"Morning, love......."
Tarikan nafas panjang mengawali sebuah dengus pelan. Namjoon mengerjapkan mata sembabnya kemudian tersenyum menghirup aroma harum yang ia tahu berada di meja kecil di samping tempat tidurnya. Tempat biasa Seokjin meletakkan teh susunya setiap menyambut hari.
"Tidak bekerja hari ini?" Dehem singkat sebelum suara serak itu mengiringi kelopak matanya yang benar-benar terbuka.
Seokjin menggeleng, kedua telapak tangannya menopang dagu dengan senyum lucu. Senyum yang selalu membuat Namjoon ingin mengecup dan menggigit pipi bulat itu gemas. Ia duduk bersila setelah meregangkan punggung kakunya.
"Apa yang membuatmu bolos hari ini, dokter Kim?" Turut menopang dagu dengan sebelah tangannya, Namjoon tersenyum dengan kepala sedikit tercondong.
Mereka berhadapan sekarang, Seokjin mengeluarkan sesuatu dari kantong kertas yang diletakkannya di samping tempat tidur."Kita merangkai bunga hari ini" Diulurkannya batang rumput plastik berbulu itu ke ujung hidung sang pria yang sontak mundur dan membekap wajahnya dengan kedua tangan saat ia bersin.
Seokjin tergelak menepukkan telapak tangannya, menatap gemas sang pria yang lagi-lagi bersin dengan suara kecil dan mengerang kesal memanggil namanya.
"Ayo sarapan, beruang besar!" Selimut tebal itu disibak sebelum Seokjin beranjak meninggalkannya.
Namjoon menggeleng singkat, senyumnya memudar seiring menghilangnya bahu lebar itu di balik pintu.
"Tidak.......aku tidak sanggup, Jack...." Namjoon mengusap wajahnya kasar.
"Bagaimana jiwa tulus seorang pria sepertinya harus berakhir di tangan seorang pembunuh sepertiku?""Takdir.......dan kutukan" Jackson membuang gelas kopinya sembarang lalu menyandarkan tubuhnya.
"Lihat anak gadisku, Namjoon...."
"Paman dan bibinya terlalu kasar memperlakukannya sehingga ia memilih untuk menjadi salah satu penghuni panti asuhan itu"
"Bukan takdirnya untuk hidup tanpa orangtua, tapi ia bahagia"
"Ia menerima banyak cinta dari sahabat dan orangtua asuhnya" Ia terkekeh pelan menatap anak-anak panti asuhan itu menjajakan roti buatan mereka di depan gerbang.
Jackson berdiri merogoh saku celananya kemudian melangkah."Jack, be careful...."
"They're innocent" Namjoon berucap datar dengan kedua siku bertumpu di atas lututnya."Hey.....aku adalah seorang tuna wisma dengan penyakit kulit menular, sobat"
"Mereka akan jijik sebelum menyentuhku" Sang pria berjaket kulit hitam panjang itu terkekeh geli.
"Kau mau roti daging atau buah berry?""Aku pun jijik membayangkan roti itu akan kuterima dari tanganmu nanti"
Kalimat tak bernada itu membuat sang pria berdecak kesal.
"Tidakkah kau ingin menolong anak-anak yang telah bekerja keras membuat roti itu, Namjoon?"
"Mungkin kau ingin membelikannya untuk Seokjin sebagai hadiah atas bantuannya merangkai bunga?"Dengus senyum akhirnya meluncur setelah mendengar nama itu. "Berry.......Seokjin suka strawberry" Semburat rona merah menghias pipinya yang terangkat tinggi.
"Kau dari mana, Namjoon?!" Sang pria berlari kecil membukakan pagar setelah beberapa waktu menunggu resah di bangku teras.
Rasa bersalah merayapi raganya setelah beberapa jam lalu Seokjin membiarkan Namjoon membantu membelikan balok gabus untuk rangkaian bunganya."Kau khawatir? Maaf....." Namjoon membulatkan matanya dengan raut wajah penuh sesal.
"Aku bertemu Jackson di perjalanan" Langkahnya besar-besar mengejar Seokjin yang berjalan cepat kembali ke dalam rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Fanfiction"I just want a normal life, but then i think of it....what is normal in general?" another [NamJin] story #angst #hurt-comfort #happyending in #anotherlife