Chaos

60 8 0
                                    




Alunan musik klasik terdengar sayup sebelum tungkai jenjang itu melangkah keluar.

"Tunggu aku di ruang yang telah Jimin sediakan..." Pria berbalut jas hitam itu tersenyum lembut kemudian kembali melajukan mobilnya.

Jackson dan Namjoon berjalan cepat memasuki elevator kecil yang terletak di pojok area parkir. Sesekali pria yang lebih pendek itu merapikan surai hitamnya yang mulai memanjang pada cermin besar di satu sisi kotak sempit yang membawa mereka menuju lantai teratas.

"I should've cut my hair too..." Kepalanya sedikit merendah untuk menyisir rambut-rambut halus yang menutupi dahinya.

"You look great, Jack..." Namjoon mendengus tersenyum kecil melirik sang sahabat yang masih menarik-narik jas hitamnya.

"Jack......"
"Aku terus memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya" Kedua tangan tersembunyi di dalam saku celananya.

"Lalu?" Jackson berhenti berkaca dan memutar tubuhnya menghadap sang pria yang tengah bersandar.

"Time...." Manik gelap itu melirik tegas.
"Bawa aku menemui sang Waktu"




"Kalian tidak tersesat bukan?" Tawa pelan sang pria menyambutnya di depan pintu.

Ruangan sepi itu dikelilingi kaca jendela besar berwarna hitam. Di bawahnya adalah aula besar tempat Jimin dan Yoongi melaksanakan resepsi pernikahan mereka.
Dari balik kaca hitam itu Namjoon dapat melihat semuanya. Ramai para tamu yang mulai berdatangan juga hiruk pikuk para pelayan yang masih sibuk menyediakan berbagai macam hidangan.

"Kau bisa melihatku di sana" Seokjin berdiri bersebelahan dengan sang pria.
Namjoon sedikit bergeser menjauh kemudian tersenyum menatapnya.

"Um......kau akan membawakan makanan kemari bukan?" Wajah polos itu tiba-tiba menyembul dari balik sisi lain bahu tegapnya.

Seokjin tertawa geli. "Tentu saja, Jack...."
"Jimin bahkan telah memisahkan hidangan untuk ruang khusus ini agar tidak kehabisan"

"Waahh..." Bola mata sang pria membulat berbinar senang.

"Karena Seokjin tahu kau rakus, Jack...." Namjoon berucap datar tanpa meliriknya.

"Heyyy....aku tersinggung" Jackson mendelik kesal sementara Seokjin tergelak menepukkan kedua telapak tangannya.

"Maaf aku tidak bisa menemanimu di bawah sana...." Namjoon  menoleh pada sang kekasih setelah Jackson pergi dan menyamankan duduknya.

"Kau luar biasa hari ini, Namjoon...." Seokjin menatpnya lembut.
"Seandainya aku bisa mengusap sisi wajahmu saat ini" Ia memiringkan kepala lalu tersenyum tipis.
Namjoon terdiam menunduk. Pikirannya kembali pada pembicaraannya bersama dengan sang pria yang kini tengah berbaring membaca sebuah majalah di sofa.

"Tapi aku masih bisa melakukan ini...."
Namjoon sedikit tersentak saat sapuan kelopak mawar merah itu menyentuh lekuk rahangnya hingga mengering dan berjatuhan ke lantai. Ia tersenyum getir.

"Aku akan menyapa pasangan baru itu" Seokjin merapikan jasnya singkat lalu berbalik menuju pintu.

"Seokjin!" Ucap spontan itu membuat sang pria kembali membalikkan tubuh rampingnya.
"K-kau.........."

"Kau indah sekali malam ini" Namjoon memiringkan kepala dengan seulas senyum dan tatap teduh.

Kedua alis Seokjin terangkat singkat sebelum mengulum senyum, lalu tertunduk malu dan keluar dari ruangan itu.



"Palingkan wajahmu" Namjoon melirik kesal pada kedua mata yang mengintip dari balik majalah.
Jackson terbahak geli kemudian melempar majalah itu ke atas meja.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang