38

390 32 19
                                    

"Dad... "
.
.
.

Rachel berjalan menghampiri Romeo yang menatap nya tajam. Sampai di depan Romeo Rachel tidak berani menatap wajah Romeo. Ia takut Romeo akan marah karena ia pergi tanpa pamit.

"Kau akan terus menunduk dan tidak memeluk ku anna?"

Rachel menegakkan kepala nya dan menatap Romeo air matanya terus mengalir. Romeo maju memeluk Rachel. Tangis Rachel semakin pecah.

"Kenapa kau pergi nak? Kenapa tidak pamit kepadaku? Kau fikir aku tidak sedih?"

Rachel semakin mengeratkan pelukannya pada Romeo. "Sorry dad"

Romeo mengelus punggung Rachel. "Dad sangat merindukanmu nak"

Rachel mengangguk ia juga sangat merindukan semua orang disana sebenarnya namun ia selama ini harus memendam jauh perasaan itu.

Romeo menarik pelukan nya. Ia menatap rachel yang sudah berhenti menangis. "Kau harus menceritakan semua nya padaku nanti nak"

Rachel mengangguk "mom joy dan colin bagaimana kabarnya dad?"

Romeo tersenyum "baik nak, mom sangat merindukan mu terkadang ia melihat foto mu sebelum tidur"

Rachel merasa bersalah pada mereka namun hanya itu satu-satu nya jalan agar Rachel tidak terluka.

"Kau sudah bertemu dengan nya?"

Rachel kembali melihat ke arah Romeo "ya kemarin di pesawat dan hari ini"

"Masih mencintai nya?"

Rachel tersenyum dan mengangguk. "Perasaan itu tidak pernah hilang sedikit pun dad"

Romeo tersenyum mengelus surai Rachel.

Tanpa mereka sadari Nathan yang hendak memanggil ayah nya tadi untuk di perkenalkan dengan pak Erick mendengar semuanya. Nathan diam membatu disana. Dia mengurungkan niat nya menghampiri ayah nya dan memilih mendengarkan percakapan mereka.

Nathan menyentuh kepala nya beberapa memory mulai terlihat jelas. Air matanya menetes "Anna... Maafkan aku"
.
.

Setelah bertemu dengan Rachel Romeo mencari Nathan. Nathan sedang duduk di salah satu bangku penonton disana. "Kau di sini nak?"

Nathan menoleh dan tersenyum pada ayah nya. "Ya sedang memperhatikan permainannya"

Romeo dan Nathan melihat pertandingan Indonesia vs Brunei dari atas. "Kau sudah yakin akan bergabung dengan mereka?"

Nathan kembali melihat ke ayahnya. "Sangat yakin, apa yang aku cari ada disini"  Nathan tersenyum penuh arti. Romeo tidak menangkap senyuman Nathan tersebut.

Pertandingan selesai Romeo Nathan masih sibuk menyelesaikan administrasi disana. Malam nanti mereka harus pulang ke Belanda.

"Jadi nath kapan kau bisa bergabung dengan mereka?"

Nathan tersenyum melihat ayah nya dan pak Erick. "Secepatnya"

Pak Erick bersalaman dengan Romeo dan Nathan. Selesai sudah proses Nathan untuk masuk timnas Indonesia.

"Aku akan lihat sampai kapan anna memendam semua nya sendiri disini"
Batin Nathan berucap.

.
.
.

Nathan dan ayah nya baru saja tiba di bandara. Ponsel Nathan bergetar ia melihat nama Arlina disana namun ia tidak mengangkat nya. Romeo bingung menatap Nathan. Ada apa dengan anak nya itu.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Nathan ia membacanya Arlina meminta untuk bertemu dengan nya di sebuah cafe.

Nathan meminta ayah nya untuk menurunkan nya di depan cafe tersebut.

"Aku fikir kau sudah melupakan nya nath selama kita ke Indonesia kemarin"

Romeo berbicara ketika melihat Arlina di dalam cafe tersebut. Sedangkan Nathan hanya tersenyum tak menanggapi. Romeo melajukan mobilnya.

Nathan masuk ke dalam cafe tersebut. Arlina melihat Nathan yang datang langsung berdiri dan memeluk nya. Nathan ingin membalas pelukannya namun ia tersadar ia sudah di bohongi wanita di hadapannya ini. Nathan memilih diam mengikuti permainan wanita di depan nya.

