38. Hei, Mundurlah

19 11 232
                                    

even if your heart hardened,
your soul will eventually falter.

even if your heart hardened,your soul will eventually falter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang barusan dia pikirkan?

Eris menarik rantai yang serat pada permukaan ujung tombak linggisnya dengan kuat, melepaskan rantai-rantai itu dan mengembalikannya kepada Riq.

"Ayo, ke atas," ajak Eris kemudian melangkah mendekati eskalator yang dinaungi oleh cairan-cairan ungu kehitaman dari monster yang telah mereka hadapi.

Sebelum rekan-rekannya yang lain membuntuti, Riq membuka suara. "Kenapa?"

Langkah mereka semua terhenti. Setiap orang kini menoleh ke arah Riq yang masih menggulung rantainya untuk disampirkan di pundak. Tatapan mereka sarat akan kebingungan, sementara Riq menatap balik dengan tatapan santai.

Eris tersenyum tipis. "Apanya yang kenapa, Riq imouto?"

"Kami semua sadar kok kalau Kak Eris kelihatan lebih diem dan agresif. Nah, kenapa? Kayak buru-buru banget ke lantai tiga," jawab Riq seraya mengedikkan bahunya.

Resti mengernyit. "Emangnya itu penting sekarang?"

"Iya, Seito enggak salah juga, lo, kalau frustrasi?" Hicchan menambahkan. "Lagian, orang mana yang enggak akan frustrasi?"

"They're right, Riq," Aldo bergabung dalam diskusi, "ini bukan masalah yang harus kita permasalahkan sekarang. In fact, ini bukan masalah. Kalau mau ngobrol, sambil jalan aja."

Mereka semua setuju dengan usul Aldo, tidak menganggap bahwa pertanyaan Riq masuk akal bahkan bukan sebuah masalah yang perlu dibesar-besarkan. Namun, Riq tetap terlihat gusar, sedikit kasar dan tidak tenang, bahkan sesekali melirik Eris yang memimpin jalan bersamaan dengan Karvin di depan.

Mereka melewati beberapa manusia yang mematung, perlahan berjalan ke lantai atas sambil mendengar sekeliling, berhati-hati dengan keberadaan monster.

"Bukannya aneh, ya, frustrasi tiba-tiba? Padahal tadi pas latihan biasa-biasa aja, tuh, masih haha-hihi," ujar Riq.

Karvin mengernyit. "Kenapa, emang? Maksudnya, aku enggak mikir itu masalah, sih. Kamu yang tiba-tiba nyebelin juga enggak aku permasalahin, 'kan?"

"Maksudnya?" sungut Riq.

"Udah," Rizal menengahi, "malah berantem. Jalan yang bener, temen-temen. Ini bukan saatnya kita adu mulut."

"Aku cuma aneh aja, kalian masih percaya sama Kak Eris," celetuk Riq.

Rav mengernyit. "Bentar, kamu aneh, deh. Emang kenapa kalau kita 'masih' percaya?"

Where Do We Go? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang