Sehari telah berlalu sejak aku tiba di regresi ke-1863.
Daerah Gwanghwamun basah karena hujan gelap yang telah turun sejak semalam. Segera setelah hujan turun, monster-monster yang bersembunyi di antara reruntuhan mulai terbangun satu per satu. Muncul monster serupa gajah yang aku lihat ketika pertama kali tiba di sini dan ada pula monster yang mirip seperti seekor gurita besar. Yang paling menakutkan adalah bayi yang seukuran dengan sebuah gedung besar.
Ada banyak jenis outer god, tapi tidak semuanya memiliki nama seperti 'Eater of Dreams' ataupun 'Indescribable Distance'. Di antara mereka, ada banyak yang 'tidak memiliki nama' dan hidup tanpa ego yang pasti.
Aku melihat bayi berpopok yang sedang mendorong kota layaknya sebuah buldoser. Aku memilih untuk bersembunyi sambil menahan napas.
... Sejujurnya dibanding bayi itu, mungkin akulah yang lebih membutuhkan popok.
[Konstelasi 'Lily Pin of Aquarius' menatapmu.]
Sudah beberapa jam berlalu sejak kedua malaikat agung itu kembali tertidur, tanda bahwa mereka sedang mencoba menghemat energi.
Lily putih di mantelku bergetar, seolah kekuatannya sudah kembali. Gabriel.
"Kau sudah bangun?"
[Kenapa kau membuat pilihan itu?]
"Pilihan apa?"
[Kau masih berani bertanya?]
"Tidak ada jalan lain."
Aku mendengar bunyi berderit dan hentakan kaki dari kejauhan. Kupikir terjadi sesuatu yang menyusahkan, tapi ternyata aku hanya mendapati satu kaki gajah yang terkoyak. Dari bekasnya, kaki gajah itu tampak seperti baru saja terpotong oleh suatu kekuatan yang luar biasa. Seorang pria jangkung berjalan mendekat ke arahku sambil menyeret kaki yang telah terputus itu. Dia adalah monster sebenarnya dari skenario ini, Yoo Joonghyuk.
Layaknya hembusan napas, kelopak bunga itu kembali bergetar. [Kupikir dia akan mati ... Kenapa dia masih memegang pedang?]
"Dia bisa saja langsung bunuh diri. Yah, aku tidak berpikir bahwa hal itu akan terjadi sekarang."
Aku berbicara sambil mengayunkan Splitting the Sky Sword milik Yoo Joonghyuk di udara. Memang mengejutkan, tetapi aku tidak membunuh Yoo Joonghyuk.
Gabriel terdiam sesaat sebelum kemudian bergumam dengan suara kecil. [Apa yang Uriel sukai dari pria ini ...?]
"Uriel? Ah, apa Uriel baik-baik saja?"
[Bagaimana aku tahu?]
Reaksinya sedikit berlebihan. Saat aku hendak bertanya kembali, Indirect message lain datang.
[Konstelasi 'Commander of the Red Cosmos' menatapmu.]
Malaikat yang sulit aku hadapi juga terbangun. Jophiel terbangun dan langsung mengatakan pokok permasalahannya. [Kau membiarkannya tetap hidup?]
Alih-alih menjawab, aku memilih untuk memperhatikan Yoo Joonghyuk dan menerima kaki gajah yang ia bawa. Itu adalah kaki yang penuh daging. Kaki gajah itu mengandung kisah yang sangat kaya dan jernih. Aku mengalihkan pandangan ke arah Yoo Joonghyuk yang sedang menatapku dengan sorot mata kosong. Jophiel membuka mulutnya lagi.
[Kau tahu jika dia tidak boleh dibiarkan tetap hidup, kan? Skenario yang kau terima adalah ...]
"Kematian Yoo Joonghyuk."
Akan lebih baik jika aku bisa berbohong, tetapi sudah terlambat untuk menipu kedua malaikat agung itu. Mereka pasti sudah melihat jendela skenario yang kuterima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Mahatahu [Volume 3]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 3 (Chapter 285-372) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. N...