Seseorang yang suka berdiam diri di rumah sepertiku pun ternyata merasa sangat bosan tinggal selama tiga hari tiga malam di ruangan menyebalkan berbau obat-obatan ini. Pagi ini, saat mendengar kabar bahwa dokter sudah mengijinkanku pulang rasanya tidak sabar sekali.
Cukup menyebalkan karena ternyata aku masih harus menunggu beberapa jam hanya untuk mengurus administrasi rumah sakit dan menunggu mama beberes. Tapi, tidak apa-apa. Aku akan bersabar sedikit lagi. Setidaknya sekarang mama sudah mengijinkanku memegang ponsel. Setelah tiga hari akhirnya aku bisa membuka gadget itu yang sebenarnya tidak banyak notifikasi yang muncul. Hanya ada chat dari Anna, selebihnya chat grup kelas dan grup band. Tidak ada yang penting karena Anna juga tahu aku tidak memegang ponsel kemarin.
Sesekali mataku teralihkan pada mama yang sedang sibuk mengemas barang-barang yang akan dibawa pulang. Sebenarnya aku ingin membantu, tapi mama melarang. Lagi pula aku tidak yakin akan banyak membantu mengingat apa yang ku kerjakan seringkali salah bagi mama. Daripada mengacau, lebih baik diam menurut saja.
Tentang pertengkaran kami beberapa waktu lalu, mama sama sekali tidak menyinggung apapun soal itu. Bersikap seolah tidak terjadi apapun. Karena itu juga aku diam tak berniat menyinggungnya lagi. Untuk kedepannya aku juga tidak tahu akan bagaimana. Untuk sekarang ini biarkan semua berjalan dengan sendirinya.
Ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Kukira Elea yang datang. Semalam sebelum pulang dia bilang akan datang lagi pagi-pagi sekali. Melihat jam sudah menunjuk angka sepuluh sepertinya dia terlambat bangun, jadi baru datang. Namun, sosok yang muncul setelah pintu terbuka lebar membuatku refleks duduk dengan tegak. Hampir saja aku menjatuhkan ponselku saking kagetnya. Akhirnya kuletakkan benda itu di nakas.
"Mama mau ketemu dokter dulu sebentar." Tepat setelah menutup tas yang berisi barang-barang, mama beranjak pergi meninggalkan kami berdua dalam suasana canggung yang amat terasa.
"Gimana keadaanmu?" tanya papa memecah keheningan.
Beliau tiba-tiba duduk di ujung ranjang. Aku yang memang sedari tadi duduk di tepi ranjang tidak bisa berkutik. Kedua tanganku saling bertaut, bergerak tak nyaman. Disaat seperti ini memang perkara dimana harus memosisikan tangan saja menjadi kebingungan sendiri bagiku. Saat aku melirik papa sekilas, ternyata beliau sama saja. Tak dapat menyembunyikan rasa canggungnya. Bola matanya bergerak kesana kemari, kemudian berdeham pelan karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Udah mendingan," jawabku tanpa sadar menelankan suara. Aku sampai tak yakin papa mendengarnya, karena untuk beberapa lama papa hanya diam. Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang? Mengulang jawabanku? Itu tidak mungkin. Bisa jadi papa mendengarnya, hanya tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Papa nggak kerja?" akhirnya aku berinisiatif untuk bertanya. Sekaligus mengungkapkan rasa penasaranku. Papa libur bekerja dalam setahun masih bisa dihitung dengan jari. Apalagi papa baru kembali bekerja setelah libur cukup lama pasca kecelakaan, pasti ada banyak sekali hal yang harus diurus. Disaat seperti ini, bagaimana mungkin papa memiliki waktu untuk sekedar mengunjungiku di rumah sakit.
"Nanti. Abis nganter kamu pulang."
Apa itu maksudnya papa sengaja meluangkan waktu hanya untuk mengantarku pulang dari rumah sakit? Tapi, kenapa? Sosok papa yang kukenal tidak mungkin melakukan itu. Bukannya aku tak senang, hanya saja rasanya aneh.
"Maaf, karena papa nggak pernah nemenin kamu selama dirawat."
Lagi-lagi aku terkejut dengan kalimat yang terlontar dari mulut papa. "Nggak papa. Udah biasa, kok."
Biasanya juga papa tidak pernah peduli dengan semua yang kulakukan. Lanjutku dalam hati.
"Maaf." Sungguh, aku jadi bertanya-tanya apakah dunia ini akan berakhir? Apa yang terjadi pada papa sebenarnya?
![](https://img.wattpad.com/cover/372492699-288-k282121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mama
FanficKata orang, aku terlalu penurut. Menjadi penurut juga melelahkan sebenarnya, aku hampir menyerah. Tapi, apa salahnya menuruti ucapan orang tua? Hanya karena mama selalu mengaturku dan aku menurutinya lalu mereka akan memanggilku anak mama? Pedul...