HAPPY READING!
"Tolong hargai selagi ada, dan sayangi selagi bisa."
⏳⏳⏳
Pagi ini Zayyan berniat untuk berangkat ke sekolah. Kemarin, Leon dan Shaka pulang tengah malam setelah bercerita sedikit tentang dirinya. Ternyata sekarang mereka sudah berada di pertengahan semester kelas sepuluh. Zayyan sempat kebingungan. Di raga sebelumnya, ia baru saja akan masuk SMA.
Demi menjawab semua rasa penasarannya, Zayyan menggunakan ponselnya untuk mencari informasi keluarganya di raga sebelumnya. Ia mencari tau sosmed ayah, bunda, bahkan Keano. Tapi nihil, Zayyan tidak bisa menemukannya. Ini sangat aneh. Padahal mereka bukannya sama-sama di Indonesia? Apakah dia terdampar di dunia lain?
Kalian bingung nggak? Sama, author juga bingung :)
Zayyan menuruni tangga dengan tenang. Langkah kakinya terdengar tidak membuat orang-orang yang sudah berada di ruang makan itu menoleh. Ada empat orang di sana. Regi papanya, Bagas, dan juga dua abang kembarnya. Mereka sudah memulai sarapan tanpa menghiraukan kedatangan Zayyan.
Dan Zayyan pun hanya menatap keluarganya itu datar. Ia langsung melewati meja makan menuju dapur.
"Bi, bekal yang Zayyan minta sudah jadi?"
"Ohh sudah ini." Bi Reni memberikan kotak bekal yang memang Zayyan minta semalam. Ia paham bahwa keluarganya itu selalu tidak suka saat melihat Zayyan makan bersama. Tapi bodohnya Zayyan dulu yang selalu memaksakan diri untuk tetap bergabung. Sekarang tidak lagi, dia akan benar-benar jaga jarak dari keluarganya.
"Makasih bi. Zayyan berangkat dulu." Zayyan manyalimi tangan Bi Reni hingga membuat wanita itu sedikit kaget. Namun selanjutnya tersenyum tulus. Semua interaksi itu tak luput dari pandangan seseorang di sana.
"Iya, yang semangat belajarnya. Kalau capek istirahat."
"Oke!"
Zayyan benar-benar langsung melangkah pergi tanpa melirik sedikitpun meja makan yang terisi keluarganya. Membuat mereka sedikit heran.
"Dasar tidak punya sopan santun!" Regi menatap tajam punggung Zayyan yang mulai menjauh.
Bagas, kakak pertama Zayyan juga melakukan hal yang sama. Pandangannya menajam menatap adik bungsunya yang seolah tak melihatnya. Biasanya setiap pagi Zayyan akan menyapa dengan lantang meskipun tahu, akhirnya selalu terluka.
"Biarin lah pa. Lagian bagus kalau dia kaya gitu nggak berisik." Bian mengunyah makanannya dengan cepat. Dia tidak pernah peduli dengan adiknya itu. Tidak sudi.
Sedangkan Bhima? Seperti biasa hanya diam. Semua yang cowok itu lakukan memang susah ditebak. Bhima sangat pintar menyembunyikan ekspresinya. Beda dengan Bian, apa yang cowok itu rasakan, itulah yang akan semua orang lihat.
Jadi, apa yang Bhima pikirkan sekarang?
Di depan mansion, Zayyan sedang menunggu Leon. Semalam cowok itu memaksa untuk menjemputnya pergi ke sekolah bersama. Zayyan hanya pasrah dan mengangguk saja. Lagi pula, ia juga tidak punya kendaraan sendiri.
Hanya dua menit, deru suara motor terdengar. Leon berhenti di hadapan Zayyan mengintrupsi cowok itu untuk naik.
"Lo inget jalan ke sekolah kan?" tanya Leon sambil menyodorkan helm.
Zayyan mengangguk ragu. "Nggak terlalu jauh dari SD gue yang dulu kan?"
"Nah iya. Kalau agak lupa, sambil diingat-ingat aja. Gue jalanin motornya pelan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Zayyan's Different Life ✓
Teen FictionKeluarga harmonis adalah impian setiap orang. Dan Zayyan sudah mendapatkannya. Zayyan Ruby Abraham namanya. Ia lahir dari keluarga yang sangat sempurna, pengertian, dan selalu membuatnya terus bersyukur. Sedangkan di lain tempat, Zayyan Ghifariel. T...