23 Cegil

3 0 0
                                    

Hapoy Reading
💚

Sejak bangun dari tidurnya seluas senyuman tidak pernah luntur dari bibirnya. Perasaannya terasa lega, meski bukan perasaan yang sama yang didapatkannya dari Devanka tapi Azalea merasa cukup karena keberadaan laki-laki itu.

Tangannya dengan cekatan menata makanan yang baru saja dimasaknya. Baru saja Azalea akan memanggil Devanka, laki-laki dengan badan tegap itu sudah datang dengan Ilona di belakangnya. Merusak pagi sekali sepupunya itu, pikir Azalea.
Mereka bertiga sudah duduk dan bersiap untuk sarapan. Melihat Ilona yang mengambilkan piring yang akan diisi nasi untuk Devanka, dengan sigap Azalea merebut piring itu dengan pelan.

“Aku aja, kamu tidak perlu melakukannya. Seorang istri yang lebih berhak melakukan itu,” sindirnya Azalea pada Ilona dengan menekan kata istri agar Ilona sadar dengan posisinya.

Ilona berdeham dan merasa kikuk dengan sindiran yang Azalea berikan. Dia langsung fokus pada piringnya sendiri. Sedangkan Devanka, dia tersenyum tipis melihat perlakuan Azalea. Mungkin ini maksud perkataan Azalea tentang menunjukkan perlakuannya jika sudah menyukai seseorang.

Selesai sarapan Azalea dan Ilona merapikan dapur bersama. Sudah dirasa rapi, Azalea menuju ruang tengah diikuti oleh Ilona. Azalea menyambut Devanka yang baru memasuki ruang tengah dengan pakaian yang sudah rapi siap untuk pergi bekerja.

“Mau berangkat sekarang, Mas Anka?” tanya Azalea pada Devanka.

“Iya.”

Azalea menoleh ke Ilona di sampingnya yang sedang memperhatikan Devanka. Senyum miring tercetak di bibir Azalea saat terpikirkan sesuatu.

“Ilona, kamu udah lama tinggal di sini, jadi aku harap kamu segera pulang ke rumah. Dan kalau bisa hari ini juga,” jika Azalea tidak mengusir Ilona terang-terangan bisa jadi dia tinggal di rumah Devanka lebih lama lagi. Dan Azalea sangat tidak ingin itu terjadi.
“Kak Aza kok ngusir aku. Mas Anka juga nggak gitu,” jawabnya dengan melirik ke Devanka yang ada di depannya.

“Kata siapa enggak? Mas Anka aja setuju kalau kamu sebaiknya segera pulang.”
Ilona menatap Devanka menuntut jawaban maksud dari perkataan Azalea.

“Benar kata  Aza, Ilona. Kamu udah lama di sini, sebaiknya segera pulang biar nggak terlalu lama,” jelas Devanka pada Ilona.

“Tapi kenapa Mas Anka?” tanya Ilona lagi dengan nada memelas.

“Coba tanya ke Aza.”

Ilona melihat Azalea, “Kenapa Kak Aza? Nggak suka aku di sini, ya?”
Ingin sekali Azalea menjawab iya. Namun, dia tidak ingin menyakiti sepupunya itu, bagaimanapun Azalea mereka itu sepupu dan Azalea tidak mau membuat kesalahpahaman lebih
“Ilona, aku dan Mas Anka itu suami istri, dan nggak etis kalau kamu tinggal terlalu lama di sini. Itu sama saja kamu mengganggu hubungan kita. Kamu paham maksudnya, kan?”

“Tapi aku belum main sama Mas Anka, Kak?”

“Itu lebih nggak ngehargain hubungan kita, Ilona! Mas Anka udah jadi suami, dan kamu nggak bisa semaunya ajak Mas Anka buat main!” dengan sedikit keras Azalea menjawab Ilona. Azalea ingin membelah otak Ilona agar paham maksud ucapannya tanpa banyak alasan untuk bertanya lagi.

Devanka lagi-lagi tersenyum karena jawaban Azalea. Perempuan itu sudah berani mengakui dirinya sebagai istri. Dan Devanka merasa bahagia saat Azalea dengan lantang menyebut dirinya suaminya.

“Kamu udah dewasa, Ilona. Pasti paham, kan maksud Azalea?” Devanka ikut memperjelasnya pada Ilona.

Dengan lemas Ilona mengangguk. Dia lalu pergi ke kamarnya untuk membereskan pakaiannya. Meski terasa berat, Ilona harus segera pergi dari sini. Jika tidak, Azalea akan mengusirnya secara langsung dengan mengeluarkan barang-barangnya. Ilona ingat saat kecil dulu dia pernah main ke rumah Azalea, tapi Azalea menolak untuk dikunjungi dan diajak main, sedangkan dirinya tetap kukuh bermain di rumah Azalea. Dan karena itu Azalea langsung mengeluarkan barang mainan Ilona untuk mengusirnya pergi dari rumahnya.

Devanka mengelus pucuk kepala Azalea. “Jangan galak-galak sama sepupu kamu.”

“Dih, masih dibelain,” ucapnya dengan mendelik ke Devanka.

Devanka tersenyum, “Enggak belain, Azalea.” Belanya dengan mencubit gemas hidung Azalea.

Azalea sebisa mungkin menahan senyumnya, jangan sampai dirinya mereog karena Devanka.

“Udah sana berangkat. Telat aku syukurin.” Dengan mendorong Devanka keluar Azalea berucap.

Azalea mengantar Devanka hingga sampai halaman rumah. Dia pertama kali melakukan hal ini, karena sebelumnya Azalea tidak pernah mengantar Devanka berangkat kerja meski hanya sampai depan rumah.

“Mas Anka tangan,” kata Azalea yang membuat Devanka bingung. Namun, Devanka tetap menyodorkan tangan kanannya.

Azalea menyambut tangan kanan Devanka untuk disalaminya dengan mencium punggung tangan itu. Perlakuan Azalea ini membuat Devanka membulatkan matanya terkejut. Dia tidak pernah terpikirkan Azalea akan melakukan itu. Baru pagi saja Azalea sudah membuat perubahan sebanyak itu. Devanka menjadi tidak sabar ingin segera mengetahui perbuatan apalagi yang akan dilakukan Azalea padanya.
“Hati-hati,” pesan Azalea dan mendapat balasan dari Devanka.

“Mas Anka.”

Baru saja Devanka akan menjalankan motornya harus dia tunda karena panggilan dari Azalea lagi. Dan sekali lagi Devanka dikejutkan dengan Azalea yang tiba-tiba mencium sudut bibir Devanka. Dan hal itu membuat Devanka diam membeku. Menoleh ke sampingannya, ternyata Azalea sudah tidak ada, sepertinya Azalea langsung masuk ke dalam setelah mencium dirinya.

Setelah menahan diri untuk tidak mereog, Azalea sekarang bisa melakukannya setelah berada di kamarnya. Semua perlakuannya pada Devanka itu memang sudah Azalea pikirkan sejak semalam. Namun, dia tidak menyangka jika efeknya akan membuat dirinya seperti orang gila.
Teringat dengan Ilona, Azalea menuju kamar yang ditempati sepupunya. Dalam ketukan yang ke dua, pintu itu dibuka. Azalea mengintip kamar Ilona yang sudah rapi dengan koper kecil yang Azalea tebak sudah diisi dengan barang-barang milik Ilona.

“Udah selesai beres-beres?” tanya Azalea basa-basi, “Kalau udah aku pesenin ojek buat pulang.”

“Pulang sekarang, Kak?”

“Iya. Terus mau kapan? Nunggu Mas Anka pulang, nggak usah. Tadi kan Mas Anka udah tahu juga.”

“Iya, aku pulang sekarang. Pesenin ojek ceper.”

Azalea lantas memesan ojek online untuk Ilona. Setelah ojek pesanannya datang, Azalea membantu Ilona membawa barang miliknya ke luar rumah.

“Ilona, maaf, ya nyuruh kamu balik. Kamu harus menghargai hubunganku dengan Devanka.” Tutur Azalea dengan mengusap bahu Ilona.

“Iya. Aku balik dulu, Kak Aza.” Pamit Ilona dengan memasuki mobil.

“Hati-hati.”

Setelah mobil yang dinaiki Ilona keluar dari pekarangan rumahnya, Azalea masuk kembali ke rumah dengan tersenyum lebar. Tidak ada lagi yang mengganggu aktivitasnya dengan Devanka sekarang. Sekarang yang akan Azalea lakukan membuat Devanka memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Azalea akan berusaha untuk itu.

Senandung SilsilahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang