"Sejak kapan kau makan di tangga darurat?"
Jimin tergelak menyerahkan kotak bekal biru pucat itu pada sang pria yang kemudian mengerutkan kedua bahu seusai menyeruput kopinya."Ahahaha.......aku meninggalkannya disana" Jemarinya terulur meraih kotak kosong dengan garpu kecil berkepala beruang bergerak-gerak nyaring di dalamnya.
"Kau benar-benar makan siang disana, Seokjin?" Senyum sang dokter berganti kekhawatiran.
"T-tidak....tidak mungkin, Jiminie...." Seokjin tergelak kaku.
"Mungkin aku hendak mengambil sesuatu lalu tak sengaja meninggalkannya" Dengan cepat kotak bekal itu dimasukkan ke dalam saku jubah putihnya."Dengar, besok malam aku tidak ingin kau lembur, okay...." Jimin mendudukkan diri di samping sang pria yang mulai menyuap pancakenya.
"Ah......tapi...."
"Tidak ada tapi. Aku ingin kau bersenang-senang di hari ulang tahunmu" Sepotong kue dadar itu diambil kemudian dilahapnya habis.
"Rekan-rekanmu telah menyewa satu ruangan karaoke untuk kita berpesta"
"Kau tidak ingin mengecewakan mereka bukan?" Seringai lebar mengangkat mata kecilnya hingga hampir menghilang."Kapan terakhir kali kau bersenang-senang, hmm?"
Seokjin mendengus tersenyum. "Kau benar, Jiminie...."
. . .
"Kau kembali mengunjunginnya?" Jackson menarik pergelangan tangan sang pria lalu terkekeh geli memperhatikan plester bergambar lucu yang masih merekat disana.
Namjoon mengangguk, melepas genggaman tangan sang sahabat kemudian dengan cepat menarik lengan jas hitamnya.
"It was a goodbye, Jack....."Manik hitam membola dan bibir membulat tak percaya menanggapi ucap lirih sang sahabat.
"Apa rasanya?" Namjoon menatap jijik pada roti daging asap yang berulang kali digigit sang sahabat di hadapannya.
"Apa?" Bola mata membulat itu kini bergerak kebingungan.
"Makan......lapar....." Namjoon mengernyit kecil saat saus tomat itu menetes ke dagu sang pria.
Jackson tergelak mengusap pasta merah darah itu dengan punggung tangannya.
"Aneh pada awalnya....""Namjoon......."
"Kau.......benar-benar tidak mengingat masa lalumu sama sekali?""Samar......" Pria tegap itu menjalin jemari di atas lutut kakinya yang bergantung di ujung tertinggi sebuah bangunan kosong.
"Apa yang dikatakan.......beliau.......cukup membuatku mengerti jika Seokjin adalah masa laluku"
"Jiwaku yang hilang.......alasan mengapa aku mulai menunjukkan emosi....." Namjoon mengusap keningnya.Jackson mendengus tersenyum kemudian menyeruput colanya dengan suara keras yang cukup untuk membuat Namjoon kembali mengernyit menatapnya aneh.
"Sang Waktu bilang padaku, ia akan terus berjalan apapun yang terjadi"
"Walau gulungan benang takdir terlepas dari porosnya dan jatuh berantakan, walau benang-benang itu kusut....""Ia hanya kehilangan jejak sesaat sebelum semuanya kembali seperti semula"
"Kau........"
"Apa yang akan terjadi padamu dan Seokjin jika sang Waktu telah sepenuhnya kembali?"Tatap mata itu kosong. Dahi sedikit berkerut dengan kepala tertunduk menatap gambar seekor alpaca putih yang mengintip dari balik lengan jasnya.
Manik gelap itu mengerjap setelah sebuah cahaya seolah membutakan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Fanfiction"I just want a normal life, but then i think of it....what is normal in general?" another [NamJin] story #angst #hurt-comfort #happyending in #anotherlife