Happy Reading
"Tumben ke sininya nggak sama Liana?" tanya lawan bicara Devanka.
"Jadi Liana nama calonnya Mas Anka yang kabur itu," batin Azalea yang mendengarkan percakapan Devanka.
Devanka menggeleng kecil, "Sama sepupu."
Azalea sedikit tersentak mendengar jawaban yang dilontarkan Devanka. Itu berarti dia tidak salah, karena dirinya juga masih menganggap Devanka sebagai sepupu, bukan suaminya.
Namun, entah mengapa sudut kecil hati Azalea merasa tidak nyaman dengan ucapan Devanka. Dengan cepat dia segera menepis perasaannya itu. Dilihatnya Devanka sudah selesai berbicara.
Azalea mengerutkan dahinya melihat Devanka mengacungkan tongkat golf ke arahnya.
"Buat apa?"
"Buat kamu main," jelas Devanka.
"Nggak, nggak! Aku nggak bisa main," tolak Azalea, lalu menjauhi Devanka untuk mencari tempat duduk.
Baru saja beberapa langkah pergi, langkahnya harus berhenti karena Devanka mencekal tangannya.
"Nanti aku ajarin. Biar kamu bisa,"
Azalea berdecak kecil, "lya, iya. Aku coba bentar," Pasrah Azalea, lalu dia mengambil tongkat golf itu dari tangan Devanka. Dari pada harus ribut dengan Devanka, Azalea mengikuti saja kemauannya itu.
Tangan Azalea dengan kaku memegang tongkat golf. Dia mulai memasukkan bola ke lubang tujuannya dengan mengikuti cara yang diajarkan Devanka.
Tongkat itu Azalea banting karena tak satu pun bola yang masuk. Jangan harap Devanka akan mengajarinya seperti dalam drama-drama yang mana orang itu mengajarinya tepat dibelakannya dengan memegang tangan yang diajari. Devanka hanya memberinya teori dan mencontohkan dua kali pada Azalea.
Azalea mengerang kesal, dia mencari tempat duduk untuk melihat Devanka bermain. Dirinya mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi kamera. Dipotretnya Devanka yang sedang bersiap akan memasukkan bola ke lubang kecil di depan sana.
"Bisa?" Tanya Devanka dengan duduk di samping Azalea lalu meneguk air putih dalam botol.
"Bisa bikin emosi."
Azalea melirik Devanka yang sedang meneguk minumnya. Matanya tiba-tiba terfokus pada jakun Devanka yang naik turun. Dia jadi teringat kejadian malam itu. Dengan cepat Azalea mengalihkan pandangannya ke objek lainnya.
"Ayo pulang. Tapi mampir dulu ke toko jaket,"
Azalea dan Devanka merapikan tas yang mereka bawa masing-masing. Dirasa tidak ada yang tertinggal, Azalea berjalan di sebelah Devanka untuk keluar gedung ini.
---
Melihat Devanka sedang mencari jaket, Azalea juga berkeliling melihat jaket di toko itu. Tangannya menjamah setiap gantungan untuk menilik jaket yang ada. Satu jaket menarik perhatian Azalea, jaket warna hitam dengan label unisex Azalea ambil dari tempatnya.
Azalea menuju kaca yang dekat dengan dirinya. Diletakkannya jaket itu di depan tubuhnya untuk melihat kecocokannya. Azalea tersenyum, sesuai dugaannya, sangat pas dan cocok di dirinya.
Azalea meletakkan kembali jaket itu, dia tidak ingin membelinya. Lagi pula dia sudah memiliki cukup banyak jaket. Azalea kembali menyusuri toko itu sekaligus mencari keberadaan Devanka.
"Suka banget foto di kaca," ungkap Azalea yang melihat Devanka sedang berfoto di depan kaca.
Mengetahui kedatangan Azalea, Devanka menyimpan ponselnya. "Ketampanan paripurna ini harus diabadikan, Aza."
"Ey, ketampanan paripurna apanya juga," cibir Azalea dengan tatapan menjuling.
Devanka tertawa kecil melihat ekspresi Azalea. "Ayo ke kasir. Aku mau bayar, habis itu pulang."
"Aku tunggu di luar aja," Azalea memutuskan untuk menunggu Devanka di luar yang terdapat kursi di sana.
Cukup lama Azalea menunggu Devanka membayar barang yang dia beli. Baru saja Azalea berdiri untuk menyusul ke dalam, tapi Devanka sudah keliar toko dengan paper bag ditangannya.
"Lama," gerundel Azalea menatap Devanka yang berjalan ke arahnya.
"Maaf, tadi ada urusan sedikit."
Azalea tidak menggubris permintaan maaf Devanka. Dia langsung saja menuju sepeda motornya dan memakai helm.
Sampai di rumah, Azalea yang akan memasuki kamar diberhentikan langkahnya oleh Devanka. Tangannya langsung ditarik menuju ruang tengah.
"Kenapa lagi, Mas Anka?"
Devanka tidak menjawab pertanyaan Azalea, tangannya justru menyodorkan paper bag ke Azalea.
"Apa?"
"Buka aja." suruh Devanka sambil mendudukkan tubuhnya di sofa.
Azalea mengernyitkan alis dan dahinya melihat isi dari paper bag itu. Azalea tertegun melihat isinya, dia langsung saja menoleh ke Devanka untuk mempertanyakan maksudnya.
"Gimana Mas Anka tau kalau aku tertarik sama ini jaket?"
Jaket yang menarik perhatian Azalea saat di toko tadi kini berada di tangannya. Devanka membelikannya untuk dirinya.
"Tadi liat kamu ambil itu jaket. Kukira kamu mau beli juga tapi ternyata dibalikin ke tempatnya lagi. Terus aku yang ambil jadinya," tutur Devanka menjelaskannya.
Dia yang sedang berkeliling mencari jaket tidak sengaja melihat Azalea mencoba kecocokan jaket yang diambilnya di depan kaca. Devanka kira Azalea akan membelinya, tapi justru dikembalikan lagi ke tempatnya. Karena itu Devanka membelikan jaket itu untuk Azalea, sekaligus tanda terima kasih karena sudah menemani dirinya berolahraga.
"Padahal cuma suka. Nggak ada keinginan buat punya," terang Azalea, "Tapi makasih ya Mas Anka, udah beliin ini buat aku." imbuh Azalea dengan tersenyum lembut.
"Makasih aja?" ungkap Devanka melihat Azalea yang akan pergi ke kamarnya.
"Terus apa? Kan bener udah ngucapin makasih."
"Ya udah sana ke kamar," perintah Devanka akhirnya dengan tidak melanjutkan maksudnya.
Azalea kembali melanjutkan langkahnya, tapi baru berapa langkah dia kembali lagi ke arah Devanka di sofa.
Cup
Selepas mencium pipi Devanka, Azalea langsung saja berlari ke kamarnya dengan kilat. Lalu ditutupnya pintu kamar dengan sedikit kencang. Tubuh Azalea meluruh tepat setelah dia menutup pintunya.
Gila. Hanya itu yang Azalea pikirkan sekarang. Entah pikiran dan keberanian dari mana dirinya berani melakukan itu. Semoga saja Devanka tidak berpikiran aneh tentang dirinya.
Sedangkan Devanka, laki-laki itu membeku. Tangannya memegang pipi yang dikecup Azalea. Dia benar-benar terperangah mendapat perilaku mengejutkan dari Azalea. Padahal bukan ini yang Devanka maksud dari ucapannya saat menanyakan hanya terima kasih saja. Maksud Devanka itu Azalea mau memasak makanan kesukaannya atau mau menemaninya olahraga lagi lain waktu.
Bibir Devanka ingin tersenyum lebar, tapi dia selalu menahannya. Namun, semakin dia menahannya semakin kuat keinginannya untuk tersenyum. Dan berakhir Devanka melepaskan senyumannya.
"Azalea," lirih Devanka dengan mata menerawang ke atas.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Silsilah
RomanceJalinan ikatan sakral pada dua insan yang terikat oleh persaudaraan. Azalea harus menggantikan posisi mempelai perempuan pada pernikahan sepupunya. Tanpa bisa menolak, Azalea menerimanya. Kehidupan dan kedekatan membemat Azalea lama-lama menaruh hat...