7. Gila 1

15 5 0
                                    


Happy Reading

Azalea masih duduk di ruang tengah dengan anteng untuk menunggu Devanka. Mendengar suara pintu dibuka, Azalea bergegas untuk mengeceknya. Di sana Devanka masuk ke dalam rumah dengan keadaan gontai. Melihat Devanka yang masuk Azalea mendekat ke arahnya. Baru saja Azalea hendak membuka mulut untuk menanyakan kenapa pulang telat harus Azalea urungkan karena melihat wajah lelah Devanka.

"Ini martabaknya. Maaf, ya, lama. Tadi montornya bocor." Devanka memberikan martabak pesanan Azalea.

Azalea menerima martabak itu, "Kenapa nggak nelpon aku. Kan, bisa aku jemput."

Devanka menuju ke dapur diikuti Azalea di belakangnya. Dia mengambil air minum untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

"Baterai ponselku habis, baru diisi pas di bengkel. Jadi mau menghubungi kamu juga nanggung karena montornya juga lagi ditambal." Jelasnya dengan meletakkan gelas di meja.

Devanka mendekati Azalea yang berdiri menghadap meja makan dengan tangan yang sedang meletakkan martabaknya di piring.

"Nungguin, ya?" goda Devanka tepat berdiri di belakang Azalea dengan jarak yang cukup dekat.

Azalea tersentak kecil mendengar suara Devanka yang tepat berada di telinga kanannya. Dia membalikkan badannya dan melotot melihat Devanka tepat di belakangnya.

Diam. Keduanya diam dan saling menatap. Devanka yang sadar segera menarik mundur langkahnya.

"Nungguin martabaknya, sih, iya," ucapnya dengan memalingkan wajahnya agar tidak menatap Devanka.

"Jadi nggak nunggu aku, nih. Ya, udah sini martabaknya," ucap Devanka masih dengan menatap wajah Azalea.

Azalea mendelikkan matanya, "Ya, mana bisa! Kamu yang nawarin ke aku mau titip apa, udah beliin masa diminta lagi!" dengan suara sedikit keras Azalea memprotes ucapan Devanka.

"Kalau nungguin martabaknya itu berarti harus nungguin aku, Aza. Kan, nggak mungkin cuma nunggu martabaknya tapi nggak nunggu orangnya. Emang martabaknya bisa jalan sendiri."

Azalea menahan napasnya kesal. Mau dia jawab lagi tapi apa yang diucapkan Devanka benar. Memang sepertinya Azalea akan selalu kalah dengan manusia yang namanya Devanka itu.

"Iya! Iya! Nunggu orangnya juga." Pungkas Azalea mengalah dengan membalikkan badannya menghadap meja makan lagi.

Devanka tersenyum puas mendengar jawaban Azalea. Tanpa melanjutkan obrolannya, dia segera menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket dengan keringat.

Sudah sekitar dua puluh menit sejak perginya Devanka dari dapur, tapi dia belum juga keluar dari kamarnya. Azalea yang sedang memakan martabaknya menguyah dengan kesal. Setelah martabak yang sedang dimakannya habis, dia mencuci tangannya dan pergi ke kamar Devanka untuk menyuruhnya makan malam.

Mengingat Devanka yang mengizinkan Azalea masuk ke kamarnya, dia langsung saja membuka pintu dan masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Baru saja beberapa langkah masuk ke dalam, Azalea terperangah melihat kondisi Devanka.

"Mas Anka kenapa nggak pakai baju, sih!" Azalea langsung saja membalikkan badannya membelakangi Devanka.

Di sana, di depan cermin, Devanka hanya memakai celana training tanpa memakai baju yang memperlihatkan tubuh atletisnya. Dan lebih parahnya lagi, Devanka sedang memotret dirinya yang berada di cermin.

Wajah Azalea memanas melihat Devanka yang tidak memakai baju itu. Segera dia melangkahkan kakinya untuk keluar kamar. Namun, langkahnya harus terhenti karena seruan dari Devanka.

Senandung SilsilahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang