Masa lalu adalah sejarah. Dan sejarah tidak dapat diubah. Memikirkan sesuatu yang sudah berlalu adalah hal yang sia-sia. Tapi, sesekali memang perlu menengok ke belakang untuk bisa mengambil langkah yang lebih hati-hati kedepannya.
Sebenarnya mendengarkan cerita tentang sejarah itu menyenangkan. Kuakui cerita sejarah cukup menarik. Seringkali pertanyaan randomku tentang bagaimana suatu hal bermula dapat terjawab. Tapi, kalau harus membaca tumpukan buku-buku pelajaran yang berisi tentang sejarah manusia dan peradabannya rasanya melelahkan sekali.
Baru sepuluh menit membaca buku-buku di hadapanku ini, dadaku rasanya sudah sesak sekali. Masalahnya selain membaca aku juga harus memahami dan mengingatnya. Kalau saja tidak ada yang menemaniku di sini, pasti mataku sudah terpejam sedari tadi.
"Ji .…" Mendengar panggilan pelan dari gadis di sebelah, aku mengangkat pandangan menoleh untuk menatap wajahnya yang cemberut.
"Kenapa?"
"Kamu, kok betah pacaran terus sama buku. Akunya dianggurin," ucapnya kemudian mencebikkan bibirnya.
Perasaan bersalah menghampiriku. Vianna, dengan senang hati dia menemaniku belajar di perpustakaan ini sejak jam istirahat dimulai. Awalnya aku menghampirinya untuk menyuruhnya pergi ke kantin sendiri, karena aku ingin belajar saja. Tapi, dia malah merelakan waktu istirahatnya untuk menemaniku.
Kali ini aku benar-benar ingin meraih peringkat satu, sesuatu yang diinginkan mama sejak lama. Yang tak kalah penting dari itu, aku ingin mencoba menarik perhatian papa. Apakah jika aku berhasil meraih peringkat pertama, setidaknya papa akan melihatku? Untuk tahu, aku harus mencobanya.
"Maaf. Bosen, ya? Kamu ke kantin aja, aku sendiri nggak papa. Nanggung ini."
"Ish, aku maunya sama kamu. Tapi, lagi nggak bisa. Aku bisa apa selain ngertiin."
Gadis itu, pagi tadi aku tidak bisa menjemputnya karena motorku masih di bengkel. Kupikir dia akan marah, ternyata dia malah menelponku pagi-pagi sekali memastikan diriku tidak terlambat. Lagi-lagi aku membuat gadis itu menahan diri untuk mengerti diriku.
Untungnya secara mengejutkan bang Haidar tiba-tiba datang, katanya sengaja ingin mengantarku ke sekolah agar tidak terlambat. Tentu saja bukan tanpa alasan dia melakukannya. Ternyata band kami benar-benar akan membuka channel youtube dan rencananya nanti sore akan merekam penampilan kami barang satu lagu. Dan aku dipaksa untuk ikut. Katanya mereka sudah sepakat melakukannya bertujuh denganku.
Yang sepakat, kan mereka. Kenapa pula aku yang harus repot mengatur waktu. Walaupun sejujurnya aku memang ingin tampil bersama mereka, hanya saja mungkin akan sedikit merepotkan bagiku untuk membagi waktu. Apalagi kalau mama sampai tahu. Game over.
"Kamu ke kantin sendiri aja, ya? Pasti laper, belum makan," ujarku mencoba membujuknya.
"Aku udah makan, tadi. Jam ketiga kosong, jadi temen-temen ngajak ke kantin. Kamu yang harusnya makan, pasti laper."
"Aku belum laper, kok. Nanti aja."
"Setakut itu sama mama, Kak?"
Pertanyaannya kali ini membuatku menaikkan alis. "Huh?"
"Kamu kenapa nurut banget, sih? Disuruh apa aja sama mama kamu pasti nurut. Kamu pasti lagi disuruh ngebut belajarnya, kan? Sampe seambis ini, pasti mama kamu lagi yang nyuruh, kan?"
Gadis itu paham sekali tentang permasalahanku dengan mama. Tentunya karena aku selalu menceritakan segalanya padanya. Aku beruntung sekali menemukan tempat ternyaman untuk bercerita. Dia juga pendengar yang baik.
Privasi? Aku tidak takut membuka privasi seperti itu padanya. Karena aku percaya padanya. Kalaupun dia mengkhianatiku, rasanya sudah sebanding dengan seberapa lega aku setelah bercerita padanya. Untuk skenario terburuk apabila dia memberitahu semua orang tentang seberapa lemah diriku di hadapan mama, aku sama sekali tidak peduli. Aku memang anak mama. Dan akan selalu menghormatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/372492699-288-k282121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mama
FanfictionKata orang, aku terlalu penurut. Menjadi penurut juga melelahkan sebenarnya, aku hampir menyerah. Tapi, apa salahnya menuruti ucapan orang tua? Hanya karena mama selalu mengaturku dan aku menurutinya lalu mereka akan memanggilku anak mama? Pedul...