.30.

465 65 14
                                    

Entah perasaan seperti apa yang sedang menyerang dada Sunghoon sekarang, bahagia, galau, terharu, kesal seolah bercampur menjadi satu. Ia bahagia karena buah hatinya terlahir ke dunia dan kesal karena ia melihat Ningning begitu dekat dengan Kim Yeonjun.

"Kamu gak makan?"

"Udah tadi."

"Makan apa? Nasinya masih banyak gini."

"Aku udah makan dua bungkus roti yang di bawain Kak Yeonjun tadi, Hoon."

Sunghoon menghela napas kesal.

Dia lagi, dia lagi.

"Kamu itu menyusui sekarang. Makan yang bener, jangan asal-asalan." omel Sunghoon.

Ningning tersenyum tipis. "Iya, setelah ini aku makan nasi."

Sunghoon hanya membalas ucapan Ningning dengan gumaman pelan, sedangkan kedua tangannya masih sibuk merapikan nakas yang berada tidak jauh dari ranjang Ningning.

Ruangan itu kembali hening, mereka hanya berdua di sana. Teman-teman mereka yang membuat ramai suasana sudah pulang sedangkan anak mereka tertidur lelap di box bayi setelah tadi di berikan ASI oleh Ningning.

"Sunghoon."

Sunghoon menoleh.

"Sini." Ningning mengulurkan tangannya. "Duduk di samping aku. Jangan sok sibuk mulu."

Sunghoon menyelesaikan pekerjaannya sebentar lalu menarik kursi dan duduk di samping Ningning.

"Kamu kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Aku perhatiin dari tadi murung terus."

"Terus aku harus ngapain? Teriak-teriak? Jingkrak-jingkrak?"

Ningning tertawa. "Nggak gitu, ya ampun. Maksud aku tuh gini, dulu waktu awal pertama aku hamil, kamu exited banget. Nyiapin ini itu, bikin plan ini itu tapi setelah anaknya lahir, kamu malah diem terus."

Sunghoon terdiam, menoleh ke arah box bayi di mana anaknya berada. "Aku dari tadi mikir setelah ini aku harus ngapain. Ini pertama kalinya aku jadi ayah."

"Ini juga pertama kalinya aku jadi ibu." sahut Ningning. "Kita jalanin aja. Semua orang awalnya juga gitu kok."

"Aku belum punya kerjaan tetap, Ning."

"Kamu udah berhenti jadi fotografer?"

"Aku udah putus kerja sama dengan Bang Hengky pas aku masuk penjara hari itu."

"Kamu bisa cari kerjaan lagi."

"Kakek nyuruh aku belajar tentang perusahaan dan aku di minta buat gantiin posisi Jay."

"Ya bagus, sekarang kamu tinggal nurut aja."

"Sulit, Ning. Aku kuliah aja males-malesan, gimana bisa ngurus perusahaan?"

"Pasti bisa, kamu itu cerdas, Hoon. Nilai kamu juga selalu bagus kan dulu waktu SMA?"

Sunghoon mengangguk pelan.

"Yaudah, kamu pasti bakalan cepet belajarnya. Percaya sama aku."

Sunghoon mengerutkan keningnya saat Ningning tiba-tiba mengulurkan tangannya. "Aku udah lama gak pegang tangan kamu."

Sunghoon bergerak semakin dekat dan menggenggam satu tangan Ningning dengan dua tangannya.

"Kamu gimana selama di penjara?" tatap Ningning.

"Ya begitu, gak gimana-gimana."

"Katanya Winter, kamu sering di siksa selama di penjara ya? Bahkan di saat kamu gak ngelakuin apapun."

Obsession || Wangice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang