Farewell

45 8 0
                                    




"Namjoon......."

Seokjin bersimpuh di samping sosok yang masih terkulai di atas karpet bulunya.
Tangannya terkepal erat menatap dahi berkerut dan raut wajah kesakitan itu.

Ia kemudian beranjak mengambil selimut di atas sofanya. Dengan hati-hati menebar selimut tebal itu menutupi tubuh gemetar sang pria.

"Namjoon.....kumohon sadarlah......." Matanya mulai berkaca-kaca. Entah apa yang terjadi, dadanya terasa amat sakit. Kesedihan mendalam yang ia pun tak mengerti. Perlahan jemarinya terulur.

Namjoon mengais udara sebanyak mungkin seiring kelopak matanya yang berayun terbuka lebar.

Seokjin pun sontak menarik tangannya dan berdiri menjauh. Manik hazelnya bergetar ketakutan.

Suara desah keras menaikkan kedua alisnya iba. Seokjin kembali bersimpuh di hadapan sang pria yang terduduk dengan selimut yang telah tersingkap. Merendahkan kepalanya dengan hati-hati mencari jawaban tentang apa yang telah terjadi.

Dan sesuatu pun menetes membasahi telapak tangan sang pria.
"Apa ini?" Namjoon menggumam, mengusap pipinya yang basah oleh air mata.

"Namjoon........." Seokjin terisak pelan.

"Malaikatku........" Manik gelap itu melirik sendu. Desah tawa kecil meluncur seiring air matanya yang terus mengalir deras.

"S-sakit........"
"Sakit sekali rasanya" Namjoon terus menatap manik hazelnya getir.

Seokjin menggenggam ujung selimutnya kuat-kuat.
"Aku ingin memelukmu, Namjoon......."
"Kumohon ijinkan aku memelukmu....."

Namjoon menggeleng lalu beranjak dari duduknya. Melangkah mundur dengan punggung tangan yang terus berusaha menghapus air matanya.

"A-aku harus pergi dari sini...."



Aroma lavender mulai menyeruak memenuhi kamar mandinya. Seokjin duduk di tepi bathtub dengan sebuah perban di sampingnya. Meringis perih mengusap luka di lengannya yang terbuka dan kembali berdarah.

"Seokjin..........maafkan aku....." Namjoon berdiri tertunduk pada tepi pintu dengan kedua tangan menyilang di dadanya.

Pria manis itu menoleh lalu tersenyum.
"Tolong ambilkan obat lukaku, Namjoon....."
"Letakkan saja disini" Seokjin menepuk singkat meja kecil yang berada di samping bathtubnya.

Namjoon berjalan lunglai membawa botol kecil itu kemudian meletakkannya di tempat yang diinginkan sang pria.

"Terimakasih....." Seokjin berucap lirih, mengoleskan obat itu kemudian menutup lukanya dengan perban.

Sesaat kemudian ia berdiri, melepas sabuk celananya sebelum jemari itu berhenti. Ia menegakkan kepalanya menatap sang pria.

"Kapan kau ingin mencari sahabatmu?"
"Biar kuantar...."

Sudut bibir itu tertarik singkat, dahinya berkerut tipis dan kepalanya sontak berpaling. "Tidak mau......."

Tidak ada sedikitpun keinginan dalam hatinya untuk berpisah dengan Seokjin. Rasa sakit itu kembali merayapi tubuhnya.

"Besok pagi?" Ia memaksakan senyum datarnya.


Seokjin mengangguk pelan dan tersenyum lembut.
"Baiklah........" Ia tertunduk.

"Sekarang keluarlah!" Tawa getir itu terdengar sangat dipaksakan.
"Aku mau mandi"

Namjoon mendengus tertawa. "Aku sudah melihatmu telanjang sebelumnya, Seokjin....."

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang