.07.

705 84 10
                                    

Ningning menghela napas pelan dan menjatuhkan dirinya di atas kasur. Otak Ningning masih berkecamuk, memikirkan tawaran gila yang di berikan oleh Sunghoon padanya.

Tadi siang, entah ada angin dari mana, pria yang terkenal kaku dan dingin itu tiba-tiba menyatakan diri menyukainya dan yang membuat Ningning semakin bingung, Sunghoon menawarinya menjadi kekasih simpanannya.

"Gue suka sama lu, gatau sejak kapan."

"Lu kalo kesepian, bilang sama gue. Gue bisa jadi pacar lu di belakang Jay."

Satu kata untuk Sunghoon, gila.

Cowok waras mana yang punya nyali menyatakan hal demikian pada tunangan sahabat bahkan sepupunya sendiri.

Jujur saja, sejak tidur dengan Sunghoon malam itu, Ningning seperti sudah di buat gila oleh pria itu. Sunghoon seperti mengobati semua rasa resahnya selama ini. Sunghoon menghangatkan tubuhnya yang sudah terlalu dingin karena ia harus LDR dengan Jay berbulan-bulan lamanya.

Ningning menyukai cara Sunghoon memperlakukannya, sangat berbeda dengan Jay. Jika Jay selalu pasrah dengan Ningning tapi Sunghoon justru sebaliknya. Pria itu sangat mendominasi dan tidak bisa di bantah.

"Lama-lama gue bisa gila kalau gini terus. Kayaknya gue harus buru-buru sadar sebelum terlalu jauh."

Ningning mengusap wajahnya dengan kasar. Setelah mengganti lampu tidurnya, Ningning beringsut masuk ke dalam selimut tebalnya. Ningning membuka room chat dengan Jay.

Ningning:

Sayang

Aku kangen

Kamu lagi sibuk gak?

Aku pengen video call

Satu menit, dua menit, satu jam, dua jam. Ningning mengucek kedua matanya dengan malas. Sambil bermain game online, Ningning beberapa kali mengecek line-nya, namun masih tidak ada jawaban sama sekali dari kekasihnya itu.

Ningning benar-benar bosan. Hampir setiap malam ia selalu menunggu kabar dari Jay, namun pria itu selalu sibuk dengan pekerjaannya. Ningning sering merasa iri dengan Karina yang selalu mendapat perhatian dan waktu lebih dari Heeseung.

Sebenarnya Ningning tidak masalah jika harus LDR asal Jay sering memberinya kabar tapi Jay persis dengan ayahnya yang sangat gila kerja dan Ningning selalu berusaha menahan dirinya untuk tidak mengungkapkan keresahannya itu pada Jay.

Ningning berusaha memejamkan matanya namun terasa begitu sulit. Ia akhirnya bangun dan menoleh jam dinding yang sudah menunjukkan hampir pukul satu malam. Ningning melihat kembali ponselnya dan masih tidak ada notifikasi dari Jay.

Sambil menghela napas kasar, Ningning pun akhirnya bergerak duduk dan menyandarkan punggungnya di bantalan kasur. Ningning mengutak-atik ponselnya dengan malas hingga jempol tangannya tanpa sadar membuka room chat line milik Sunghoon yang masih ia blokir.

Sejenak Ningning berpikir.

Apa gue buka aja ya blokirannya?

• • •

Sebuah senyuman lebar terpampang indah di hadapan Ningning saat gadis itu membuka pintu apartemennya.

"Udah nyerah?" suara berat Sunghoon memecah keheningan di sana.

Ningning menghela napas pelan. Ia tidak menjawab pertanyaan itu dan langsung berbalik badan, mendahului Sunghoon.

"Ayo masuk."

Sunghoon bersorak dalam hati. Pria itu mengepalkan satu tangannya sambil menggumam kata 'yes' tanpa sepengetahuan Ningning.

Sunghoon mengekorinya masuk dan mendudukkan dirinya di ruang tengah yang langsung tertuju ke dapur. Dari tempatnya duduk, Sunghoon bisa melihat Ningning tengah berkutat di dapur itu.

"Mau minum apa?"

"Orange juice." ujar Sunghoon. "Ada?"

Ningning mengangguk tanpa menoleh sedikitpun ke arah Sunghoon. Ini salah satu perbedaan Sunghoon dengan Jay yang begitu jelas. Jika Jay selalu bilang terserah saat Ningning menawarinya makanan/minuman, tapi tidak dengan Sunghoon.

Pria itu tersenyum simpul sambil bersidekap, menatap wajah Ningning yang terlihat malas namun seperti tidak punya pilihan lain untuk saat ini.

Sekitar sepuluh menit Ningning berkutat di dapurnya, ia pun akhirnya kembali. Setelah menaruh dua gelas orange juice pesanan Sunghoon di atas meja, Ningning pun mendudukkan dirinya berseberangan dengan pria itu.

"Mulai lusa kuliah libur sepekan." ujar Ningning, membuka percakapan.

"Lu pasti mau minta temenin gue kan?" tatap Sunghoon, senyum kemenangannya sama sekali tidak pudar.

Seminggu berlalu setelah Sunghoon memberikan tawaran itu, benteng pertahanan Ningning akhirnya runtuh juga. Selama seminggu ini Ningning berusaha untuk mengenyahkan pikiran gilanya itu, namun akhirnya ia gagal karena sikap Jay yang masih sama sekali tidak berubah.

"Ingat, gue ngelakuin ini bukan karena gue suka sama lu." tatap Ningning. "Gue cuma gatau mau ngapain. Heeseung sama Karin mau liburan ke Bali. Jake mau nanjak sama kak Yeonjun dan Winter."

Sunghoon mengangguk pelan, tawanya benar-benar ingin meledak sekarang. "Lu gak suka gue tapi suka sentuhan gue. Mau bilang lu munafik tapi lu nyangkal terus, yaudah lah."

Ningning membuang napas kasar. Gadis itu pun akhirnya berdiri dan berpindah duduk di samping Sunghoon. "Lu minta bayaran berapa?"

Sunghoon seketika menaikkan sebelah alisnya. "Hey girl, gue bukan gigolo. Gue gak semiskin itu mau ngejual diri sama lu."

"Lu gak mungkin mau ngelakuin ini secara cuma-cuma."

"Ya kan gue udah bilang kalau gue suka sama lu. Apa masih kurang jelas? Gue mau pacarin lu ya karena gue suka. Udah."

"Gue ini udah punya tunangan. Kalo lu emang suka sama gue, harusnya lu jauhin gue, pacaran sama cewek lain. Itu lebih aman buat lu."

"Itukan pikiran orang-orang, bukan gue. Lagian gue belum bisa jatuh cinta sama wanita lain seperti gue jatuh cinta sama lu."

Ningning mengalihkan pandangannya dari Sunghoon. Ia benar-benar merasa bersalah pada Jay tapi entah mengapa ia begitu sulit menyangkal bahwa dirinya sangat membutuhkan Sunghoon sekarang.

Sambil tersenyum tipis, Sunghoon pun menarik tubuh Ningning ke atas pangkuannya dan mengunci pinggang ramping gadis itu dengan kedua tangan kekarnya.

"Berapa kali gue bilang, ambil keputusan yang lu inginkan tanpa ngelibatin perasaan. Lu bahkan gak pernah tahu apa yang Jay lakukan di jauh sana. Gue yang dari kecil dekat dengan Jay, sama sekali gak yakin kalau Jay akan sekuat itu berbulan-bulan menahan diri tanpa sentuhan wanita. Jay gak sepolos itu, Ning."

Ningning membalas tatapan Sunghoon dengan perasaan bimbang. "Gue takut, Hoon."

"Kita main aman. Gue janji bakalan rahasiain ini dari siapapun, terutama temen-temen kita."

Ningning terdiam.

"Be my girlfriend, baby. Gue akan berikan semuanya yang lu inginkan."

Mematung beberapa saat, Ningning pun akhirnya mengangguk pelan.

Sunghoon seketika bersorak dalam hati, tersenyum penuh kemenangan.

Mulai sekarang lu milik gue. Gue gak akan biarin siapapun milikin lu, termasuk Jay Park.

• • •






















TBC
>^^<

Obsession || Wangice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang