"Seokjin...."
"Jimin, hey....aku sedang menjemur penutup kasurku yang sudah lama tak terkena matahari hahaha..." Ponsel lipat itu terhimpit antara bahu dan telinganya.
"Ups....maaf, Jimin.....sebentar..." Seokjin meletakkan duvet putihnya di atas meja makan kemudian duduk bersiap mendengarkan sang sahabat.
"Ya....ada apa tumben menelepon pagi-pagi seperti ini?"
"O-oh....tidak....tidak...." Jimin tertawa kaku.
"Kau.....belum mendengar kabar apapun dari rumah sakit bukan?""Rumah sakit? Belum..."
"Jimin, ada apa?" Seokjin menegakkan tubuhnya serius."Tidak ada apa-apa, Seokjin..."
"Aku hanya ingin memastikan jika kau tidak sedang mengurus pekerjaan di waktu cutimu....itu saja" Jimin terkekeh pelan."Ah.....kukira ada sesuatu...." Seokjin tertawa ringan.
"Um......Jimin...."
"Aku tahu aku adalah seorang yang bekerja dengan logika""Jika.......aku menceritakan sesuatu......"
"Maukah kau berjanji tidak akan mentertawaiku?""Whoa.....ada apa ini?"
"Aahhh....kau sudah terlebih dahulu mentertawaiku!"
"Maaf....maaf aku tidak bisa menahannya" Suara kekehan kecil terdengar di ujung sambungan.
"Kau ingin bercerita apa, Seokjin?""Kemarin aku.....melihat sesuatu..."
"Bukan...........seseorang....""Siapa? Mantan kekasihmu?" Nada bicara sang sahabat terdengar kesal.
"Um.......Jiminie......apa kau percaya pada......"
"Malaikat maut?"".............."
"Kau pasti sedang tertawa..." Seokjin mengerucutkan bibirnya kesal.
"Aku kesana ya...." Jimin berucap pelan.
"Kau mau kutemani?""Kenapa?" Seokjin memiringkan kepalanya polos.
"Malaikat maut hanya akan terlihat jika itu sudah waktumu pergi, Seokjin...."
"Apa yang ia lakukan padamu? Apakah ia mengajakmu pergi?""Oh.....tidak...." Seokjin tergelak.
"Aku melihatnya mengajak seorang anak kecil"
"Hallo?""S-Seokjin.....aku benar-benar minta maaf, ada pasien darurat yang membutuhkanku"
"Mereka sudah membawanya?" Suara gemerisik speaker tertutup telapak tangan.
Sebuah nama tak sengaja terdengar sayup saat Jimin berbicara dengan seorang perawat di ujung sambungan."Akan kuhubungi lagi kau secepatnya, okay...."
"Jaga dirimu baik-baik, Seokjin....jangan melakukan hal berbahaya""I......ya...." Sambungan pun terputus sebelum ia sempat menjawab.
Seokjin kembali meraih pelapis kasurnya dari atas meja makan, membawanya ke balkon kecil lalu berjinjit menyandangkannya pada sebuah batang besi terarah pada sinar matahari.
"Benarkah nama ayah tiri gadis kecil itu yang baru saja kudengar?"
Raungan pilu gadis kecil dalam dekapan sang bibi membuat Jimin memalingkan wajahnya.
"Cedera leher akibat hentakan tali yang menggantung tubuhnya"
"Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan..." Jimin berusaha menenangkan keluarga korban.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Фанфик"I just want a normal life, but then i think of it....what is normal in general?" another [NamJin] story #angst #hurt-comfort #happyending in #anotherlife