Epilogue : Life

111 11 0
                                    



Namjoon mengerang pilu, memeluk sosok tak bernyawa itu erat dengan air mata yang telah mengering. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia telah mengambil nyawa satu-satunya orang yang ia cintai, dua kali.

Suara-suara tawa pasangan yang telah memulai hari membuatnya panik. Namjoon berlari meninggalkan sang kesayangan yang terkulai di tengah arena seluncur es itu dengan langkah teramat berat.
Bersembunyi hingga para petugas rumah sakit tiba dan membawa raganya pergi.

Seluruh tubuhnya tak lagi bertenaga. Ia berbalik dan meneruskan langkahnya.

"Apakah aku harus kembali ke rumahmu?"
"Siapa yang akan kutemui disana?"

Manik gelapnya memandang langit yang mulai bercahaya terang. Tak ada lagi makhluk misterius yang akan turun mengambil nyawa sang kesayangan. Tak ada lagi para malaikat maut yang mengancam lehernya di belakang.

Ia bisa hidup tenang sekarang. Ia bisa hidup normal dan kembali menjalankan pekerjaannya seperti orang-orang yang mulai berlalu lalang itu.


Tungkai jenjangnya melangkah jauh dari peradaban.

"Seokjin sangat suka memancing...." Ia tersenyum memandang danau kecil di hadapannya.

Sesaat kemudian raganya melemas.




"What i want was a normal life..."
"But then i thought...what is normal in general?"

"Jackson telah bebas...." Kelopak matanya terpejam erat.

"Baginya, melihat buah hati kesayangannya hidup bahagia walau tanpa orangtua adalah normal"

"Baginya, mengorbankan nyawa demi seorang sahabat adalah normal disaat ia bisa melarikan diri dan berjuang bersama"

Tubuh lemah itu terus tenggelam.

"Ini mimpi atau halusinasi, aku tahu..."
"Aku berada jauh di dalam air, dan tak sekalipun aku memiliki keinginan untuk mengais udara..."

"Aku kehilangan segalanya........."








"Aku menunggumu, Namjoonie......."

Sayup suara pelan itu membuka matanya.
Harum lavender dan vanilla sekilas menyentuh indera penghidunya.

"Sayang! Aku harus segera pulang...."
Sekejap mata kemudian tungkai kakinya tengah berlari menuju rumah. Manik gelapnya mulai menatap heran pada gelombang cahaya aneh di sekitarnya.

Namjoon tak peduli, ia harus segera pulang. Setidaknya itu yang ia yakini. Itu yang bergumam keras di dalam kepalanya.




"Kemana pagar putih itu?" Namjoon terus melangkahkan kakinya.
Diputarnya kenop pintu hitam yang biasa ia temui saat kembali bersama kesayangannya.

Riuh suara tawa dan musik lawas mengisi ruang berlapis kayu di hadapannya.

"Selamat datang kembali para tentara yang berani"

Hampir saja ia terjatuh lemas saat kain putih usang bertulis tangan jelek itu terbaca dari kejauhan.

Sebuah kedai minuman dengan banyak sekali orang-orang berseragam.

Namjoon menoleh pada jejak langkah di belakangnya.
Bukan taman kecil yang ditanami daisy putih seperti biasa ia lihat saat Seokjin kembali dari rumah sakit. Hanya suara debur ombak dengan angin dingin berhembus mendorong raganya untuk masuk.


"Aku tahu tempat ini....." Tungkai jenjangnya berhenti di depan samping sebuah jendela. Menatap bayangan sosok tegap berseragam putih dan boots tinggi yang adalah dirinya sendiri.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang