"Ssstt.......are you healing?" Seringai tipis juga portal yang tiba-tiba menguak itu tak lagi mengejutkannya.
"Berani sekali kau kembali, tentara....." Sorot mata biru itu lunak. Surai hitamnya berkibar ketika tubuh polosnya berbalik pelan.
"Hanya ingin tahu keadaanmu, cantik....." Jackson terkekeh lalu duduk bersila di hadapan sang Waktu yang menatapnya lekat.
"Kau berbohong......." Gemerlap biru yang terlihat lebih cerah dari biasanya itu kini telah berada tepat di depan wajahnya.
"Apa yang kau inginkan kali ini?"Jackson menatap manik biru jernih itu kagum lalu tersenyum lebar. "Kau membaik.......syukurlah"
Sang Waktu memutar tubuhnya kembali pada bola kaca besar tempatnya berdiam. Sesaat kemudian ia menoleh dan mengangguk memperlihatkan bahunya.
"Aku membaik...." Manik biru itu berubah keunguan. Sebuah senyum tipis terulas di wajahnya.Sejenak sang pria larut dalam kecantikannya. "Kau indah...." Ia lalu menggeleng kemudian berdiri.
"Apa yang kau inginkan, tentara?"
"Sebuah penjelasan....." Jackson berdehem singkat sebelum melipat kedua tangannya di dada.
"Kau pernah berkata jika gulungan benang takdir akan terus berputar dan kau akan terus berjalan"
"Apa yang membuat gulungan benang itu putus sehingga takdir seseorang tak lagi ada?""Tentara......." Kedua lengan itu saling menumpu di atas lututnya yang tersilang.
"Jiwa manusia terus mengulang kehidupannya setelah mereka mati, mereka bereinkarnasi. Karena hidup manusia sangatlah terbatas"
"Mereka memenuhi keinginan yang belum tercapai di kehidupan mereka sebelumnya, atau hanya mengulang kehidupan mereka apa adanya"
"Semua tergantung pada perbuatan baik dan buruk mereka"Tertegun sejenak, ingatannya kembali pada gadis kecil yang belum lama ini ia jumpai. Jackson kembali mendudukkan tubuhnya.
"Dan apakah takdir gadis itu akan terus menderita karenaku?"Tubuh polos itu berpaling. "Itu kesalahan terbesarmu sehingga Tetua menginginkan kepalamu, tentara"
"Bukankah akan lebih baik jika gadis kecil itu mati dan tidak harus menjalani hidupnya sebatang kara tanpa orangtua?"
Ucap datar dan lembut itu menundukkan kepala sang pria."Tapi ia tidak akan sempat untuk mengalami keindahan dunia....." Jackson bergumam pelan.
"Apakah kau meragukan kebahagian seseorang, tentara?"
"Apakah gadis kecil itu tidak mengalami kebahagiaan dalam sisa hidupnya?" Kepala yang dimiringkan itu kembali berada di hadapan sang pria.Jackson hanya tersentak dan menelan ludahnya kasar.
Manik keunguan yang dilihatnya berubah merah pekat dengan raut wajah menyeramkan."Apa yang kau lihat?"
"Keindahan........atau ketakutan?" Kelopak berbulu mata lentik itu mengerjap.Lagi, Jackson meneguk salivanya tanpa mampu berkata-kata.
"Aku adalah aku, tentara....." Sang Waktu bergerak menjauh.
"Indah atau tidak.......adalah caramu memandangku....."Panti asuhan. Jackson menengadah membaca papan besar yang menyambutnya di pinggir kota. Saat itu pula hatinya terasa sakit. Anak kecil itu sebatang kara karena dirinya. Dan ratusan pedang tajam menanti lehernya di belakang sana, cepat atau lambat.
Tawa riang anak-anak yang berlarian memecah keheningan. Jackson duduk di bangku kayu, memperhatikan taman bermain kosong yang perlahan mulai terisi.
Beberapa diantara mereka berbaring dan membuat sayap malaikat di atas tumpukan salju tebal. Seorang wanita tergopoh menarik salah satu anak laki-laki dan berkata bahwa ia akan sakit jika bermain di atas salju seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Fanfiction"I just want a normal life, but then i think of it....what is normal in general?" another [NamJin] story #angst #hurt-comfort #happyending in #anotherlife