𐙚⋆ 27

3.4K 185 3
                                    

Hai sayangnya lopaa, aku bawain update an anakku hehe:)

Tapi sebelum itu onty-onty harus klik ⭐ dulu ya biar lopa makin semangat bikin cerita anak bayiku:D

KOMEN JUGA AYO RAMAIKAN KOMEN MU SAYANG

Happy reading!

∘₊✧───────────────────────✧₊

Di dalam ruang kerja Damian, pria paruh baya itu menatap tajam kedua putranya. Kali ini ia benar-benar muak dengan tingkah mereka berdua. Bisa-bisanya mereka menyembunyikan sesuatu darinya yang berstatus papa mereka. Maka, Damian akan meminta penjelasan dari kedua putranya itu.

Dapat ia lihat bahwa kedua putranya sama sekali tidak mengangkat kepalanya ataupun menatapnya. Damian mengusap kasar wajahnya dan berusaha untuk tidak emosi pada mereka.

Kedua pemuda itu merasakan aura papanya yang menyeramkan dan juga dingin. Mereka tak ingin menatap atau bicara sebelum papanya bertanya pada mereka berdua. Menyeramkan!

"Jelasin ke papa kalian tau anak itu adalah anak kandung papa dari mana?" suara bariton Damian membuat kedua putranya diam dan tidak membalas pertanyaannya.

Damian menghela nafas panjang. "Sekali lagi papa tanya kalian tau tentang anak itu dari mana, hm?" tanyanya sekali lagi. Kedua putranya tetap tidak berbicara mereka seolah-olah bisu tidak bisa bicara.

"Areska Elvano Pradipta!"

"Arkan Alaskar Pradipta!"

Begitu mendengar Damian memanggil nama lengkap mereka, kedua pemuda itu langsung berbicara terbata-bata.

"K-kami m-melakukan tes D-DNA, pah." jawab Ares terbata-bata. Damian hampir ingin melayangkan tamparan pada Ares tapi ia mengurungkan niatnya karena Damian ingat bahwa Ares adalah anak kakaknya. Jika ia menyakiti putra kakaknya maka sama saja ia menyakiti kakak kandungnya sendiri.

"Huft..." Damian menghela nafas lagi. Ia mengalihkan pandangannya menatap layar laptop di depannya. "Mungkin kalian senang karena sudah menemukan si bungsu tapi papa gak bakal biarin semua kesenangan itu berlangsung lama," ucapan Damian mampu membuat dua pemuda itu membulatkan matanya.

"M-maksud papa?" tanya Arkan menatap Damian.

"Papa gak akan menganggapnya sebagai anak papa!" seru Damian. Sontak kedua anaknya membelalakkan matanya tak percaya apa yang papanya katakan.

"Papa kok gitu?! Itu kan anak papa sendiri!" hardik Ares yang mulai emosi.

"Papa gak peduli! Sekarang kalian boleh keluar dari ruangan papa," ucapnya acuh. Tanpa basa-basi lagi kedua pemuda itu langsung keluar dari ruangan itu.

Arkan menoleh kearah papanya yang fokus ke layar laptopnya ia memegang knop pintu lalu menutup pintunya dengan keras sehingga membuat Damian kaget.

BRAK!

"SIALAN!" umpat Damian pelan. Ia mengusap kasar wajahnya lalu kembali fokus ke laptop.

Di ruang keluarga, kedua pemuda itu melihat sang mama tengah bermain dengan si bungsu. Mereka menghela nafas lalu menghampiri kedua orang yang tengah asik main itu.

Monika menepis tangan Ares yang hendak menggendong Leo membawanya pergi dari sana.

"Mama kenapa tepis tangan aku sih," kesal Ares memandang mamanya yang menatapnya tajam.

"Kamu mau ambil adek kan? Gak boleh! Mama masih mau main sama dia, hus hus." usir Monika mendorong tubuh Ares walaupun tidak bergerak sama sekali.

Ketika Monika sibuk mengusir Ares yang tak kunjung gerak, Arkan menggendong tubuh Leo lalu membawanya pergi diam-diam.

Leo ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang