39. Hei, Mulai

21 12 415
                                    

in the end of time,
you'll meet the beginning of death
in the midst of darkness.

in the end of time,you'll meet the beginning of deathin the midst of darkness

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibrahim berdecak.

Pria tersebut mencoba untuk melepaskan jaring-jaring merah kehitam-hitaman yang menyangkut pada sepatu Vans-nya. Tidak kunjung berhasil, ia akhirnya memotong benda itu dengan ujung tombak buatannya.

Suara lolongan kesakitan terdengar; tidak terlalu jauh, tetapi tidak terlalu dekat. Perubahan jarak tersebut membuat mereka semua berhenti berjalan, lalu saling melempar pandang dengan ekspresi ketakutan.

Mereka telah berjalan cukup lama, menyusuri lorong ini sembari mencoba untuk tidak menghiraukan berpasang-pasang mata di atas ubun-ubun. Namun, sampai kapan mereka bisa menahan rasa tidak nyaman dan kengerian dalam dada?

"This is ridiculous," dengkus Rara. "Rara rasa, kita udah jalan cukup lama. Dan kita bahkan belum nyampe ke ujung?"

"Walaupun kita sampai di ujung," Ibrahim melakukan gerakan tendangan pada kakinya yang ditempeli jaring-jaring asing, "kita masih harus menghadapi makhluk yang daritadi teriak-teriak sakit dari jauh."

Tendangannya berhasil membuat jaring-jaring itu terputus, diikuti dengan lolongan lain yang sudah tidak lagi asing di telinga mereka.

Kali ini, suaranya terdengar begitu kencang, seolah berada tepat di hadapan mereka. Tentu, jarak suara itu membuat mereka semua mengernyit, menoleh ke segala arah seakan kehilangan jalan, tetapi tidak menemukan apa yang mereka cari.

Tidak ada monster di hadapan mereka.

Setidaknya, itu yang mereka kira.

Ibrahim tiba-tiba terhempas, membentur dinding yang mengelilingi mereka, seolah baru saja diserang oleh sesuatu. Mereka kembali menengok ke segala arah, mencari-cari apa yang membuat Ibrahim melayang ke belakang.

Korban kedua adalah RZ. Gadis itu melayang sesaat, lalu terlempar ke dinding yang sama tempat Ibrahim terbentur. Melihat kejanggalan tersebut, mereka semua panik. Sementara orang-orang lain berlarian ke sana kemari, menghindari sesuatu yang tidak ada di sana, Qila melepaskan penutup matanya kembali.

Dia mengeratkan genggaman pada tombaknya, membuat gerakan dahi seakan membelalakkan mata. Di hadapan mereka, pada pandangannya, terdapat monster yang berdiri tinggi. Monster itu hanya terbuat dari jaring-jaring, melilit sekujur tubuhnya.

Mata dan mulut monster itu terbuat dari sela-sela jaring yang tidak dapat menutup wajahnya dengan sempurna. Walau demikian, Qila bisa melihat jelas bahwa si monster tersenyum lebar.

Where Do We Go? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang