19. Hei, Selamatkan Mereka

25 14 306
                                    

the more darkness
surrounding this endless hole,
the more loose your mind
as a whole.

the more darknesssurrounding this endless hole,the more loose your mindas a whole

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Bunuh aku.'

Pria berkacamata itu mengerutkan dahi. Dia mendongak, menatap seisi lantai satu yang kosong. Hanya ada Key dan monster di tengah-tengah lobby yang sedang mengamuk; menaikkan lengannya ke udara.

"Key?" Pria itu memanggil rekannya. Namun, yang dipanggil tidak menyahut. Dia berjalan mendekati Key yang sedang berdiri menghadap ke arah timur, menonton teman-teman yang tidak bisa dia lihat maupun dengar.

Ketika Andrew menepuk pundak Key, warna hitam dan putih memancar dari sumber tepukan pria tersebut; perlahan menyelimuti sekelilingnya. Semua yang dia lihat kini seolah keluar dari televisi jadul tanpa warna.

Semua yang dia lihat---Key dan monster di tengah lobby---pun berhenti bergerak.

"Bunuh aku!"

Secercah cahaya terpancar dari arah monster itu berdiri. Walau Andrew kebingungan dan sedikit terkejut, dia mencoba untuk keluar dari tempat persembunyian dan mendekati monster dengan tangan-tangan bola meriam itu.

Cahayanya berasal dari dada si monster yang kelihatannya seperti serangga-serangga hitam kecil berkumpul menjadi satu. Mata Andrew menyipit. Tangan kanannya tergerak, seolah berusaha untuk menggapai secercah cahaya yang ada di balik dada si monster.

Namun, sayangnya, tangannya tidak bisa menyentuh cahaya itu. Andrew berdecak, lalu mengganti tangan ke tangannya yang utuh. Ketika ujung-ujung jarinya menyentuh sebercak cahaya itu, sinarnya memancar terang, hampir membutakan mata.

"Bunuh aku!" Suara itu kembali terdengar, begitu ketakutan dan gemetaran, disela oleh isakan tangis yang menyayat hati.

Andrew mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan pandangannya dengan sekeliling. Di hadapannya, sosok yang familiar keluar dari dada si monster.

Kedua mata Andrew membelalak. "H-Hicchan?"

"Andrew ... Andrew-san?" Gadis itu berhenti menangis. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri, kepalanya menoleh ke dua arah yang sama. Hicchan, gadis berkacamata itu, seolah bergerak; hendak menjauh dari si monster. Namun, kelihatannya ada sesuatu yang menahan Hicchan untuk melakukan itu.

Bukankah kelihatannya tubuh Hicchan seolah menyatu dengan tubuh si monster?

Napas Andrew mulai terdengar memburu; panik. Bagaimana tidak, dia sedang melihat temannya yang lain menempel dengan tubuh monster yang ... yah, monster.

Where Do We Go? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang