"Bagaimana Kyoto?"
"Seokjin......" Dengus pelan terdengar di ujung sambungan.
"Bagaimana kabarmu?"
"Itu yang terpenting saat ini...."
Ucap pelan itu kembali menggetarkan manik hazelnya."Namjoon dan Jackson belum juga kembali..."
"Jiminie.......aku khawatir sekali" Isak keras tak lagi terbendung. Seokjin menangis di balik bekapan telapak tangan gemetarnya."Sial....." Jimin berbisik mengusap wajahnya.
"Seharusnya aku tidak pindah kesini, tapi menemanimu disana"Hening. Hanya suara isak tangis yang enggan berhenti.
"Seokjin......"
"Aku akan baik-baik saja....." Hela nafas terbata meluncur seiring bisik pelan sang pria.
"Namjoon dan aku.....kami tidak akan bisa bersama di dunia ini, Jiminie..." Seokjin mengusap mata dan pipinya kemudian mendengus tersenyum.
"Ceritakan bagaimana cuaca disana, Jiminie...."
"Dinginkah?""Masih dingin....." Jimin membuang nafasnya perlahan.
"Kau sudah makan?""Ah....aku baru akan memasak sup kembang tahu dan tumis daging kesukaan Nam......."
"Seandainya aku bisa memelukmu, Seokjin...." Jimin mengeratkan genggaman ponselnya saat isak pelan itu kembali terdengar.
"Jimin, maaf.....sepertinya aku ingin berdiam diri sejenak..." Tawa kecil meluncur di tengah isak tangisnya.
"Beristirahatlah, Seokjin...."
Suara setengah berbisik itu mengakhiri sambungan mereka.Dibuangnya sisa makanan dalam kotak besar itu lalu dicucinya. Dua malam yang terasa amat panjang dengan berbagai masakan berbeda menunggu sang kesayangan kembali pulang. Tetap meja makannya kosong.
Suara ketukan pintu yang selalu membuatnya berlari pun hanya menampakkan sepucuk surat atau katalog bulanan. Hingga raganya tak lagi bergeming saat pintu rumahnya berdetak.
Pagi yang cerah tak mampu menerangi wajah sendunya. Tetap jemari lentik itu memotong daging segar dan menyicip sepucuk kuah kaldu dari panci merah jambunya.
"Namjoon pasti lapar sekali saat ia pulang nanti..." Pikirnya.
Lagi ketukan di pintunya terdengar setelah beberapa saat diabaikan.
Lagi. Dan lagi.
Seokjin berdecak kesal lalu mematikan api kemudian berlari menuju ruang tamunya."Hey......"
Sepasang manik hazelnya membola. "Namjoon!"
"Aku pulang...." Kepala dimiringkan dengan senyum lembutnya menyapa seiring tatap teduh manik gelapnya yang sendu.
Dibukanya kasar pintu itu lebar-lebar. Tungkai jenjangnya melangkah lemah. Seokjin menjulurkan kepalanya, menoleh kanan dan kiri setelah berjalan selangkah keluar dari tempat Namjoon menunggunya selama beberapa saat.
"Namjoon........."
"Mana Jackson?"
"Namjoon?"
Kedua tangan sang pria bertolak di pinggang. Kepalanya tertunduk dan sedetik kemudian bahunya bergetar.
Deru nafas berhembus. Kedua alisnya berlekuk turun menatap sosok yang membelakanginya. Seokjin menutup rapat pintu itu lalu berpindah ke hadapan sang pria.
"Oh.....Namjoon......" Kepalan tangan mengerat di sisi tubuh lemasnya.
"I'm so sorry......i'm so sorry, Namjoon....."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Fanfic"I just want a normal life, but then i think of it....what is normal in general?" another [NamJin] story #angst #hurt-comfort #happyending in #anotherlife