"Aku merindukan mu babe"

Nathan hanya tersenyum dan duduk di hadapan Arlina. "Bagaimana Indonesia? Kau tidak jadi ikut bermain disana kan? Apa ku bilang nath, Indonesia tidak cocok untuk mu berkarier"

Nathan diam memperhatikan Arlina. "Kenapa kau sangat tidak suka aku main di Indonesia? Kau takut aku bertemu seseorang?"

Arlina langsung gelagapan. Ia tidak bisa menjawab langsung pertanyaan itu. Nathan melihat gelagat itu dan tersenyum. Ia mengambil tisu dan mengelap sudut bibir Arlina. "Aku bercanda, lagipula siapa yang kau kenal disana kan?"

Arlina tertawa kaku melihat nathan. "By the way, aku sudah menyelesaikan proses administrasi ku. Aku sudah resmi menjadi pemain Indonesia"

Arlina sangat marah sekarang namun ia menahan nya ia tidak ingin Nathan bertemu dengan Rachel lagi. Arlina akhirnya hanya tersenyum.

"Oh begitu baiklah selamat nath"

Nathan tersenyum melihatnya "kau tidak senang? Kau mengkhawatirkan sesuatu?"

Arlina kembali gugup. "Tidak hanya aku menyayangkan bakatmu itu seharusnya kau bisa masuk di timnas negara lain yang lebih bagus"

Nathan tertawa ia memperhatikan Arlina. "Kan kau yang bilang waktu itu, kau akan mendukung ku masuk timnas manapun kau lupa?"

Arlina kesal kenapa Rachel harus membiarkan Nathan seperti itu. Nathan pasti baru saja mengingat apa yang di bicarakan dengan Rachel waktu itu.

Di tengah mereka yang asik mengobrol seseorang memanggil Arlina.

"Arlina... "

Arlina menoleh ke belakang, matanya membulat ia melihat Andra disana. Andra pun menghampiri Arlina. Andra kaget melihat Nathan ada bersama dengan Arlina. Andra mengetahui Nathan lupa ingatan karena saat itu ia masih berada di RS Nathan di rawat. Namun mengapa ia bersama Arlina sekarang?

Arlina nampak tegang melihat Andra. Andra sudah berada di dekat mereka.

"Siapa dia babe, kau mengenalnya?"

Nathan menyentuh tangan Arlina membuat Andra kaget. "Babe?"

Arlina langsung bangkit dan segera membawa Andra pergi "aku ada perlu sebentar nath aku akan kembali"

Nathan tersenyum sinis melihat mereka mata tajam nya tidak lepas dari perhatiannya.

Arlina menyeret Andra untuk keluar.

"Jangan pernah datang atau bertemu dengan ku lagi dra! Lihat aku sudah bahagia dengan Nathan! Jangan menghancurkan rencanaku! "

Andra menggeleng tidak percaya bagaimana bisa Arlina menjadi seperti ini.

"Dia kekasih sahabat kita Lin, kau lupa? Rachel! Dia kekasih nya. Kau tega menyakitinya?"

Arlina menatap malas melihat Andra. "Sudah cukup ya dra, aku tidak perduli dengan rachel. Aku yang mencintai Nathan sejak awal aku yang mengajak nya ke stadion mengapa Nathan harus mencintai Rachel?? Nathan harusnya mencintaiku dra"

Andra semakin tidak percaya dengan hal yang baru saja ia dengar. "Kau tau? Aku tidak menyangka kau akan sejahat ini Lin. Ku fikir kita bersahabat ternyata sahabat ku hanya Rachel. Dengarkan aku Lin. Kau akan hancur ketika Nathan sudah mengingat siapa itu Rachel"

Arlina melotot menatap Andra. Ia tidak suka dengan pernyataan Andra yang menyudutkan nya "oleh sebab itu aku tidak akan membiarkan Nathan sedikitpun mengingat Rachel!"

Arlina kembali masuk ke dalam. Andra menatap sahabat nya tidak percaya. Arlina benar benar sudah berubah.
.
.
.
.

Always Back To You | Nathan Noel Tjoe A OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang