Happy Reading
💚Tanggal merah membuat Azalea tidak perlu memasak terlalu pagi. Karena jika Devanka libur sekolah dia akan melakukan sarapan cukup siang. Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh dan Azalea baru saja memulai masak. Saat Azalea sedang memotong wortel, Devanka datang dan mengambil sayuran lain yang akan digunakan untuk memasak.
"Ngapain?" heran Azalea yang melihat Devanka mengambil brokoli.
"Aku bantuin masak, mau buat apa?"
Azalea memberhentikan tangannya yang sedang memotong wortel, dia menatap aneh Devanka. Selama Azalea tinggal dengannya, Azalea tidak pernah mendapati Devanka membantunya memasak, kalau untuk memasak sendiri Devanka baru melakukannya.
"Nggak salah? Kesambet apa? Jangan-jangan kesambet penunggu Stadion ya?" tuduh Azalea dengan mengacungkan pisau ke Devanka.
"Apa, sih, Aza. Jangan aneh-aneh, deh." Tukas Devanka yang mulai memotong brokoli.
"Kan, Mas Anka yang aneh-aneh. Ini aja buktinya aneh, tiba-tiba bantuin masak."
Selesai dengan potongan wortelnya, Azalea mengambil beberapa sayuran yang akan digunakannya dan diletakkan di dekat Devanka.
"Habis motong itu, motong ini juga. Aku mau masak capcai hari ini."
Devanka melirik ke arah sayuran yang dibawa Azalea, lalu mengangguk mengiyakan.
Azalea sendiri memilih mengupas bumbu-bumbu yang akan digunakan lalu menghaluskannya dengan blender.
Saat semua bahan sudah selesai disiapkan, Azalea mulai memasaknya. Aroma masakan mulai tercium oleh hidung Azalea, dia lalu menutupnya agar sayuran semakin matang dan meresap. Azalea berbalik badan hendak menyiapkan piring yang akan digunakan, tapi dirinya harus terperanjat karena Devanka yang berada tepat di belakangnya.
"Ngapain, ih. Ngagetin tau!" ucapnya dengan memukul lengan Devanka.
"Habis sarapan langsung mandi. Aku mau ngajak kamu ke pantai."
Mendengar Devanka mengucapkan kata mengajak, itu membuat Azalea sedikit waswas. Karena Devanka selalu mengajaknya ke sesuatu yang berhubungan dengan olahraga yang belum pernah Azalea lakukan seumur hidupnya.
"Tumben ngajaknya ke pantai, nggak ke tempat olahraga."
"Asilnya mau gitu, mau aku ajak nge-gym, tapi pasti kamu nolak."
Benar, sesuai dugaan Azalea. Tidak mungkin Devanka tidak mengajaknya pergi ke tempat olahraga, seperti mustahil rasanya.
"Jelas nolak! Barusan kemarin ke Stadion, masa mau ke tempat olahraga lagi." Azalea menghindar dari hadapan Devanka untuk ke tujuan awalnya, menyiapkan piring. "Kalau ke pantai aku sih ayo banget." Sambungnya dengan membawa piring ke meja makan.
Masakan sudah tersaji di atas meja, Azalea dan Devanka sudah duduk untuk menikmati sarapan paginya.
"Nih, aku ambilin nasi balasan karena udah bantuin aku masak." Azalea mengambil piring dan diisi nasi, lauk dan sayur, lalu di letakkannya di hadapan Devanka.
"Pantai mana? Terus naik apa?" tanya Azalea setelah menelan makanannya.
"Pantai lumayan jauh, kita naik mobilnya Papah. Aku udah bilang."
Azalea mengiyakan saja semuanya, urusan kendaraan biar Devanka yang mengurus semuanya.
Sesuai perintah Devanka tadi, Azalea sekarang sedang bersiap-siap. Dia memandang tampilannya di depan cermin yang memantulkan dirinya yang menggunakan tanktop dan dilapisi jaket tipis oversize. Menyadari bagian perutnya yang terlihat Azalea mengerang kesal. Jika Devanka melihatnya sudah dipastikan dirinya disuruh untuk berganti pakaian yang lain. Azalea melepas jaket itu dan menuju lemarinya untuk mencari baju yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Silsilah
RomansaJalinan ikatan sakral pada dua insan yang terikat oleh persaudaraan. Azalea harus menggantikan posisi mempelai perempuan pada pernikahan sepupunya. Tanpa bisa menolak, Azalea menerimanya. Kehidupan dan kedekatan membemat Azalea lama-lama menaruh hat...