Happy Reading
.
.
.Sudah sejak dari pagi Azalea menyibukkan dirinya di dapur. Hari ini jatah libur Devanka sudah selesai, itu berarti Azalea harus memasak lebih pagi karena untuk sarapan devanka yang akanberangkat ke sekolah.
Azalea menjepit rambutnya agar tidak mengganggu penglihatannya saat memasak. Dia juga memakai apron untuk melindungi bajunya.
Dia memeriksa sayuran yang berada di kulkas dan menemukan bahan-bahan yang bisa dibuat sup. Dikeluarkannya sayuran-sayuran itu untuk dia bawa ke meja dapur. Tangannya dengan santai memotong sayuran untuk bahan sup hingga selesai, lalu mencucinya. Kemudian, Azalea mangambil panci yang akan digunakan dan mengisinya dengan air. Panci yang sudah berisi air itu dia letakkan di atas kompor. Azalea menyalakan kompor gas itu. suara desisan kecil dari api yang menyala menyambutnya. Azalea mengatur api kompor dalam ukuran kecil agar tidak cepat mendidih, karena setelahnya Azalea masih harus mengupas bumbu-bumbu dan menumisnya.
Azalea mengupas bumbu-bumbu yang akan digunakan, seperti bawang merah, bawang putih, dan lainnya. Dihaluskannya bumbu-bumbu yang baru saja dia cuci. Setelah menghaluskan bumbu-bumbu Azalea menumis sebentar bumbu yang akan digunakannya itu, lantas dimasukkan ke dalam panci yang airnya sudah mendidih.
Azalea kembali mengatur api ke nyala yang lebih besar. Dimasukkannya sayuran yang sudah dicuci ke dalam panci secara berurutan dari sayuran yang paling keras terlebih dahulu.
Setelah melalui proses memasak, sop yang dibuat Azalea kini tersaji dimeja makan dengan uap yang mengepul.
Untuk lauknya, Azalea menggoreng telur dadar. Dua telur Azalea ambil dari kulkas. Dikocoknya dua telur itu jadi satu, lalu ditambahkan sejumput garam, lada, dan penyedap rasa. Azalea megambil wajan yang akan digunakan untuk menggoreng dan diletakkan di atas kompor. Dituangkannya sedikit minyak pada wajan tersebut. Dia menyalakan kompornya, dirasa sudah panas Azalea menuangkan telur dan membaginya menjadi dua sesi penggorengan.
Azalea dan Devanka, keduanya fokus dengan sarapanya masing-masing. Azalea yang melihat Devanka dengan lahab memakan masakannya merasa senang. Itu berarti masakannya cocok di lidah Devanka.
"Mas Anka selama ini masak sendiri?" tanya Azalea setelah meyuapkan makanan terakhirnya.
Azalea penasaran, Devanka yang selama ini tinggal sendiri itu berarti dia selalu memasak sendiri atau membelinya.
"Terkadang."
Terkadang? Azalea mencoba mencerna jawaban Devanka. Azalea tebak kekasihnya yang dulu yang memasakkan untuk Devanka. Azalea kembali fokus ke makannya, dia tidak melanjutkan obrolannya.
Semua peralatan yang kotor sudah Azalea cuci, sekarang tinggal dirinya mencuci pakaian-pakaian yang kotor. Azalea menuju kamar Devanka. Diketuknya pintu kamar itu. Meski Devanka sudah mengizinkan dirinya untuk bebas masuk, Azalea masih merasa tidak nyaman jika harus memasuki kamar Devanka tanpa izin dan mengetok pintu.
Mendapat sautan dari dalam yang mengizinkannya masuk, Azalea membuka pintu kamarnya pelan. Azalea melihat Devanka sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke sekolah.
"Udah mau berangkat?" tanya Azalea yang melihat Devanka sudah selesai meyiapkan barangnya.
"Iya, kamu hari ini mau main atau mau di rumah aja?"
Azalea diam sejenak, dia memikirkan apa yang akan dilakukannya hari ini. Mengajak Aletta main tapi sahabatnya itu kerja, mau jalan-jalan di luar tapi Azalea malas. Sepertinya paling benar memang di rumah saja.
"Di rumah aja. Males kemana-mana."
Devanka mengambil sesuatu di laci meja kerjanya, lalu mendekat ke Azalea yang duduk di kasur.
"Kamu pegang kunci rumah sendiri, biar kalau mau kemana-mana enak." Devanka memberikan satu kunci rumahnya pada Azalea.
Diterimanya kunci itu dengan senang hati, "Thanks." ucapnya terimakasih dengan melemparkan kunci ke atas dan menangkapnya kembali.
Azalea yang berjalan menuju pintu kamar seketika mengubah langkahnya saat melihat pigura foto di meja kerja Devanka. Dia berjalan ke meja untuk melihat foto yang siapa yang Devanka pajang.
Mata Azalea menyendu melihat foto yang ada di pigura. Dia menengok ke Devanka yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Mas Anka, aku kangen Tante Fahira sama Om Zian," celetuk Azalea dengan lirih, "Pasti Mas Anka kangen banget, ya."
Devanka mendekat ke Azalea, "Orang mana yang nggak kengen ditinggal kedua orang tuanya pergi selamanya."
Devanka mengingat kembali bagaimana dulu saat kedua orang tuanya meninggalkan dirinya sendirian diusia dua puluh tahun. Kecelakaan yang membuat orang tua Devanka harus pergi selamanya. Dan setelah kejadian itu, harus membuat Devanka berjuang sendirian. Bersyukur orang tuanya mempunyai saudara yang sayang dan perhatian dengan Devanka seperti Bunda Daisy dan Papah Hedy.
Devanka menggelengkan kepalanya dengan cepat untuk menghilangkan bayang-bayang masa itu. Dia meraih tas dan menggendongnya.
"Aza, aku mau berangkat sekarang," pamitnya pada Azalea yang masih melihat foto orang tua Devanka.
"Ah, iya."
Azalea mengikuti Devanka yang berjalan ke luar. Anggap saja dirinya mengantarkan Devanka sampai pintu depan.
"Kalau mau main ke luar pintunya jangan lupa dikunci." Ucapnya dengan menaiki montor yang akan dipakai.
"Iya, iya. Udah sana berangkat."
Tanpa membalas ucapan Azalea, Devanka langsung menjalankan montornya ke luar dari pekarangan rumah.
Sesudah perginya Devanka ke sekolah, yang dilakukan Azalea sekarang hanyalah bersantai. Dia menuju kamarnya untuk menonton drama di laptopnya. Azalea menyiapkan camilah dan minuman untuk menemaninya menonton drama.
Jari telunjuknya dengan lihai digeserkan ke sana-sini di touchpad, membawa kursornya ke drama yang diinginkan.
Sudah menemukan drama yang cocok, Azalea memasangkan earphone di telinganya dan menyetel drama itu.
Camilannya sedikit demi sedikit dia makan seiring dengan berjalannya drama yang dia tonton. Diminumnya minuman yang dia bawa juga untuk menghilangkan rasa hausnya setelah makan camilan.
Azalea tersenyum sangat lebar, bahkan tangannya terkadang memukul meja gemas melihat adegan romantis pada drama yang ditontonnya.
"Wah, wah, aku juga mau kaya gitu." Gemasnya dengan menggigit jari telunjuknya saat drama yang ditontonnya menampilkan adegan pemeran laki-laki yang tiba-tiba mencium pipi pemeran perempuan yang keduanya belum terikat hubungan sepasang kekasih.
Namun, teringat keadaannya sekarang Azalea melemaskan bahunya. Dia tidak yakin apakah dirinya bisa mendapatkan hal yang romantis, sedangkan dia dan Devanka hanyalah sepupu. Sepupu yang menjalin hubungan dengan keterpaksaan.
Azalea kembali mengambil fokusnya pada drama yang sedang ditontonnya. Sesekali menguap saat rasa bosan menghampirinya.
Satu episode sudah Azalea lewati, dia memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri hingga berbunyi untuk menghilangkan pegal pada lehernya.
Azalea masih melanjutkan dramanya. Dia tidak cukup jika hanya menonton satu episode saja. Apalagi jika drama yang ditontonnya sudah selesai, maka Azalea harus maraton untuk menyelesaikan tontonannya.
Suara getar ponsel yang berada di samping laptop membuat Azalea terdistraksi. Nama Jian tertera pada layar ponsel.
Azalea membuka pesan dari Hanjian. Dia menyipitkan matanya membaca pesan dari Hanjian yang menyuruhnya untuk datang ke kafe tempat dia.
Azalea menghentikan aktivitas menontonnya. Dia lalu menonaktifkan laptopnya dan membereskan camilan dan minumannya.
TBC
terima kasih yang udah baca cerita ini. Jangan lupa bintang sama komennya.
Lop sekebon buat kalian.💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Silsilah
RomanceJalinan ikatan sakral pada dua insan yang terikat oleh persaudaraan. Azalea harus menggantikan posisi mempelai perempuan pada pernikahan sepupunya. Tanpa bisa menolak, Azalea menerimanya. Kehidupan dan kedekatan membemat Azalea lama-lama menaruh hat...