Ramaikan part ini dengan komen dan vote mu!!!
Klik ⭐ dulu ya
Happy reading!!
∘₊✧───────────────────────✧₊∘
Arkan dan Leo tengah bermain di kamar Arkan. Keduanya tengah asik bermain sehingga tidak sadar bahwa Ares sedari tadi berdiri di ambang pintu memperhatikan kedua adiknya bermain.
Ares menghampiri kedua adiknya lalu mendudukkan tubuhnya di sofa kamar Arkan. Leo yang menyadari bahwa ada seseorang tengah memperhatikan mereka sontak ia menoleh kearah Ares yang sedang menatapnya dan tersenyum.
"Abang ayo main," ajak Leo pada Ares. Pemuda itu mengangguk lalu mendekati adik kecilnya dan bermain bersamanya.
"Ngapain lu kesini dugong? Ganggu aja," ketus Arkan dingin. Ares tak menggubris pemuda satu itu karena ia sedang asik bermain dengan malaikat kecilnya.
Hening.
Kemudian Ares membuka suara, "Mama sama papa mau ngomong sama lu," ucap Ares tiba-tiba membuat Arkan mengernyitkan keningnya.
"Gua? Ada apa emang?" tanya Arkan.
Ares mengedikkan bahunya. "Coba tanyain aja ke mereka," balas Ares membuat Arkan mengangguk lalu segera keluar dari kamar menuju ke kamar orangtuanya.
"ABANG JANGAN CUBIT TANGAN LEO!!!" pekik Leo membuyarkan lamunan Ares. Pemuda itu tidak sadar kalo dirinya tengah menyubit tangan mungil anak itu.
"E-EHH.. Aduh sayang maafin abang ya? Mana yang sakit, hm?" tanyanya seraya menarik pelan tangan anak itu.
Leo menunjuk ke tangannya yang lebam akibat ulah Ares. "Abang cubitnya sakit banget! Leo aduin ke mama," ucap Leo beranjak dari duduknya lalu berlari keluar kamar menuju ke kamar sang mama.
"Adek! Jangan lari-larian nanti jatuh!" Ares ikut berlari menyusul si kecil itu.
Ruang keluarga, Damian sedang menasehati putranya agar memperbanyak waktu belajar kebanding waktu bermain. Pria itu sudah mulai jengah dengan sikap putra sulungnya yang semakin menjadi-jadi apalagi Arkan merupakan anak pertamanya yang harus menjadi pewaris dan juga penerus perusahaannya.
Mendengar nasehat dari sang papa membuat Arkan benar-benar muak. Dirinya seolah-olah robot yang selalu disuruh-suruh oleh tuannya. Ingin mengeluh? Tidak, Arkan bukanlah cowok yang lemah! Dia hanya sedikit kelelahan dan dia hanya ingin dimengerti oleh papanya. Tapi, rasanya mustahil sekali apalagi sifat papanya itu sangat keras kepala.
"Mas... Udah mending kita bicarakan hal lain karena menurutku masalah perusahaan kita bisa bicarakan nanti jika Arkan sudah bisa mengelola bisnis sendiri," ujar Monika tapi suaminya itu tidak menggubrisnya.
"Mama benar pah. Masalah bisnis kan Ares bisa mengelolanya buat sementara jadi kenapa kita harus bahas hal yang gak penting ini-"
"Ini penting karena kamu adalah putra papa dan satu-satunya harapan papa dimasa depan nanti." potong Damian sebelum Arkan menyelesaikan bicaranya.
Damian mengusap kasar wajahnya. "Dan setelah kamu lulus dari sekolah papa bakal ajarin kamu untuk menjadi pebisnis yang sukses agar kamu bisa kayak papa-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo END
Random𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 [ 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗠𝗘𝗠𝗕𝗔𝗖𝗔 ] Leo, seorang anak kecil berusia 5 tahun yang tinggal bersama seorang kakek disebuah rumah yang tak layak dihuni. Setiap hari leo berkeliling untuk berjualan kue demi kebu...