.16. 🔞

1.5K 77 20
                                    

Hari hampir gelap saat Ningning akhirnya sampai di depan apartemennya. Setelah mendapat surat berisi pesan mengerikan itu, Ningning langsung mengajak Jay untuk segera pulang. Tentu saja Ningning tidak memberitahukannya pada Jay, ia langsung merobek dan membuang surat itu ke tempat sampah.

Ningning beralasan tidak enak badan dan kondisi Jay yang habis di keroyok pria tidak di kenal, membuatnya dengan terpaksa mengurungkan niatnya untuk liburan terlebih dahulu.

Tadi, setibanya di bandara, Jay langsung di jemput oleh sopir pribadi keluarganya. Sedangkan Ningning memutuskan naik taksi, meskipun sopir itu sudah mengatakan ingin mengantarnya juga, namun Ningning menolak.

Taksi yang Ningning naiki berhenti tepat di depan gedung apartemennya. Setelah membayar, Ningning segera bergegas masuk meskipun rasa takutnya benar-benar tidak terkendali lagi. Seharusnya ia bisa kabur dari situasi ini, tapi tidak, Sunghoon pasti akan terus mengejarnya sampai ke ujung dunia sekalipun.

Ningning menekan bel beberapa kali, namun tidak ada respon sama sekali. Mungkinkah Sunghoon tidak ada di dalam?

Ningning menekan knop pintu dan ternyata tidak di kunci. Jantung Ningning berdegup semakin kencang saat melihat sepatu Sunghoon ternyata ada di rak sepatu.

Ningning berjalan masuk sambil menggeret kopernya pelan. Ningning mengedarkan pandangannya, seisi apartemennya benar-benar berantakan.

"Sunghoon." panggil Ningning sambil menggeletakkan kopernya begitu saja.

"Sunghoon, maafin aku."

"Kamu boleh marah sama aku. Kamu boleh hukum aku. Tapi please jangan lakuin hal gila apapun pada Jay."

"Sunghoon."

Cukup lama Ningning berdiri di ruang TV dan berbicara sendiri. Namun karena tidak ada sahutan sama sekali dari pria itu, Ningning pun memberanikan dirinya untuk naik ke kamar.

Sebuah pemandangan mengejutkan saat Ningning akhirnya membuka pintu kamarnya. Ruang kamar dengan nuansa green peach itu sangat berantakan dan bau alkohol langsung menyengat indra penciuman Ningning saat itu juga.

Dan Park Sunghoon, pria mengerikan itu terduduk di lantai dengan bertelanjang dada sambil menyandarkan punggungya di pinggiran kasur. Kedua mata Sunghoon terpejam dan ia menggenggam satu botol alkohol yang isinya tinggal sedikit. Di sekeliling pria itu juga terdapat banyak botol bekas alkohol yang sudah kosong.

Dengan langkah kaki gemetar, Ningning pun perlahan melangkah masuk dan berjongkok di samping Sunghoon.

"Sunghoon, aku pulang."

"Aku mohon maafin aku."

"Kamu boleh marah sama aku tapi please jangan lakuin hal apapun dan jangan sakiti siapapun, aku nggak mau kamu kenapa-napa." ujar Ningning sambil mengelus pelan punggung tangan pria itu.

"Aku sayang sama kamu, Sunghoon."

Beberapa saat tidak ada respon, pria itu akhirnya mengerjap pelan.

"Sayang?" gumam Sunghoon saat akhirnya ia sadar kalau Ningning ada di sampingnya.

"Please, maafin aku ya."

"Sayang,"

Dengan susah payah, Sunghoon mengangkat kepalanya dan membuka matanya, menyorot ke arah Ningning yang menatapnya dengan takut.

"Kamu kenapa ninggalin aku?" tanya Sunghoon lirih.

"Aku— aku sama sekali nggak ninggalin kamu."

"Kamu ninggalin aku, sayang."

Obsession || Wangice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang