"Kubilang apa kemarin, hmm......"
Suara tegas di ujung sambungan diakhiri dengan dengus kesal.Seokjin tertawa kemudian mengerang dengan bibirnya yang mengerucut.
"Kukira orang itu akan berniat jahat padaku"
"Setelah kupikir-pikir, mungkin ia hanya seorang tuna wisma yang ingin meminta makan malam""Hhhh........sekarang kau malah merasa iba setelah kakimu ngilu karena berlari"
"Aku tidak berlari, Jiminie!"
"Aku berjalan cepat" Kedua mata sang pria membulat dan bibirnya semakin mengerucut tajam."Apapun itu......." Kembali dengus kesal itu berhembus.
"Sekarang kakimu sakit. Itu intinya"
"Tunggu sebentar jam kerjaku berakhir, aku akan memeriksanya""Jiminie......"
"Hmmm?"
"Aku ingin makan ramen....." Seokjin terkekeh pelan.
"Hhhhh........."
"Apakah itu untuk Seokjin?"
"Demi Tuhan, Namjoon! Kau hampir membuatku mati karena serangan jantung!"
Jimin membulatkan mata ketika berbalik dari kedai ramen itu dan menemukan sang pria telah berada di balik punggungnya."Kau tidak akan mati karena serangan jantung, dokter Park...." Namjoon tersenyum tipis.
"Tidak ada riwayat penyakit itu dalam pohon keluargamu"Untuk sesaat ucapan itu membuatnya bergidik. Rekan-rekan dokternya biasa menjadikan itu sebagai candaan. Tapi mendengar ucapan yang sama dari seorang malaikat maut adalah sesuatu yang berbeda.
Jimin membuang nafasnya pasrah.
"Sedang apa kau disini, Namjoon?"
"Masih menunggu Seokjin datang kah?"Pria tegap itu mengangguk kemudian tersenyum.
"Jangan khawatir....."
"Aku hanya ingin melihatnya"
"Dari kejauhan....." Ia tertunduk."Malam kemarin sepertinya aku menakutinya, dokter Park...."
Jimin memiringkan kepala dengan dahi berkerut.
"M-maksudmu?"Namjoon mendengus tersenyum.
"Aku melihatnya berjalan kaki setelah berpisah denganmu disitu" Telunjuknya mengarah pada sebuah mobil yang baru saja keluar dari lorong pelataran parkir."Aku.........hampir saja mengejarnya"
"Tapi tidak.........kau boleh bernafas lega sekarang" Manik gelap itu menatap lekat wajah gamang di hadapannya.
"Baiklah........." Namjoon menurunkan beanie hitam pemberian sang dokter kemudian melangkah mundur.
"Aku senang Seokjin makan dengan baik"
"Sampai bertemu lagi, dokter Park....."Sepasang mata kecilnya mengatup singkat seiring hembusan nafasnya. Menatap iba punggung tegap yang berjalan dengan kepala tertunduk menyeberangi jalan sepi.
"Kau tidak makan?"
"Makan? Oh.....iya" Tawa kaku yang dipaksakan itu meluncur setelah pikirannya terpaku pada sosok tinggi yang baru saja ia jumpai beberapa menit lalu.
"Kurasa aku tidak akan pernah bosan dengan ramen pak Lim" Seokjin terkekeh kecil dengan pipi membulat penuh. Bibirnya kemudian bergerak-gerak mengerucut saat ia mengunyah.
"Jimin.........kau melamun lagi" Diletakkannya sumpit itu perlahan di tepi mangkuk besarnya.
"Apakah ada sesuatu di rumah sakit?""Seokjin......" Jimin menegakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk memandangi helaian mie berkuahnya.
"Kemarin malam.....apakah kau melihat wajah pria tersebut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Fanfiction"I just want a normal life, but then i think of it....what is normal in general?" another [NamJin] story #angst #hurt-comfort #happyending in #anotherlife