19. Metafora Yang Cemerlang

13 1 2
                                    


Untuk rindu yang selalu ingin dipeluk.

Tuan, sebait kata tak bisa untuk menyangjungmu.

Untaian nada tak bisa menjumpai sendamu.

Deretan metaforaku tak bisa menyamaimu elokmu.

Tuan,

Renjana ini selalu merundungku hingga ripuh.

Aku terisak kala benang meliilitku dan mecekikku.

Bukan,

Bukan aku tak bisa melepaskannya.

Namun, diriku yang menarik agar terikat lebih kuat simpulannya.

Jiwa ini ingin menenggelamkan dalam kalbu bersamamu rinaimu.

Sendamu lebih jelita daripada syair.

Sendumu selalu menyapa risauku.

Tuan, jika hembuasan dedaunan mampu membawaku ke pelupuk matamu.

Maka biarkan aku menjadi bagiannya.

Agar aku bisa berada di dekatmu.

Aku ingin menjadi seperti angin yang meraihmu.

Dan mengelus pelan parasmu.

Aku ingin menggapaimu dengan jumawa.

Lama aku menanti hembusan itu.

Tuan,

Jika sendu menyapamu di penghujung tujuan,

Dan angin berteriak marah, 

Lihatlah lebih dekat atau lihatlah sejauh kamu mampu

Karena di sanalah renjanaku menanti kepulangan senja yang menawan.

Seperti bibir pantai yang menanti desiran ombak,

Seperti batu karang yang dikhianati tenangnya

Aku menanti bait kata yang tak pernah padam.

Nada yang tak pernah usai.

Dan paras yang menggelitikku hingga berbinar.

Lukisan Dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang