.09.

672 85 14
                                    

Hari ini tepat satu minggu Ningning menjalin hubungan dengan Sunghoon dan Ningning sudah menemukan banyak hal yang tidak terduga dari pria itu. 

Sunghoon yang selama ini Ningning kenal sangat cuek dan dingin itu ternyata ia begitu manja saat bersama Ningning. Sunghoon juga begitu posesif, seolah yang boleh menyentuh Ningning hanya dirinya seorang.

Sunghoon juga sangat benci saat Ningning menyebut dirinya sebagai selingkuhan karena Sunghoon sama sekali tidak merasa telah merebut Ningning dari Jay.

Aku sama sekali nggak ngerebut kamu dari siapapun, termasuk Jay. Kita menjalin hubungan ini karena kita sama-sama suka.

Tapi aku pacar Jay.

Gak ada aturan di dunia ini yang melarang menjalin hubungan dengan lebih dari satu orang.

Dari semua hal tidak terduga itu, ada satu hal yang membuat Ningning cukup tercengang. Ningning baru tahu kalau ternyata hubungan Sunghoon dengan kedua orang tuanya tidak baik-baik saja. 

Sejak Sunghoon berusia 12 tahun, kedua orang tuanya sudah tidak tinggal bersama. Keduanya sama-sama memiliki kekasih simpanan. Jika saja bukan karena sama-sama egois mempertahankan warisan keluarga, mungkin orang tua Sunghoon sudah bercerai sejak dulu karena memang sejak menikah keduanya tidak pernah cocok satu sama lain.

Ningning juga baru tahu kalau selama ini Sunghoon sering di banding-bandingkan dengan Jay, tidak hanya oleh orang tuanya, namun juga seluruh keluarga besarnya karena usia mereka hanya selisih sedikit, Jay hanya empat bulan lebih tua dari Sunghoon.

Ningning yang selama ini merasa bahwa Sunghoon adalah pria toxic, tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia merasa kasihan dengannya.

"Kamu habis ngapain lagi sampe lebam-lebam begini?"

Sunghoon tersenyum kecil, menatap raut wajah khawatir Ningning tanpa berkedip. "Nggak ngapa-ngapain, sayang."

"Sunghoon." Ningning menghela napas pelan.

"Aku cuma berantakin kerjaan papa tadi dikit." cengir Sunghoon.

"Ngapain? Kamu gabut, kurang kerjaan atau gimana, hah?" tatap Ningning kesal.

"Sengaja sih biar dapat bogem."

"Keuntungannya apa? Gak jelas banget."

"Jelas lah. Soalnya aku suka kalau kamu khawatirin kayak gini."

Ningning berdecak pelan dan beranjak berdiri dari hadapan Sunghoon. "Diem dulu, aku ambilin kompresan."

Sunghoon mengangguk patuh. Dari tempatnya berada, tatapan Sunghoon sama sekali tidak lepas dari kekasihnya itu. Hati Sunghoon benar-benar terasa hangat melihat bagaimana Ningning begitu perhatian padanya. Hal yang paling sulit Sunghoon dapatkan dalam hidupnya.

"Besok-besok ulangin lagi. Kalo belum babak belur, nggak usah pulang." omel Ningning, raut kekesalannya tidak bisa ia tahan lagi.

"I'm so sorry, beib."

Ningning terdiam sejenak. Ia masih fokus mengompres luka di pipi dan bibir Sunghoon. "Aku nggak suka kamu terus cari-cari masalah kayak gini. Kamu nggak harus ngelakuin hal gak jelas cuma agar dapat perhatian dari aku."

"Nanti kalo gak gini, kamu lebih perhatian sama Jay."

"Enggak—"

"Buktinya semalam. Berapa jam kamu video call sama Jay cuma gara-gara dia habis kepleset di tangga? Lebay banget sampai bikin orang gak bisa tidur." cerocos Sunghoon. Ia kesal sekaligus cemburu pastinya.

"Aku gak mau kalo sampai Jay curiga."

"Kamu takut banget ya di putusin sama Jay?"

Ningning terdiam, membalas tatapan Sunghoon. "Kamu pasti paham maksud aku."

Obsession || Wangice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang