𐙚⋆ 21

4.5K 232 3
                                    

Langsung baca aja tapi jangan lupa votmen, ok?
Votmen biar aku makin semangat buat up nya

Makasih

Happy reading!

∘₊✧───────────────────────✧₊∘

Sepulangnya dari rumah sakit Cempaka, Flora meminta Leo untuk beristirahat untuk memulihkan kesehatannya. Si kecil itu hanya mengangguk menurut karena ia tidak mau merepotkan gadis itu ataupun kakeknya.

Leo berjalan ke arah kamarnya untuk istirahat. Suhu tubuhnya masih panas dan kepalanya sedikit pusing.

"Kek.. Flora pamit pulang ya? Ini ada sedikit rejeki buat kakek dan juga Leo," ucap gadis itu memberikan amplop berisi uang pada Hesa.

Hesa menolak. "Gausah, nak. Kamu simpen aja uangnya yaa." balas Hesa yang mengembalikan amplop itu.

"Kakek ini dari ibu. Ibu yang suruh aku buat kasih ini ke kakek, mohon diterima ya?"

Hesa menghela nafasnya. "Astaga ibu kamu selalu seperti itu, yaudah kakek terima uangnya. Makasih ya, nak. Sampein salam ke ibu kamu ya," akhirnya Hesa menerima amplop tersebut. Flora tersenyum lalu berpamitan pada pria tua itu.

"Flora pulang dulu ya, kek. Kalo ada waktu lagi Flora bakal mampir kesini," pamit gadis itu menyalami tangan Hesa.

"Hati-hati ya, nak. Inget kamu yang semangat kerjanya biar ibumu bangga sama kamu." ujar Hesa menepuk pelan pundak gadis itu. Ia pun tersenyum sambil menatap gadis yang menganggukkan kepalanya.

"Iya kakek.. saya pamit dulu," gadis itu melambaikan tangannya pada Hesa dan langsung dibalas oleh pria tua itu.

Setelah gadis itu pergi Hesa menutup pintu rumahnya lalu berjalan ke kamar cucunya. Pria tua itu melihat sang cucu tengah terbaring lemah diatas kasur usang dan ia pun menghampiri cucunya itu.

Hesa duduk di kursi sebelah kasur itu dan mengusap kepala cucunya dengan lembut. Tanpa ia sadari, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Ia menatap cucunya dengan tatapan sayu.

Ia mengecup dahi cucunya lalu beranjak dari duduknya. Lalu, ia melangkah keluar dari kamar itu.

Tok!

Tok!

Mendengar suara ketukan, Hesa berjalan kearah pintu lalu membukakan pintu itu. Pria tua itu melihat sosok pemuda berseragam sekolah yang tersenyum padanya.

Hesa mempersilahkan pemuda itu masuk ke dalam rumahnya dan menyuruh pemuda itu untuk duduk. Pemuda itu mengangguk.

"Kakek ambilkan minum dulu ya," ucap Hesa yang hendak pergi tapi ditahan oleh pemuda itu.

"Gausah, kek." Mata tajam pemuda itu mencari sosok anak kecil. "Leo dimana?" tanyanya.

"Leo ada dikamar. Dia lagi sakit," jawab Hesa melunturkan senyumnya. Pria tua itu sedih sekali ketika cucunya yang setiap harinya aktif dan tidak bisa diam itu mendadak jatuh sakit.

Pemuda tersebut langsung berlari ke kamar Leo dan berdiri tepat di depan pintu kamar itu. Ia berjalan perlahan mendekati anak itu.

"L-leo.."

Anak itu tidak merespon. Pemuda itu duduk disebelah Leo sambil mengelus kepala anak itu.

"Arkan..."

Pemuda itu-Arkan menoleh ke arah Hesa yang menghampirinya dengan segelas air putih dan juga obat-obatan untuk Leo.

"Kalo Leo bangun tolong suruh dia minum obat ya? Kakek ada sedikit perlu sama pak Reza." ucap Hesa sembari meletakkan segelas air putih dan obat-obatan itu diatas meja kecil yang berada tak jauh dari hadapan Arkan.

Leo ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang