Distance

34 5 0
                                    




"Jiminieee....."
"Apakah kau tidak akan mengajakku untuk makan siang di luar?"

Suara rengekan itu membuat sang pria terbahak.
"Kau bosan di rumah, Seokjin?"

"Hmmm....." Seokjin menjawab malas.

"Maaf sekali Seokjin.....aku bersama dengan rekan-rekanku akan merayakan ulang tahun Soobin"

"Dokter muda baru itu?" Seokjin bergeser dari tempat tidurnya.

"Iya...."
"Okay...sebentar lagi..." Sayup suara-suara riuh itu terdengar di ujung sambungan.
"Seokjin....."

"Kau sudah harus pergi.....baiklah" Seokjin menuruni tempat tidurnya dan berjalan tertatih menuju dapur.
"Hati-hati di jalan, Jiminie...."

"Beristirahatlah, Seokjin...."
"Agar kakimu cepat pulih dan bisa bekerja seperti biasa lagi"

"I will......tapi aku lapar" Seokjin terkekeh.
"Aku akan memasak ramen lalu kembali tidur"

Sambungan pun berakhir. Diletakkannya ponsel itu di atas meja dapur. Jemari lentiknya memilah makanan instan yang berbaris dalam lemari makanannya.

Sesaat kemudian ia tersenyum lalu mengeluarkan sebuah mie cup.
"Namjoon......."
"Apakah kau makan dengan baik disana?"




Kepalan tangan itu mengetuk unit kosong di hadapannya.
Tangan satunya menenteng sebuah kantung plastik berisi sabun beraroma lavender juga beberapa jenis makanan.

Namjoon merapatkan jaket hitamnya lalu kembali mengangkat kepalan tangan itu ke depan pintu.

Suara pintu terbuka membuatnya menoleh.

"Dokter itu sudah pindah, tuan"
"Anda siapa?" Seorang wanita dengan sebatang rokok terapit di jarinya melongok dari balik pintu.

"T-teman..." Namjoon menjawab kaku.

"Hmmm.....tak kusangka dokter itu memiliki teman setampan kau...."
Namjoon melangkah mundur ketika wanita bergaun pendek itu keluar dan berjalan mendekat.

"S-saya permisi" Tungkai jenjang itu melangkah cepat menghindari sentuhan sang wanita.

"Mampirlah kemari jika kau tidak menemukan temanmu, tuan...." Wanita itu menghisap rokoknya seraya melambaikan tangan sebelum masuk kembali ke unitnya.

Nafasnya memburu dengan jantung yang berdegup kencang. Namjoon berlari menuruni tangga dengan cepat.
Satu sentuhan saja dan wanita itu akan kehilangan nyawanya.
Dan para malaikat maut lain akan mengetahui kejadian ini entah bagaimana caranya.
Lalu mereka akan menemukannya, juga Seokjin.

Pikiran-pikiran buruk mulai menghantuinya.
Sesaat kemudian langkahnya melambat.

"Seokjin telah pindah......"

"Kemana?"

Tubuhnya bergidik saat udara di luar menerpa.

Namjoon mulai berjalan tanpa arah. Menyusup ke pepohonan untuk menghindari bersentuhan dengan orang-orang.

Sebuah gorong-gorong beton terlihat dari kejauhan. Ia berlari ke tengah taman bermain sepi berselimut salju dan segera merunduk bersembunyi di dalam tabung besar itu.

Hela nafas sedih berhembus seiring kepulan asap putih dari bibirnya yang menggigil kedinginan.

Diraihnya kantung plastik putih dari sisi tubuhnya.

Harapannya untuk menyeduh mie cup dan menikmatinya di atas sofa empuk hangat bersama sang kesayangan pun punah.

Namjoon harus menggigit mie keras itu lagi demi perutnya yang lapar.


FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang