Destiny

60 6 0
                                    




"Jangan! Kumohon jangan!" Kedua tangan itu menggapai-gapai sosok yang perlahan menjauh.

"Jangan pergi! Kumohon!" Namjoon jatuh tersungkur. Air matanya mengalir deras.
Seokjinnya telah menghilang.

"Terima takdirmu, tentara....." Suara itu kembali mengusik telinganya.

"Aku tidak bersalah......." Kali ini kepalanya tertunduk dalam. Tubuhnya seperti telah kehilangan seluruh tenaga.

"Semua tidak luput dari kesalahan, tentara"
"Dan semua harus menerima takdir mereka"

"Jiwanya berada di tanganmu"

"Itulah akhir cerita dari hidup seorang Kim Seokjin"

Namjoon menggeleng lemah. Tak lagi mempedulikan langkah kaki yang terdengar semakin mendekat. Ia akan sangat senang jika tiba-tiba sebilah pedang merenggut nyawanya saat itu juga.

Tapi tidak.

Ia memalingkan kepala tertunduknya. Seulas senyum menyambutnya hangat.

"Seokjin......." Namjoon berdiri cepat dan melangkah mundur.

Senyum di bibir merah muda itu tak memudar. Sesaat Namjoon terlena oleh tatap lembut manik besar sang pria.

"Aku mencintaimu, Namjoon...."

Ucap pelan itu disambut oleh senyum lebar. "Takdir itu tidak nyata" Pikirnya.
Sekejap senyumnya memudar. Telapak tangan hangat yang menyentuh pipinya berubah menjadi serpihan debu.

Namjoon terbangun dengan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Ia duduk beralaskan karpet bulu tebal, bersandar pada sisi tempat tidurnya menopang kepala dengan kedua lengan yang bertumpu pada lutut yang terlipat. Lalu meringis perih.

Suara ketukan pada pintu rumah itu membuatnya berjengit kaget. Seokjin telah kembali bekerja hari ini dan ia tidak meninggalkan pesan apapun selain menghangatkan lauk juga menikmati rumahnya seperti tempat tinggal sendiri.
Dan sebuah gambar hati di akhir tulisan tangannya.

Sudut bibir sang pria terangkat tinggi.

Kembali suara pintu diketuk membuatnya berjalan cepat dan mengintip melalui jendela.

"Damnit! Where have you been?!" Ditariknya bahu sang pria dan dipeluknya erat.

Jackson tergelak memeluknya lebih erat lagi.
"Maaf aku tidak tahu Seokjin telah pindah kemari"

"Dia menemukanku....itu saja yang terpenting" Namjoon melepas pelukannya dan mendengus tersenyum.
"Dari mana kau tahu aku disini?"
"Apakah ada yang mengikutimu?" Kepalanya terangkat tinggi memperhatikan jalanan sepi di belakangnya.

"Tidak...tidak...tenang saja" Jackson mengikuti langkah sang pria kemudian menyamankan duduknya di sofa.
"Namjoon.......aku bermimpi aneh malam tadi"

Alis sang pria terangkat singkat. Namjoon menatap lekat raut wajah sang sahabat yang telah berubah serius.

"Kau harus mengambil nyawanya, Namjoon...." Jackson mengusap wajah kasar di akhir ceritanya.
"Karena kau tahu, semua ini adalah sebuah kutukan"

"Us being a reaper...."

"Takdir yang telah ditentukan dan tak dapat diubah walau berapa kalipun aku berbicara dengan sang Waktu"
"Inilah jalan hidup manusia, Namjoon..."
"Semuanya akan berakhir, bagaimanapun caranya"

"And in your case....."

"Seokjin harus tetap......"
"Aku selalu memimpikan hal itu jika berada di dekatnya, Jack...." Namjoon mengusap keningnya dan terkekeh pahit.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang