2. Menerima

48 18 32
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

.

Azalea mau tidak mau menerima tawaran Papahnya itu. Sekarang dirinya berada di mobil, kedua orang tuanya mengajaknya untuk menginap di rumah sepupunya, Devanka. Azalea menoleh ke arah jendela yang menampilkan jalanan malam dengan bangunan gedung yang dihiasi lampu-lampu.

Dalam lamunannya, Azalea tiba-tiba terpikirkan sepupunya yang satunya lagi. Dia langsung mendekatkan badannya ke arah kursi depan yang ditempati Papahnya untuk mengemudi.

"Pah, kenapa nggak sama Ilona aja. Dia dari kecil deket sama Mas Anka, kalau aku kan nggak terllalu deket," Azalea berharap siapa yahu Papahnya berubah pikiran mengikuti saran darinya.

"Ilona masih kuliah, Za. Kalau kamu kan baru wisuda beberapa bulan yang lalu. Sekarang juga masih nganggur, kan?"

Mendengar Papahnya mengatakan dirinya menganggur, Azalea mendengus kesal, "Nggak nganggur, tuh, Pah. Banyak kerjaan."

"Besok kalau kamu sama Anka baru nggak nganggur," godanya pada Azalea yang masih terlihat kesal.

Tidak sampai satu jam mobil yang dikendarai Papahnya memasuki pelataran rumah Devanka. Azalea bersama dengan Bundanya mengeluarkan barang-barang yang dibawanya. Sedangkan Papahnya langsung menuju pintu ruang tamu.

Dalam ketukan ke tiga, pintu rumah terbuka dari dalam. Devanka muncul dari dalam.

"Om, Tante, udah samapai? Ayo masuk," sapa Devanka dengan menyalami kedua orang tua Azalea. Sedangkan pada Azalea, Devanka hanya memberikan senyuman.

Azalea duduk di pinggiran sofa, di samping Bunda dan Papahnya. Dia mengamati rumah sepupunya itu. Otaknya tiba-tiba terpikirkan bagaimana dirinya jika sudah menikah.

"Om, Tante, gimana kabarnya. Maaf jarang berkunjung ke rumah," tutur Devanka dengan nada sopan.

"Panggil Papah sama Bunda aja. Kaya Azalea manggil kita," Bunda Azalea membenarkan panggilan yang Devanka berikan.

Devanka mengggapinya dengan tersenyum dan mengangguk.

Azalea yang mendengar ucapan Bundanya memincingkan matanya, "Bun, kok sama, sih!" protes Azalea yang tidak terima dengan usulan Bundanya.

"Ya, nggak papa Azalea. Lagipula posisinya juga sebentar lagi sama, sama-sama anak Bunda," jelasnya pada Azalea.

Azalea meneguk ludahnya kasar, dia melirik ke arah Devanka yang mana sepupunya itu sedang melihat ke arahnya. Mengetahui itu, Azalea langsung membuang mukanya ke samping.

"Kabar kita baik. Anka gimana? Pekerjaannya lancar?" Papahnya ikut menimpali pertanyaan Devanka tadi.

"Baik dan lancar," singkat Devanka.

Mereka berbincang cukup lama hingga jam menunjukkan pukul setengah sepuluh. Sedangkan Azalea selama perbincangan terjadi hanya diam menyimak, sesekali menjawab ya atau tidak.

"Papah sama Bunda istirahat dulu di kamar yang sudah aku sediain. Azalea juga istirahat, kamarnya juga udah ada, udah malem soalnya," Devanka berjalan menunjukkan kamar yang akan dipakai Azale dan kedua orang tuanya.

Melihat orang tuanya yang sudah memasuki kamar, Azalea mengikuti Devanka yang kembali berjalan ke ruang tamu.

"Aku mau ngomong sama Mas Anka," celetuk Azalea.

Senandung SilsilahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang