12. Masih Terasa Aneh

10 5 0
                                    


Pagi kali ini Azalea sudah disibukkan dengan urusan pekerjaan rumah tangganya. Sejak bangun tadi, dia melakukan rentetan pekerjaan rumah. Memasak, membersihkan kamar, mencuci, menyapu dan pekerjaan lain.

Azalea menghela napas saat semua pekerjaannya usai. Dia duduk dengan lemas di kursi dapur dengan air dingin di tangannya. Meski pekerjaan itu sudah dilakukannya berkali-kali, semua ini masih terasa aneh bagi Azalea.

"Benar-benar ibu rumah tangga," batin Azalea dengan napas yang menderu.

Azalea kembali ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Getaran pada ponselnya menarik perhatian Azalea. Dia mengambil ponsel miliknya yang berada di atas nakas. Nama sahabat satunya tertera di layar notifikasi pesan. Dengan cepat Azalea membuka pesan itu.

Setelah membalas pesan, Azalea bergegas ke kamar mandi. Semua pekerjaan sudah Azalea kerjakan, karena dirinya masih setia dengan status penganggurannya Azalea memilih untuk melanjutkan menonton drama yang waktu itu belum selesai.

Pukul sepuluh Azalea sudah siap dengan penampilannya. Hari ini dia akan pergi ke kafe Hanjian untuk bertemu dengan sahabatnya. Mengingat Hanjian, Azalea jadi teringat pembicaraan mereka saat itu. Namun, Azalea harus berusaha mungkin untuk biasa saja saat bertemu Hanjian.

Memasuki kafe, Azalea sudah bertemu Hanjian yang sedang mencatat sesuatu di meja bar. Azalea menarik napas kecil untuk bersikap biasa saja.

"Jian," sapa Azalea dengan tersenyum.

Hanjian yang mendapatkan sapaan dari Azalea membalasnya dengan anggukan kecil, lalu kembali mencatat sesuatu.

Hanya mendapatkan respons anggukan dari Hanjian, Azalea melenggangkan langkahnya kembali ke dalam kafe. Pandangan Azalea menyapu seluruh ruangan untuk mencari sahabatnya itu. Mendapatkan objek yang dicarinya, Azalea segera menuju ke sana.

"Ilona!" sapa Azalea dengan semangat.

Dia, Ilona sahabat Azalea selain Aletta. Meski Azalea lebih dekat dengan Aletta, dia sangat sama sayangnya dengan kedua sahabatnya itu.

"Aza!" balas Ilona tak kalah semangat dari Azalea. Ilona memeluk Azalea dengan dibalas oleh Azalea. Kemudian, keduanya duduk dengan bersisian.

"Aletta nggak bisa ke sini, ya, Za?" Tanya Ilona yang melihat Azalea datang sendiri.

"Dia udah kerja, makanya nggak bisa ikut," balas Azalea.

Ilona menengokkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari seseorang. Dia tersenyum saat mendapatkan apa yang dicarinya.

"Sebentar, aku panggil yang lain dulu," ucap Ilona dengan meninggalkan Azalea.

Azalea yang tahu siapa yang Ilona maksud hanya berdeham kecil. Sudah pasti mereka bertiga. Dugaannya benar, Ilona kembali dengan Asa, Juna dan Hanjian. Dan Azalea tebak Ilona pasti memaksa Hanjian, jika tidak Hanjian tidak akan ke sini karena ada dirinya.

"Ilona, kamu ngilang ke mana? Nggak ada kabar tau-tau udah muncul lagi," celetuk Asa membuka percakapan di antara mereka.

"Heh! Emang hewan kamu bilang ngilang," timpalnya Ilona tidak terima celetukan Asa.

"Bukan gitu, Ilona," bela dirinya sendiri karena bukan bermaksud seperti itu.

"Ke Singapura, mama drop kemarin dan harus di rawat di rumah sakit di sana, jelas Ilona pada semua temannya.

"Terus kondisi Mama kamu gimana? Udah baikan?" tanya Azalea.

"Em, Mama udah sembuh total dan nggak ngrasain sakit lagi," balasnya dengan tersenyum sendu.

Juna langsung paham dengan maksud Ilona, dia tersenyum ke arah Ilona. "Pasti sakit ya ditinggal orang tersayang, kamu hebat Ilona. Tapi kenapa kamu nggak ngabarin kita tentang hal itu."

"Nggak sempet, Juna. Itu juga mendadak banget. Kak Ana aja sampai ninggalin acara pentingnya dia karena Mama."

"Kalian bahas apa, sih," sahut Asa yang tidak paham dengan yang Juna katakan.

"Dasar." Ucap Juna dengan memukul kepala belakan Asa.

"Kok kamu pukul, sih, Jun." Protesnya dengan mengusap-usap kepalanya.

"Udah-udah. Aku jelasin aja," lontar Ilona, "Mama udah meninggal waktu di rumah sakit. Makanya aku nggak sempet kabarin kalian juga. Kita benar-benar kaget banget waktu itu."

"Ilona," ucap Azalea dengan mata yang berkaca-kaca. Dia langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat. Tangannya mengelus kecil punggung Ilona.

"Ilona, kita semua ikut berbela sungkawa. Kamu perempuan hebat," kata Asa dengan lembut, "Kita semua selalu ada buat kamu." Lanjutnya lagi.

"Makasih," balas Ilona dengan menatap satu per satu temannya itu.

Sesekali Azalea melirik ke Hanjian. Sejak kedatangannya tadi Hanjian tidak mengeluarkan suara sama sekali. Padahal Azalea sudah mencoba bersikap biasa saja, tapi justru Hanjian yang menghindarinya.

"Jian, kamu kenapa dari tadi diem aja. Biasanya juga ribut," terang Ilona yang merasa bingung kenapa Hanjian diam saja. Karena, setahu dia Hanjian itu orangnya suka ribut, apalagi kalau sudah ada Azalea. Hanjian akan gencar mengganggunya.

"Nggak papa. Lagi capek aja," kelitnya dengan suara kecil tapi masih di dengar oleh sekitar.

"Aku pergi dulu, ada urusan sebentar sama Jian." Azalea yang sudah geregetan dengan Hanjian langsung saja menarik tangannya untuk mengikutinya.

"Kenapa mereka?" tanya Ilona yang melihat keanehan pada Azalea dan Hanjian.

"Nggak tau, urusan rumah tangga kali," celetuk Asa asal ceplos dan berakhir mendapatkan tepukan maut dari Juna di mulutnya.

Kafe bagian belakang di sana Azalea mengajak Hanjian. Azalea melepaskan tangannya yang memegang pergelangan tangan Azalea dan menatap tajam temannya itu.

"Ji, kamu kenapa, sih? Kamu kenapa diam terus! Tadi aku sapa kamu cuma ngangguk, terus dari kemarin-kemarin kamu nggak ada bales pesan dari aku. Aku udah biasaiin sikap aku ke kamu, padahal sebenarnya aku ngrasa bersalah banget sama kamu. Aku udah bikin kamu sakit," jelas Azalea panjang lebar mengeluarkan kekesalannya pada Hanjian, "Maaf, sekali lagi aku minta maaf, Jian." Ucapnya lagi dengan suara cukup lirih.

Sama seperti waktu itu, Hanjian kembali memeluk Azalea. Perasaannya terlalu sakit untuk berinteraksi dengan Azalea. Jadi, dia sebisa mungkin menjauh darinya.

"Sudah aku katakan jangan meminta maaf, Aza. Kamu nggak salah. Aku hanya menjauhi rasa sakit, itu makanya aku menjauhimu."

Azalea melepaskan pelukan Hanjian, "Kalau kamu nyuruh aku jangan minta maaf, kamu juga jangan diemin aku, Ji. Bersikaplah seperti biasanya. Kalau itu buat kamu sakit, kamu diemin aku, aku juga sama sakitnya," terang Azalea masih dengan mempertahankan kontak mata dengan Hanjian.

Hanjian menghela napas berat, bukan maksud dia menyakiti Azalea dengan menjauhinya. Dia merasa tidak nyaman jika harus bertingkah seperti biasanya.

"Baik kalau kamu maunya gitu Aza. Aku bakalan bersikap seperti biasanya lagi," putus Hanjian akhirnya. Cukup dia saja yang merasakan sakitnya, jangan Azalea.

"Nah! Awas kalau menghindar lagi. Aku kasih kepalan tangan pipi kamu," ancam Azalea dengan melotot kecil.

"Iya." Balas Hanjian dengan mengusak rambut Azalea.

Mereka berdua kembali ke dalam kafe. Azalea kembali duduk di tempatnya yang semula.

"Hayo, habis ngapain kalian?" tuding Asa memicingkan mata ke Azalea dan Hanjian.

"Mancing," jawab asal Hanjian yang dibalas delikan oleh Asa.

Percakapan mengalir di antara mereka, Hanjian sudah mencoba bersikap seperti biasa meskipun masih terasa kikuk jika membahas perasaan masing-masing dari mereka.

Azalea berdiri di depan kafe menunggu pesananojek online-nya. Azale tidak akan pulang ke rumah, dia akan mengunjungikedua orang tuanya. Semenjak dia tinggal dengan Devanka, Azalea sama sekalibelum mengunjungi rumah orang tuanya lagi. Menyaksikan ojek yang dipesannyasudah datang, Azalea bergegas menaikinya.

Senandung SilsilahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang