Going Back

43 4 0
                                    




"They're gonna see us, Namjoon!"

Jackson menarik lengan jaket sang pria yang berulang kali mencoba berlari mendekat pada mobil dengan kap berlekuk setelah menabrak pembatas.

"I need to see him!" Kakinya kembali melangkah dari balik pepohonan di tepi jalan.

"Lihat, ambulans telah datang...."

"Reapers........" Namjoon menoleh singkat lalu kembali melayangkan tatapannya pada dua orang pria berpakaian hitam jauh berseberangan dengan mereka.

"Jack, mereka akan mengambilnya!" Ia bergerak-gerak tak nyaman di tempatnya berdiri.

"Tidak....tidak, Namjoon"
"Seokjin masih hidup"
Keduanya memperhatikan beberapa petugas yang membawa sosok ramping itu keluar dari mobilnya.

Namjoon mengembalikan pandangannya beberapa langkah dari mobil tempat kejadian, dan kedua pria tadi menghilang.

"Tunggu, manusia bisa melihat kita sekarang?" Manik gelap itu sedikit membola saat berpaling pada sahabatnya.

"You're more human than me, Nam..." Jackson tergelak pelan merangkul bahunya lalu membawanya kembali ke motor.




"Hey......merasa lebih baik?" Jimin memiringkan kepalanya mengintip dari balik pintu.

"Jiminie........kakiku sakit....." Seokjin melebarkan kedua lengannya dengan bibir mengerucut saat sang dokter menghambur masuk.
"Maaf kau harus menunda acara makan malammu dengan Yoongi...."

"Yoongi dan aku akan selalu bersama setelah kita menikah nanti, Seokjin......makan malam kecil saja bisa menunggu"

"Syukurlah kau baik-baik saja..." Jimin mengusap punggung sang pria dalam dekapannya.

"Sebaiknya kau tidak pulang larut malam lagi, jalanan masih licin oleh salju yang semakin deras"
"Beberapa pohon-pohon tua akan sangat bahaya jika kau melewatinya saat gelap"

"Ranting itu tiba-tiba jatuh di depan mobilku"
"Aku kaget sekali, kukira itu tupai atau musang" Seokjin terkekeh pelan.

Namjoon menghela nafas lega. Senyumnya mengembang menatap kesayangannya sibuk berceloteh dan bercanda dengan sang sahabat dari kejauhan.

"Kita pulang sekarang?" Jackson menepuk pelan punggungnya.
Namjoon pun mengangguk.

. . .


"Sudah semuanya?"
Jimin membantu seorang petugas jasa pindahan membawa dus terakhir ke depan mobil vannya.
Seokjin mengangguk tersenyum.

"Kau sedih?" Pria itu memiringkan kepalanya.

"Tidak....tidak....." Seokjin mengusap tengkuknya.
"Akan lebih baik memiliki rumah sendiri daripada menyewa apartemen berdampingan dengan tetangga cerewetku" Ia melambai pada sepasang suami istri yang mengintip dari balik jendela unit mereka di lantai atas.

Jimin terkekeh geli kemudian membukakan pintu mobilnya untuk sang sahabat.

"Kau akan ikut Yoongi pindah ke Jepang setelah menikah nanti, Jiminie?" Seokjin melirik pelan.

Sang dokter mengangguk tersenyum.
"Jangan lupa berkunjung saat kau senggang..."
"Yoongi telah membeli sebuah rumah di Kyoto" Ia tertunduk dengan pipinya yang sedikit bersemu.

"I'm happy for you, Jiminie......" Seokjin memeluknya singkat kemudian melayangkan pandangannya kembali ke depan.

Rumah sederhana itu bernuansa putih. Dengan tiga anak tangga menuju teras kecil berlantai kayu dan pintu panel berwarna senada.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang