𐙚⋆ 13

5.5K 266 2
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan follow yaa

Makasih

Happy reading!

∘₊✧───────────────────────✧₊

Tok!

Tok!

Suara ketukan pintu terdengar keras membuat Hesa terkejut lalu bergegas membukakan pintu tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat tiga preman datang ke rumahnya untuk menagih uang sewa rumah.

Tiga preman itu menatap dingin sehingga membuat Hesa gemetar dan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Salah satu preman itu mendekati Hesa dengan raut wajah yang menyeramkan.

"Mana uangnya?" tanya pria itu dengan raut datar.

Hesa menelan ludahnya dengan susah payah, "A-anu tuan.. u-uangnya baru terkumpul sedikit. Bisakah saya meminta waktu lagi untuk─"

"BAWA UANGNYA KESINI!" teriak pria itu di depan Hesa. Hesa segera masuk ke kamarnya untuk mengambil semua uang sewa rumah. Lalu, ia berikan semua uangnya pada preman itu.

Preman itu merampas kasar uang tersebut. "Ingat, jika dalam seminggu kau tidak mendapatkan uang lebih maka kau akan aku usir dan cucumu akan aku bawa lalu aku jual, camkan itu." pria itu berjalan keluar dari rumah tersebut diikuti oleh anak buahnya.

Hesa terduduk lemas dikursi ruang tamu, dadanya mendadak sesak dan lagi-lagi air mata mengalir tanpa ia sadari. Kehidupannya begitu berat sekali untuk ia jalani, walaupun hidupnya berat tapi ia harus semangat karena Hesa mempunyai cucu yang setia menjadi teman hidupnya. Entah apa yang akan terjadi apabila ia tak membayar lunas uang sewa rumah. Hatinya merasa berat sekali untuk melepaskan atau jauh dari cucu satu-satunya itu.

Tanpa ia sadari sosok anak kecil menghampirinya dengan pipi yang sudah basah karena air mata.

"Kakek..." lirih Leo.

Hesa menoleh kearah Leo lalu mengusap pipi tembem anak itu. "Tidak sayang.. Leo gak boleh nangis," ujar Hesa dengan nada lirih.

Anak itu menubrukkan tubuhnya ke pelukan sang kakek. "Kakek.. Leo ndak mau jauh sama kakek.. hikss hikss Leo maunya sama kakek terus dan Leo ndak mau ikut om-om jelek itu nanti.. hikss hikss," ucap anak itu dengan tangis yang semakin kencang. Anak itu menangis hingga tersendat-sendat. Hesa mengusap punggung anak itu berusaha menenangkan anak manis itu.

"Sudah-sudah.. kakek gak akan ninggalin ataupun jauh dari Leo kok. Kan kamu cucu kesayangan kakek mana mungkin kakek ninggalin kamu sama om-om itu," balas Hesa sembari melepas pelukannya lalu ia menangkup pipi temben anak itu dan mengecupnya.

"Janji ya jangan pergi tinggalin Leo hikss.." Leo mengusap air matanya yang mengalir.

"Iya kakek janji, ayo tidur. Malam ini kakek akan bacakan dongeng buat Leo."

"Mau dongeng kancil!"

Hesa terkekeh pelan, "Yaudah ayo masuk ke kamar akan kakek ceritakan tentang dongeng si kancil."

Keduanya pun segera masuk ke kamar Leo. Mata anak itu berbinar-binar saat mendengar sang kakek akan membacakannya sebuah dongeng kesukaannya. Dibacakan dongeng sebelum tidur adalah hal yang paling Leo suka dan paling Leo senangi.

Beberapa menit kemudian setelah membacakan Leo dongeng Hesa mengecup pipi temben cucunya lalu merebahkan tubuhnya sambil memeluk sang cucu.

"Maafkan kakek.. maaf karena kakek miskin begini dan maaf kakek gak bisa kasih kamu apa-apa dihari ulang tahunmu. Kau tau? Kakek senang banget waktu dulu kakek menemukanmu saat bayi disebuah pondok tua, saat itu kakek senang sekali lalu membawamu kerumah ini tapi sekarang? Kakek menyesal karena membawamu kedalam hidup kakek yang serba tidak ada gunanya ini. Kakek minta maaf telah membuatmu seperti ini harusnya kau itu sekolah bukan keliling jualan kue setiap hari dan kau layaknya seperti anak-anak lainnya yang bahagia dengan kedua orang tua. Maafkan kakek... Kau hanya perlu ingat ini kakek sayang Leo." ucap Hesa dengan nada bergetar. Ia mengusap kepala cucunya dengan lembut. Beberapa detik kemudian ia menutup matanya dan tertidur.

Leo ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang