"Aww.....aw.....Jiminieee!"
Teriakan itu membuat Namjoon segera berlari dari ruang laundry.
"Tahan sedikit, Seokjin"
"Siapa yang menyuruhmu berlari lagi malam tadi" Sepasang mata kecil itu membola."Aku......." Namjoon tertunduk meremat ujung celana kotornya yang baru saja akan ia cuci.
Kedua pria itu menoleh dari ruang tamu. Kemudian tertawa geli.
"Jangan dimasukkan hati ucapan Jimin, Namjoon" Seokjin menurunkan kakinya yang telah kembali terbalut perban."Maaf....maaf.....aku tidak bermaksud menyinggungmu" Jimin terkekeh pelan memasukkan peralatannya ke dalam tas.
"Tolong awasi sahabat nakalku ini, Namjoon"
"Jika ia berlari lagi segera hubungi aku"Namjoon mendengus tertawa lalu mengusap tengkuknya, melirik pada sang pria yang masih terduduk di sofa dengan bibir mengerucut kemudian membukakan pintu untuk mengantar sang dokter keluar.
"Untuk apa aku berlari lagi jika kau sudah ada disini bersamaku bukan?" Seokjin bersandar pada bantal sofanya.
"Mungkin aku akan melompat nanti"Kedua manik gelap itu membola kemudian tertawa pelan.
"Jangan coba-coba....."
"Atau dokter galak itu akan memasungmu di sofa" Namjoon terkekeh lalu berbalik.Dengus tersenyum membuatnya menoleh. Seokjin melipat tangan bersandar pada tepi pintu ruang cucinya.
"Kenapa? Haven't seen me doing laundry huh?" Namjoon bertolak pinggang menatapnya kesal.
Seokjin tersenyum lebar dan mengangguk.
"Kau terlihat lucu dengan setelan itu" Manik hazelnya memindai tubuh tinggi dengan celana training abu-abu dan sweater merah jambu pucat yang dikenakannya."Terimakasih......aku juga merasa seperti itu" Bola matanya berputar malas. Namjoon menyalakan mesin cuci kemudian berbalik.
"Aku ingin menunjukkan sesuatu...."
Seokjin mengangkat kedua alis lalu bergeser memberi ruang untuk sang pria melewatinya.
"Aku menyelesaikannya malam tadi" Namjoon menggeser kaca besar itu dari dalam kamarnya.
"Namjoon........" Kedua bahu lebar itu melemas.
"Jangan katakan kau tidak tidur semalaman?""Aku......tidak bisa merangkai bunga" Ia memiringkan kepalanya dan tersenyum.
"Kemarilah...."
"Aku merindukan ini" Diletakkannya telapak tangan itu pada satu sisi."Aku juga, Namjoon.......aku juga......" Telapak tangan dingin itu bertemu. Seokjin merekatkan dahinya lalu mendengus tersenyum lega.
Sesaat kedua mata mereka beradu. Jemari sang pria menelusur surai pirang dan bentuk wajahnya.
Telunjuknya perlahan turun menyentuh permukaan di balik bibir merah muda sedikit terbuka di hadapannya.
Seokjin mengerjap pelan sebelum mendekatkan wajahnya.Namjoon mendengus tertawa. "Ini bodoh....."
Seokjin melakukan hal yang sama kemudian menghapus jejak bibirnya dari kaca yang telah berembun.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan lagi bukan?"Namjoon mengangguk seraya mengusap tengkuknya.
"Ini menyiksaku......"Hela nafas panjang berhembus.
"Janji kita akan melakukan ini setiap malam sebelum menutup hari?" Seokjin melirik ragu."K-kau tidak merasa aneh?" Namjoon membulatkan matanya.
"Aku menyukainya....." Seokjin kembali melekatkan telapak tangannya, tersenyum menundukkan kepala dengan telinganya yang memerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Fanfiction"I just want a normal life, but then i think of it....what is normal in general?" another [NamJin] story #angst #hurt-comfort #happyending in #anotherlife