Sudah seminggu berlalu sejak Yoo Joonghyuk menghilang. Sementara itu, suasana Kim Dokja's Company jadi sedikit berubah.
Semuanya menjadi pendiam. Alih-alih mengekspresikan atau membicarakannya, mereka semua hanya terus berlatih dalam diam. Jung Heewon adalah salah satunya. Mereka melatih skill dan tubuh mereka ... mereka terus berpura-pura melakukan hal itu sambil memperhatikan seseorang. "Ah, aku sudah tidak tahan lagi! Sampai kapan suasana ini akan bertahan?"
Lee Hyunsung, yang sedang menggunakan Great Mountain Push untuk memukul tanah, dikejutkan oleh seruan Jung Heewon. Shin Yoosung yang sedang menggunakan Advanced Diverse Communication juga tersentak. Yang paling terkejut adalah Lee Jihye yang sedang berlatih Kendo.
Jung Heewon menekannya. "Jihye, kau! Apa kau benar-benar tidak mau berbicara dengan Dokja-ssi lagi?"
"... Aku tidak tahu."
"Apa kau masih marah? Bagaimanapun juga kau harus tetap berbicara dengannya."
Lee Jihye berteriak, "Aku tidak marah! Kalau dipikir-pikir, ini sama sekali bukan masalah besar ... ini mirip dengan para prophet. Aku tahu bahwa Ahjussi adalah orang yang baik. Aku hanya kesal karena dia menyebut kata 'karakter'!"
Sudah seminggu berlalu sejak Kim Dokja menjatuhkan bom di atas kepala mereka. Para anggota party merenungkan kata-kata yang diucapkan oleh Kim Dokja dengan cara mereka masing-masing.
Singkatnya, seperti inilah perasaan mereka.
Pada hari pertama, semua anggota party benar-benar terkejut.
Pada hari kedua, mereka berpikir bahwa itu mirip dengan apa yang selama ini terjadi (Jung Heewon berkata, "Kalau dipikir-pikir, ini sama dengan para konstelasi.")
Di hari ketiga, beberapa orang kagum dengan novel tersebut (Lee Seolhwa berkata, "Seberapa penting aku?")
Di hari keempat, mereka berpikir bahwa jika Kim Dokja membaca novel itu, maka dia bisa dianggap sebagai dewa di dunia ini (Lee Gilyoung berkata, "Aku tahu bahwa hyung adalah dewa.")
Pada hari kelima, ada orang yang mengklaim bahwa yang seharusnya dihibur itu Kim Dokja, bukan anggota party (Shin Yoosung berkata, "Mungkin saat ini dialah yang paling kesulitan.")
Lee Hyunsung mendengar cerita itu dan berkata, "Tentu saja, kita tidak tahu bagaimana perasaan Dokja-ssi sekarang. Beberapa hari yang lalu, Joonghyuk-ssi menghilang..."
Para anggota party mengangguk setuju dengan ucapan Lee Hyunsung. Lantas tatapan mereka semua kembali terfokus kepada Lee Jihye. "Jihye."
Lee Jihye berteriak dengan wajah memerah. "Ah, maksudku! Bagaimana aku bisa mengatakan sesuatu jika Ahjussi terus bertingkah seperti orang mati?"
"Tetap saja..."
"Lagi pula kenapa Dokja ahjussi tidak mengatakan apapun? Selama ini dia terus menipu kita..."
"Jihye." Jung Heewon menegur dan Lee Jihye menundukkan kepalanya. Jung Heewon melanjutkan, "Kita tidak boleh menghakimi pilihan Dokja-ssi hanya karena tidak bisa memahaminya. Aku tidak tahu alasannya, tapi itu pasti penting bagi Dokja-ssi. Dokja-ssi pasti memikirkannya dengan caranya sendiri."
"Eonni, apa menurutmu kita hanya sekedar karakter?"
"Aku juga tidak tahu. Namun, bagaimana jika kita adalah karakter yang hidup dalam sebuah skenario? Jika novel semacam itu memang ada, itu tetap bukan salah Dokja-ssi."
Itu masuk akal. Bukan Kim Dokja yang menciptakan dunia ini. Dia hanya seorang pembaca yang tidak sengaja membaca novel itu. Karakter dalam novel ... begitulah adanya. Sejak skenario sialan ini dimulai, mereka adalah boneka dari para konstelasi. Mendengar cerita semacam itu sekarang ... rasanya tidak terlalu nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Mahatahu [Volume 3]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 3 (Chapter 285-372) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. N...