𐙚⋆ 11

6.5K 311 2
                                    

Halo guys!

Kalo baca jangan lupa tinggalin jejak votmen ya

Makasih

Happy reading

∘₊✧───────────────────────✧₊

"Arkan mau kemana malem-malem gini?" tanya wanita paruh baya yang berprofesi sebagai kepala maid itu.

"Shhtt! Bi Gina jangan kasih tau siapapun kalo Arkan keluar ya? Arkan mau keluar main sama temen-temen," balas Arkan sambil menoleh kanan-kiri agar tidak ada siapapun yang melihatnya selain bi Gina.

"Tapi tuan, ini udah malem lohh nanti kalo tuan Damian tau pasti dia─"

"Mau kemana kamu?" tanya sosok pria yang berdiri di belakang Arkan. Pemuda itu dengan susah payah menelan ludahnya dan membalikkan tubuhnya menatap pria itu.

"M-mau keluar beli sesuatu," Arkan menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap sorot mata tajam sang papa.

Damian berjalan mendekati putranya. Tepat dihadapan pemuda itu Damian langsung melayangkan tamparan keras pada pemuda itu.

Plak!

"Bohong! Pasti kamu mau balapan lagi, iya kan!?"

"JAWAB PAPA ARKAN ALASKAR PRADIPTA!!"

"I-iya pah.."

Plak!

Damian melayangkan tamparan lagi membuat sudut bibir Arkan berdarah. Pria itu menyeret Arkan ke dalam gudang, ia mengambil cambukan lalu mencambuk tubuh Arkan.

Crass!

Crass!

"UDAH PAPA BILANG KE KAMU JANGAN PERNAH IKUT BALAPAN LAGI!!" bentak Damian sembari mencambuk tubuh Arkan yang meringkuk kesakitan.

"Pah... Ampun.. kali ini Arkan mohon dengerin Arkan dulu! AAAKHH!!" rintih Arkan sambil menahan air matanya agar tidak keluar dari pelupuk matanya.

"Tuan! Tuan saya mohon jangan cambuk Arkan lagi tuan!" sela bi Gina berusaha menghentikan majikannya yang mencambuk putranya sendiri.

Damian mendorong tubuh wanita itu sehingga membuat wanita itu jatuh tersungkur ke belakang. Damian mencengkram kuat pipi Arkan menatapnya dengan tajam.

"Sekali lagi kamu gitu papa bakal─"

"Mau sebanyak apa papa mau pukul Arkan? Mau sampe Arkan mati? Iya?"

"Jaga omongan kamu, Arkan!"

"Arkan gak akan pernah takut sama ancaman papa dan pukulan papa gak sebanding dengan rasa sakit yang pernah Arkan rasakan sebelumnya." Arkan melepas cengkraman papanya dan berjalan sempoyongan meninggalkan sang papa berdiri terdiam di gudang bersama bi Gina.

Sedari tadi Ares memperhatikan papanya menyiksa adiknya tanpa ia sadari cairan bening mulai membasahi pipinya. Dengan cepat Ares menghapus kasar air matanya dan berlari ke kamar adiknya untuk melihat keadaannya.

Ceklek!

"Ar?" Ares membuka pintu kamar Arkan melihat adiknya tengah menatap cermin dengan tatapan kosong.

"Arkan?" panggil Ares. Arkan membuyarkan lamunannya mengalihkan pandangannya ke sang abang.

"A-apa?"

"Gua obatin ya lukanya? Bentar gua ambil kotak p3K dulu." Ares segera mengambil kotak tersebut di dalam lemari adiknya lalu mendekati sang adik yang perlahan membuka kaosnya.

Leo ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang