Glass

44 7 0
                                    




Suara pintu terbanting keras mengejutkan sang pria yang tengah menyelesaikan cucian bajunya di ruang laundry.

"Namjoon? Kau dimana?"


"Di......Seokjin, apa ini?" Namjoon yang berlari kecil membulatkan matanya ketika pria itu membawa sebuah kotak kardus sangat besar dengan roda yang menggelinding di bawahnya.

Seokjin tergelak geli lalu menutup pintu di belakangnya.
"Bantu aku...." Ia mulai membuka kardus pembungkus benda tersebut.

Namjoon mengangkat alisnya perlahan saat kotak besar itu mulai menampakkan isinya.
Sebuah kaca transparan dengan lebar melebihi tubuh mereka dan satu jengkal lebih tinggi dari kepala Namjoon.

Seokjin tersenyum polos. Didorongnya kaca itu pada ruang kosong diantara kedua pasang kaki mereka berpijak.

"Kemarikan tanganmu...." Ia meletakkan telapak tangannya pada permukaan dingin di hadapannya.

Namjoon meneguk salivanya gugup. Jantungnya berdegup semakin kencang seiring langkahnya. Perlahan jemarinya terangkat, kemudian mengepal.

Ia menggeleng ragu, menatap gamang pada manik hazel yang membulat penuh harap.
"T-tidak......" Namjoon tertunduk.

"Ini terlalu dekat" Kedua tangan terkepal erat di sisi tubuhnya.

Seokjin mengulum bibir bawahnya. Kedua sudut yang semula terangkat pun perlahan turun.

"Seokjin....kumohon, jangan seperti ini...." Namjoon meremat ujung kaos hitamnya. Tungkai kaki jenjangnya sedikit terangkat hendak mendekat pada kaca berembun yang menutupi wajah manis sang pria.
"Seokjin..........."

"Kau selalu datang saat aku terpuruk..."
"Kau menarikku bangkit dengan kata-katamu yang hanya bisa kudengar saat aku menenggelamkan kepalaku demi mencari ketenangan..."

"Sekarang kau disini......"

"Dan aku tidak bisa menyentuhmu" Suara bergetar itu menghilang berganti isak tertahan.

"Don't do this to me, Seokjin....." Rematan jemarinya semakin mengerat pada dua sisi tubuhnya.

"I like you, Namjoon....." Seokjin mengusap pipinya dengan punggung tangan.
"I know almost nothing about you but i like you alot......"

"I fell in love with you like you were meant to be with me"

Kalimat terakhir sang pria meremas jantungnya kuat.
"Jiwa.........." Sesuatu dalam kepalanya seolah mendobrak ingin keluar.


"Ya sudah......" Seokjin mendengus tersenyum menghapus air matanya.
"Ini bodoh....." Ia terkekeh pelan, mengulur lengan sweaternya lalu mengusap embun yang mulai melebar.

"Aku bisa meletakkan kaca ini sebagai pembatas ruang......." Kedua manik hazel itu membola saat telapak tangan Namjoon telah melekat tepat di depan sapuan lengannya.

"Jika........" Dadanya bergerak naik turun dengan cepat.
"Jika ini mencelakaimu......"

"Aku berjanji akan melakukan apapun untuk menghidupkanmu kembali...." Namjoon tertunduk memejamkan matanya erat.

"Seokjin.....aku minta maaf jika......"


"Namjoon.........." Seokjin berbisik.
"Namjoon, buka matamu"

Telapak tangan itu mulai berkeringat, kelopak mata gemetarnya berayun perlahan. Desah keras meluncur bersama dengan senyumnya yang melebar.

Namjoon mendengus tertawa dan mengusap permukaan dingin itu lembut, telunjuknya menelusur bentuk jemari sang pria yang terkekeh pelan dengan air matanya yang kembali berderai.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang