𐙚⋆ 14

5.7K 252 3
                                    

Haii
Jangan lupa vote ya, follow juga boleh:)
Makasihh

Happy reading!

∘₊✧───────────────────────✧₊

Saat tiba di sebuah gedung yang besar, Arkan dan papanya berjalan masuk kedalam gedung tersebut. Saat masuk kedalam mereka disambut oleh para karyawan yang bekerja di gedung itu. Seperti biasa, Damian membalas sapaan dari para karyawannya berbeda dengan Arkan-pemuda itu berjalan tanpa membalas atau tersenyum sedikitpun.

Para karyawan gedung itu sudah tau bahwa pemuda itu memang seperti itu dari sejak ia berusia 13 tahun. Pemuda itu berjalan dengan angkuh tak lupa juga ekspresi datar selalu ia perlihatkan jika ia datang kesini.

Sesampainya mereka di ruang pribadi milik Damian, pria itu meminta anaknya untuk menunggu sebentar karena ia akan mengadakan rapat pagi ini. Dengan helaan nafas panjang Arkan mengiyakan ucapan papanya.

"Ngapain ya? Gabut banget kalo diem disini mulu! Papa juga ngapain coba ngajakin gua kesini? Gak ada kerjaan banget tuh orang!" Arkan mendumel sambil membuka tirai jendela ruangan papanya.

"Ahh! Kalo tau gini mending gua nolak aja ajakan papa semalem, nyesel banget gua ngeiyain ucapan papa." lanjutnya sambil menatap kearah jendela tersebut.

Ceklek!

Pintu ruang pribadi Damian terbuka dibalik pintu tersebut sosok gadis cantik berambut cokelat sebahu masuk ke dalam ruangan itu. Arkan sedikit terkejut ketika melihat sosok gadis yang sedikit lebih tua darinya. Siapa dia? Kenapa dia masuk tanpa izin? Itulah yang dipikirkan Arkan saat ini.

Gadis itu tersenyum pada Arkan. "Hai! Kenalin aku Hazel Katarina. Kau bisa memanggilku dengan panggilan Hazel," ucap gadis itu menjulurkan tangannya pada Arkan. Pemuda itu tidak membalas ataupun bicara padanya, ia hanya menatap gadis itu dengan sorot tajam.

"Emm maaf jika aku masuknya gak ketuk pintu dulu soalnya almarhum papaku itu adalah teman papa kamu," gadis itu berusaha untuk membuat Arkan berbicara padanya tapi hasilnya nihil. Arkan tetap terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun yang membuat gadis itu menghela nafas kasar.

"Ck, dingin sekali!" decak gadis itu.

Setelah beberapa jam berada di dalam ruangan tersebut akhirnya Damian dan sekretarisnya masuk kesana. Arkan bernafas lega karena papanya sudah selesai rapat. Saat masuk Damian menolehkan kepalanya kearah gadis yang menyapanya dengan sopan.

"Selamat siang om!" ucap Hazel menampilkan deretan giginya.

Damian tersenyum, "Hazel, kapan kau datang kemari nak?" tanya Damian dengan nada lembut.

Arkan yang mendengar nada lembut dari papanya hanya bisa terdiam sembari memainkan hpnya.

"Emm dua jam yang lalu, om. Oh iya itu anak om? Dia ganteng ya!" puji Hazel menampilkan senyum manisnya pada Arkan. Arkan yang melihatnya langsung membuang muka, ia merasa geli dengan senyum gadis itu.

"Iya, namanya Arkan Alaskar Pradipta. Dia adiknya Areska," balas Damian berjalan kearah kursi kebanggaannya diikuti oleh gadis itu.

"Ohh! Dia adiknya kak Ares ya? Mereka berdua ganteng banget om."

Damian dan Hazel pun mengobrol ringan.

"Tuan muda apa anda memerlukan sesuatu?" tanya sekretaris Damian, Kai Arash.

"Bawain gua air putih dingin," ucap Arkan dingin. Kai pun mengangguk lalu ia segera mengambilkan tuan mudanya air putih dingin.

"Om, kenapa anaknya diem mulu pas Hazel ajak bicara? Padahal Hazel kan pengen kenalan lebih deket sama dia," ucap Hazel dengan nada sedikit manja yang membuat Arkan merasa jijik dengan ucapan gadis itu.

Leo ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang