.26.

487 70 16
                                    

Ningning merapatkan cardigannya sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Hari ini ia sudah ada janji dengan Irene untuk check up kandungannya di trimester ketiganya.

Ningning mengelus perutnya yang sudah membesar karena usianya sudah menginjak delapan bulan. 

Ningning menghela napas pelan. Setiap hari ia selalu tidak pernah berhenti berdoa agar ia bisa melahirkan anaknya dengan selamat dan juga selalu bersyukur karena Tuhan masih menjaganya dan juga anaknya dengan baik hingga saat ini, meski ia tahu dosanya di masa lalu sudah tidak terhitung seberapa banyaknya.

Sampai di usia kandungannya yang ke delapan bulan ini Ningning sudah merasakan banyak hal yang tidak mudah dalam hidupnya.

Pertama, hampir setiap hari bentakan, hinaan, siksaan seperti sudah menjadi makanan wajibnya. Apalagi sejak Ningning menjadi begitu dekat dengan Irene. Rose, ibu mertuanya tidak segan-segan bahkan meludahi wajah Ningning sekalipun.

Kedua, Jay sudah terang-terangan menjalin hubungan dengan Yuna meskipun hanya Ningning yang mengetahuinya. Jay sering mengajak Yuna menginap bahkan tidur di kamarnya dengan Ningning saat tidak ada Jaehyun dan Rose di rumah. 

Ningning sama sekali tidak cemburu. Jujur saja perasaannya pada Jay sudah benar-benar hambar. Ia lebih mencintai anak dalam kandungannya sekarang daripada pria iblis itu.

Ketiga, hidup Ningning benar-benar tidak aman sekarang. Ia sudah empat kali hampir di celakai oleh orang tidak di kenal saat dirinya berada di luar rumah. 

Ningning tahu kalau itu adalah perbuatan Karina dan Ningning sangat bersyukur karena ketiga sahabatnya, Winter, Jake dan Heeseung benar-benar menepati janji mereka untuk selalu melindungi dirinya dari jauh.

Ningning menoleh saat melihat Jay melangkah masuk ke dalam kamarnya. "Udah di tungguin sama Tante Irene, buruan turun sana."

Ningning mengangguk dan menyambar tasnya di meja rias.

"Kalau udah selesai, langsung pulang. Jangan keluyuran mulu. Ingat, ini terakhir kamu aku izinin keluar sama Tante Irene. Satu bulan lagi kamu udah lahiran dan aku tidak mau bayi itu ada di rumah ini."

"Bilang sama Tante Irene, waktu kamu lahiran nanti, langsung ambil cucunya di rumah sakit. Aku gak izinin sedikit pun kamu bawa bayi sialan itu ke rumah ini."

Ningning menghela napas pelan, menatap Jay dengan malas. "Udah? Apalagi?"

"Hari ini aku ada janji sama Yuna. Nanti kalo mama nanya, bilang aku lagi ada urusan kerjaan. Awas kalo sampai kamu ngomong aneh-aneh."

Sembari mengangguk pelan, Ningning pun langsung melangkah pergi dari hadapan Jay. Rasanya ia sudah benar-benar muak. Entah rumah tangga macam apa yang sedang ia jalani sekarang. Jika saja tidak karena memikirkan keselamatan Sunghoon, mungkin Ningning sudah meminta cerai dari Jay Park.

Sekitar setengah jam berlalu, check up ketiganya akhirnya selesai. Irene tersenyum saat seorang dokter kandungan yang mengecek kandungan Ningning itu memberikan foto hasil USG gadis itu.

"Ibu Yizhuo, bayinya sangat sehat. Satu bulan lagi masa lahiran, tolong di jaga baik-baik ya kesehatannya. Jangan sampai kecapekan, jangan stress dan jaga pola makannya juga. Setiap pagi rutin jalan-jalan santai ya biar nanti saat proses kelahirannya bisa lebih mudah."

Ningning mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Dokter. Terimakasih."

Setelah berbincang sebentar, Irene dan Ningning pun akhirnya keluar dari ruangan itu. Senyum Irene sama sekali tidak pudar, ia terus memandangi foto USG cucunya tersebut.

"Sunghoon pasti seneng banget. Gakpapa kan kalo Mama juga kasih foto USG ini sama dia, Ning?"

Ningning mengangguk. "Gakpapa kok, Ma." ujar Ningning sambil tersenyum. 

Obsession || Wangice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang