𐙚⋆ 18

4.6K 227 3
                                    

Sebelum baca harap vote dulu, oke?

Ayo klik ⭐ nya

Makasih

Happy reading!

∘₊✧───────────────────────✧₊

Suasana pagi kali ini terasa berbeda dari biasanya. Di mulai dari Ares yang bangunnya kesiangan dan Arkan yang mengeluh karena menguap terus-menerus. Monika heran kenapa kedua putranya terlihat tidak seperti biasa, lupakan itu.

"Arkan, kamu gak makan? Itu sarapannya udah hampir dingin loh." ucap Monika.

"Mah.. Arkan gak enak badan.." balas Arkan dengan nada pelan tapi masih bisa didengar oleh Monika.

Wanita itu menghampiri Arkan. "Kenapa sayang? Kamu sakit?" tanya Monika sembari menatap sang putra sulungnya.

"Arkan gak enak badan mah, kepala Arkan pusing.. boleh gak hari ini Arkan izin sehari?"

Monika menempelkan telapak tangannya pada dahi anaknya. Ia merasakan dahi anaknya panas.

"Panas badanmu nak.. yaudah hari ini kamu gausah sekolah dulu. Kamu istirahat aja dikamar, ya? Mama mau telfon walikelas kamu dulu," ujar Monika meninggalkan putranya diruang makan.

"Makanya jangan keseringan balapan udah tau penyakitan masih aja belagu." sindir Damian, ia beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan kedua anaknya di ruang makan.

Arkan terdiam. Apa yang dikatakan oleh papanya itu memang benar tapi apakah papanya bagus bicara seperti itu pada anak kandungnya sendiri? Saat ini, Arkan benar-benar sedih sekaligus sakit hati dengan apa yang papanya katakan barusan padanya.

"Ar? Kok diem? Ayo makan. Gausah dengerin papa," ucap Ares membuat Arkan mengangguk pelan.

"Papa jahat... Walaupun gua sering sakit-sakitan seenak papa ngatain gua kek gitu." - batin Arkan.

"Sudah selesai makannya? Oh ya Ares tolong beliin obat penurun panas ya? Mama lupa beli obatnya," ucap Monika memberikan uangnya pada Ares.

Ares menerima uang itu lalu berpamitan pada mamanya. "Yaudah mah, Ares pergi ke apotik dulu ya." pamitnya. Monika mengangguk lalu menghampiri putra sulungnya itu.

"Sayang.. ayo istirahat dikamar. Kamu harus perbanyak istirahat biar cepet sembuh," Monika membantu Arkan berjalan.

Saat dikamar Monika meminta Arkan untuk berbaring saja sambil menunggu Ares pulang membeli obat. Monika mengompres dahi Arkan yang masih panas.

"Mah..." panggil Arkan. Monika menolehkan kepalanya ke Arkan.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" tanya Monika khawatir. Arkan menggeleng lalu memilih untuk diam saja.

"Mah.." Arkan menatap mamanya dengan tatapan yang lekat. "Papa kok bilang Arkan penyakitan, ya? Emangnya Arkan punya penyakit?" tanya Arkan dengan hati-hati agar mamanya tidak kaget dengan ucapannya.

Monika menatap putranya dengan tatapan sendu lalu ia mengusap kepala anaknya. "Arkan... Denger ya, yang papa bilang ke kamu itu semuanya gak bener. Kamu itu cuma demam aja kok dan kamu tuh gak punya penyakit apa-apa.. sekarang kamu istirahat dulu ya, mama mau lihat Ares udah pulang apa belum." ucap Monika ia pun beranjak dari kasur Arkan lalu berjalan keluar dari kamar anaknya.

Arkan menghela nafasnya mungkin mamanya benar selama ini ia tak pernah merasakan sakit apapun kecuali demam, pusing, sakit kepala, dan flu. Semua orang pasti pernah mengalaminya, Arkan memilih untuk segera tidur untuk memulihkan kesehatannya saat ini.

Leo ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang