. Ternyata ada orang lain juga.
Devin terkekeh melihat ekspresi Zayyan yang lucu. "Lo gemes banget sih. Gue karungin mau?"
"Enak aja! Lo siapa? Nggak usah sok kenal deh." Zayyan berjalan lebih cepat, tapi Devin sama sekali tidak kesulitan untuk menyamai langkah Zayyan. Ingat, Devin tinggi.
"Masa lo lupa sama gue? Kan udah nggak amnesia lagi."
Zayyan mendengus dan kembali memelankan langkahnya. Cowok itu menoleh dengan kesal. "Mau apa? Mau nyalahin gue kaya temen lo yang lain?"
Devin tertawa pelan, matanya menyipit manis sekali. "Enggaklah. Gue tau kok waktu itu lo nggak salah."
"Kalau tau kenapa diem doang?"
"Karena mau lihat orang bego pada ribut," jawab Devin santai membuat Zayyan menggelengkan kepalanya takjub.
"Tapi gue sampe kena tonjok anjing!"
"Heh mulutnya bocil!" Devin menabok mulut Zayyan pelan. "Lo tuh nggak cocok ngomong kasar."
"Ck! Suka-suka gue lah."
"Iya deh. Ayok naik, berangkat bareng kita."
Zayyan tampak berpikir dan menggeleng. "Nggak mau ah. Ntar gue kena tonjok lagi berurusan sama kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayyan's Different Life ✓
Novela JuvenilKeluarga harmonis adalah impian setiap orang. Dan Zayyan sudah mendapatkannya. Zayyan Ruby Abraham namanya. Ia lahir dari keluarga yang sangat sempurna, pengertian, dan selalu membuatnya terus bersyukur. Sedangkan di lain tempat, Zayyan Ghifariel. T...