4. Bersama

22 12 20
                                    


Happy Reading

Hari ini, hari pertama Azalea di rumah Devanka. Sejak bangun dari tidur dia merasa bingung dengan apa yang akan dilakukan. Makanya semenjak bangun dia hanya di kamar saja. Azalea memutuskan untuk tidak satu kamar dengan Devanka. Bersyukur Devanka mengerti dirinya yang masih belum siap berbagi ruangan pribadi.

Azalea memutuskan untuk ke luar kamar dan berjalan mengelilingi dalam rumah. Dirinya melihat Devanka yang keluar dari dapur menggunakan baju olahraga.

"Nggak masak?" celetuk Devanka.

"Masak? Ah, iya, nanti aku masak," jawabnya dengan mengusap lehernya.

Devanka mengangguk kecil, dia kemudian pergi begitu saja meninggalkan Azalea yang masih bingung.

Selepas perginya Devanka, Azalea mengacak rambutnya dengan berjongkok, lalu memukul kedua pipinya denhan sedikit cukup keras.

"Sadar, Aza. Kamu udah nggak di rumah sendiri." Monolognya.

Berdiri kembali, Azalea lalu menuju dapur di rumah Anka. Dapur yang terlihat cukup luas dan tertata dengan rapi. Azalea menuju kulkas yang terletak di ujung ruangan. Dibukanya lemari pendingin itu. Azalea berdecak kagum melihat isi kulkas milik Devanka, kulkas itu terisi penuh dengan bahan makanan dan beberapa camilan. Bahkan semuanya tertata rapi.

'Kayaknya Devanka orang yang sangat menyukai kerapian', tebak Azalea dalam hati.

Setelah melihat-lihat sayuran yang tersedia, Azalea memutuskan untuk memasak tumis buncis dan ayam goreng. Bersyukur Bundanya selalu mengajaknya untuk ikut memasak.

Dikenakannya apron yang tergantung di pinggiran rak piring. Tangannya dengan telaten memotong sayuran dan bumbu-bumbu yang sudah dikupas.

Azalea tersenyum saat aroma sayur yang dimasaknya mulai tercium. Setelah matang dan dirasa pas dengan rasanya, Azalea mematikan kompornya dan meletakkan sayurnya di mangkuk sayur.

Baru saja mau memegang ayam yang akan diolah, Azalea teringat belum memasak nasi. Dia melihat tempat penanak nasi yang ternyata sudah ada nasi di dalamnya. Yang Azalea tebak sisa nasi semalam. Diambilnya sejumput nasi untuk Azalea cicip, dan ternyata rasanya masih enak. Itu berarti dia tidak perlu menanak nasi lagi.

Semua masakan sudah tersaji rapi di meja makan. Azalea tersenyum dengan menepuk dadanya. "Wah, keren juga aku bisa masak buat orang lain."

Dilepasnya apron yang Azalea pakai, lalu menuju wastafel untuk mencuci tangannya.

Baru saja keluar dapur, Azalea berpapasan dengan Devanka yang mau masuk ke dapur. Devanka berhenti saat itu juga, begitu juga Azalea. Melihat Devanka yang penuh keringat, Azalea tebak laki-laki itu habis berolahraga di luar.

"Kamu masak?" tanya Devanka kerena malihat masakan yang sudah tersaji di meja makan.

Azalea berhenti, dia menoleh kecil ke arah meja makan, "Iya."

Devanka tersenyum, "Pinter." Tuturnya dengan menepuk pelan kepala Azalea dua kali. Kemudian Devanka melanjutkan pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

Azalea yang diperlakukan seperti itu oleh Devanka terkejut. Dia mengulum senyumnya sepanjang jalan menuju kamar tidur.

Selepas membersihkan tubuhnya, Azalea menuju dapur untuk mengisi perutnya yang sudah bunyi sejak tadi. Di sana, dia melihat Devanka yang sudah duduk di kursi dengan pakaian yang sudah ganti.

"Sudah selesai mandi? Ayo makan," ajaknya pada Azalea.

Azalea mengangguk, lalu menarik kursi yang berseberangan dengan Devanka.

Senandung SilsilahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang