33. Hei, Putus Asa, Ya?

25 12 440
                                    

when the ashes is blown,
the light within
will be dimmed.

Andin berlari sekencang yang ia bisa, menarik atensi si monster boneka kayu hitam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andin berlari sekencang yang ia bisa, menarik atensi si monster boneka kayu hitam itu. Sang gadis menubruk Catris, memeluknya erat dan membiarkan tubuh mereka berguling-guling di ubin halaman mal.

Perempuan lincah itu berusaha untuk memberikan isyarat kepada Catris yang meronta karena panik, menyampaikan kepada wanita tersebut untuk tidak bergerak. Si monster yang berdiri di belakang Andin mendengus, memekik kecil sebelum akhirnya tersenyum.

Tangan kanannya terbelah, bergeliut, bergerinjul, kemudian kembali menyerupai tangan manusia normal. Telunjuk kanan monster itu tertuju kepada Resti yang menggenggam gergaji kayu ukuran sedang pada tangan.

"Jangan bergerak!" teriak Resti sambil menahan tangis. "Kalau kalian enggak gerak, monster ini cuma bisa lihat aku."

Suara lantang wanita bersurai hitam itu menggema ke seluruh telinga rekan-rekannya. Mereka mencoba sebisa mungkin untuk menyerupai manusia-manusia mematung yang ada di sekitar mal, sesekali melirik ke teman-teman lain yang ada di sekitar.

"Aku bisa bicara, enggak?" bisik Aldo yang berdiri menyerong di kiri Resti.

Resti tidak memberikan isyarat tubuh apa pun, pandangannya masih tertuju kepada monster yang tersenyum dan melompat-lompat kegirangan.

"Enggak tahu, ya," gumam Aldo. "Screw it."

Pria itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu berteriak dari dada untuk menarik atensi teman-teman mereka yang ada di halaman mal. Ketika gelombang suaranya berhenti bergetar, monster itu masih menatap Resti sambil bergumam tidak jelas.

Aldo paham bahwa si monster ternyata tidak bisa melihat gerakan tubuh ketika mereka tidak bergerak. Pikirnya, apabila mereka tetap di tempat dan tidak memutarkan badan atau membuat gerakan ekstrem, monster itu tidak dapat mendeteksi mereka.

Setelah informasi itu disampaikan kepada yang lain, Aldo berhenti sejenak untuk berpikir. Kedua bola matanya menatap Andin dan Catris yang masih terbujur kaku sekitar 5 meter di kanan serong si monster, lalu beralih kepada si monster, Resti, dan teman-temannya yang lain.

Dia menganggap Resti umpan yang cocok untuk monster berakal di hadapan mereka. Resti merupakan wanita yang cukup gesit, maka mengumpan si monster menjauh dari mereka akan memberikan peluang untuk menyerang dari belakang.

Kelompok ini kelihatannya tidak mau menyerah tanpa perlawanan. Tanpa harus memperhatikan ekspresi mereka pun, kentara mereka ketakutan.

"Kak Res, bisa lari biar si monster ngejauh dari kita, enggak? Ke arah parkiran; ke belakang," ucap Aldo.

Resti mengangguk, mengeratkan cengkeramannya pada gergaji kayu.

Where Do We Go? [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang