Jam digital di layar ponsel Ningning sudah menunjukkan hampir pukul delapan malam. Acara dinner untuk merayakan hari ulang tahun Karina itu belum juga selesai. Para pelayan restoran bintang lima yang baru saja Heeseung panggil itu masih keluar dan membawa beberapa dessert ke meja mereka.
Ningning bergerak risih sejak tadi, beberapa kali ia saling pandang dengan Winter sambil menatap layar ponselnya di bawah meja.
Winter:
Katanya mau ngomong sesuatu, udah ngomong aja.Ningning:
Ya nggak di sini juga, Win.
Ini penting banget, gue nggak bisa jelasin di chat doang.Winter:
Oke, kalo gitu kita ke rooftop aja sekarang.Ningning:
Gue takut anak-anak curiga tapi.Winter:
Yaudah, gue izin ke toilet setelah ini.
Gue duluan, gue tungguin di rooftop. Jangan lama-lama.Ningning:
Oke.Setelah sama-sama berpura-pura pergi ke toilet, Ningning dan Winter akhirnya bisa berada di rooftop tanpa membuat teman-temannya curiga.
"Ada apa? Buruan ngomong, waktu kita nggak banyak."
Ningning terdiam sesaat, sebelum akhirnya beberapa tetes air mata jatuh begitu saja di kedua pipinya tanpa bisa ia tahan.
"Gue hamil, Win."
"What?" Winter sontak terbelalak.
"Beberapa hari ini yang gue bilang sama lu kalo gue kurang enak badan, telat datang bulan, sering muntah-muntah, itu gue beneran hamil."
"Anak Sunghoon?"
"Ya menurut lu?"
"Oh my God, lu kenapa ceroboh banget sih? Gue kan udah bilang, pakai pengaman, bodoh. Jangan asal terobos aja." omel Winter sambil mengusap wajahnya.
"Lu pikir semudah itu buat ngatur-ngatur seorang Park Sunghoon? Dia bahkan nyiksa gue tanpa ampun malam itu, Win."
Sambil menyeka air matanya, Ningning pun mengeluarkan amplop berwarna putih dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada Winter.
"Gue bahkan selalu minum obat pencegah kehamilan setiap malam selama Sunghoon tidur di apartemen gue tapi kayaknya Tuhan lagi memberi hukuman sama gue sekarang." ujar Ningning penuh penyesalan.
Winter membuka kertas yang terselip di dalam amplop itu dan Winter hanya bisa menghela napas pelan karena itu adalah hasil pemeriksaan dari rumah sakit yang menunjukkan bahwa Ningning benar-benar positif hamil.
"Sekarang gue benar-benar bingung dan putus asa. Kalau gue gugurin anak ini, Sunghoon pasti bakalan gantung gue hidup-hidup."
"Lu nggak ada niatan buat ngomong sama Jay?"
"Jay?" Ningning sontak menoleh. "Lu udah gila atau gimana?"
"Lu nggak punya pilihan lain, Ning. Cepat atau lambat, Jay pasti akan mengetahui hal ini. Kecuali kalau lu menyetujui ajakan Sunghoon buat kawin lari."
Ningning menggeleng. "Gak, Win. Gue nggak mau ngecewain orang tua gue. Sebenarnya jika di suruh milih antara Jay dan Sunghoon, gue lebih pilih Sunghoon. Meskipun sikapnya kadang toxic dan nggak bisa di bantah, tapi Sunghoon bener-bener bisa ngertiin gue. Marahnya Sunghoon karena dia gak mau kehilangan gue."
"Kalau Jay?"
"Dia emang romantis dan lemah lembut sama gue, tapi dia egois dan selalu nyepelein hal-hal kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession || Wangice [END]
FanfictionPark Sunghoon punya obsesi yang luar biasa untuk memiliki Ning Yizhuo. Ia tidak peduli bahkan jika harus merebut gadis itu dari tunangannya yang notabene adalah sepupu Sunghoon sendiri, Jay Park. "Lu milik gue. Gue gak akan biarin siapapun milikin l...