Escape

44 4 0
                                    




Sepasang telapak tangan besar meraba-raba permukaan dingin di bawah lututnya bersimpuh. Mata nanar bergerak-gerak mencari sosok yang beberapa waktu lalu terbujur kaku dalam dekapannya.

Hilang. Seokjinnya hilang.

Ketuk langkah berayun lambat di belakang punggung rapuh sang pria. Namjoon menegakkan kepalanya lalu menoleh sebatas bahu.

"Sudah selesai bersenang-senangnya?"

Kepala itu sontak berpaling kembali. Rahang mengeras dengan sorot mata tajam menatap ruang hampa di hadapannya.

"Dimana Jackson, tentara?" Sang Tetua bersama dua orang algojo berdiri tegak tepat di balik bahu menegangnya.
"Kau berbicara dengannya bukan?"

Batinnya memerintahkan kepalanya untuk menggeleng namun tubuhnya tetap membatu.

"Aku lengah dengan membiarkan ruang Waktu tak terkunci" Suara sepasang sepatu terdengar menjauh.

"Dan sekarang tentara itu memegang kuncinya...."
"Aku kagum dengan kegigihannya"

"Di sisi lain.....tidak ada yang berubah, nyawa manusia akan tetap kembali kesini"
"Kebaikan atau keburukan yang terjadi di dunia tetap akan ditimbang di ruangan ini"

"Kau telah menyaksikan betapa sakit rasanya kehilangan seorang yang sangat kau cintai"
"Lagi........dan lagi....."

Namjoon tertunduk dengan senyum pahit.
"Mungkin ini sudah menjadi takdirku...."
"Atau bagian dari kutukanku"

"Kau tahu, gulungan benang takdir akan selalu berputar..."
"Peristiwa akan selalu berulang kecuali benang itu putus"
"Dan saat itulah takdirmu di semesta ini berakhir"

"Kau tahu semua malaikat maut memiliki masa lalu?"

Manik gelap itu melirik perlahan.

"Aneh bukan jika seorang mati rasa seperti kalian, suatu saat merasakan sebuah emosi"

Namjoon meneguk salivanya kasar. Jantungnya mulai berdebar kencang.

"Ingatlah bahwa benang takdir selalu berputar, tentara..."

"Panggung dunia berubah...."
"Namun para pemeran tak akan tergantikan"
"Kalian bertemu, berpisah, terkutuk menjadi seorang malaikat dan akhirnya akan bertemu kembali..."

"Itulah takdirmu...."



"Ssssstt.....hey, you're recovering?" Seringai nakal mengintip dari balik dinding berbatu dingin di samping pintu besar yang kembali tertutup rapat.

"Hey....hey.....tenanglah...."
"Aku tidak akan menyakitimu lagi" Jackson melebarkan kedua telapak tangannya di dada.

Pusaran angin mulai terbentuk dari sisi tubuh polos yang duduk bergelung memeluk lutut dengan kedua manik biru transparan membola ketakutan. Bibir terbuka namun tak mengeluarkan suara. Kepala bersurai panjang itu menggeleng pelan.

"Tidak.....tidak.....aku tidak akan menyakitimu, cantik..."
"Aku hanya akan meminjam jam pasirmu sebentar saja...."

Seolah barikade, pusaran angin itu semakin kencang berputar.

"Aku hanya ingin bernegosiasi"
"Lihat, aku tak lagi berbahaya..." Jackson melebarkan separuh sayapnya kemudian duduk bersila di hadapan sang Waktu yang masih menatapnya sedih.

"Aku........"

"Mungkin telah mengacaukan segalanya"
"Aku telah merubah masa depan dan kau tahu pasti sebabnya...." Ia mendengus tersenyum.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang