Tekstur dari tangan kecil itu terasa seperti bulu di kepalaku. Berbagai kegelisahan di lubuk hatiku sontak hancur dalam seketika. Mungkin dia mengenaliku.
Dia mendongak dan mata Shin Yoosung yang jernih bisa kulihat dengan jelas. "... Ahjussi?"
***
Setelah beberapa saat kemudian, aku menaiki naga chimera yang terbang membelah udara. Tepatnya, bukan hanya aku, tetapi para returnee yang memiliki penampilan yang sama denganku juga. Empat di kaki, dua di sayap, tiga di ekor dan ... aku. Sebanyak 10 orang returnee menaiki naga ini dan terbang ke Seoul.
Aku berbicara untuk menyemangati para returnee yang mengalami mabuk perjalanan. "Seoul masih cukup jauh. Bertahanlah, semuanya."
"Ugh, aku tidak bisa lagi..." Flying Fox menggerutu.
"Jalur udara akan lebih aman untuk kita. Mungkin akan ada resiko yang tak terduga jika kita berkeliaran di darat."
"Yah ... kurasa jika bro sudah mengatakan ini, lebih baik ikuti saja. Ngomong-ngomong, apakah dia anakmu, bro?"
Sepertinya yang dia maksud itu Shin Yoosung, jadi aku mengangguk. "Ya, yah ... bisa dibilang begitu."
Shin Yoosung adalah inkarnasiku dan dia memang istimewa, seperti anakku
"... Huh, kau pasti mengalami banyak kesulitan di usia muda. Bagaimana dengan istrimu?"
Sedari awal aku memang tidak pernah menikah. Tampaknya Flying Fox menganggap jika aksi bungkamku itu adalah pertanda bahwa aku enggan menjelaskan. Jadi, dia hanya menatapku sedang sorot mata penuh simpati. Aku menoleh dan mendapati para returnee yang memasang ekspresi serupa.
"Ck ck, kasihan sekali..."
"Yah, ayo kita lakukan yang terbaik mulai sekarang. Setelah skenario ini berakhir, kita bisa bertemu kembali dengan keluarga kita."
"Bro! Bersemangatlah!"
Sentimen semacam ini memang paling cocok untuk ditujukan kepada para returnee yang memiliki keluarga atau kekasih. Bagaimanapun juga, segalanya berjalan dengan lebih baik dari yang aku harapkan. Tapi di sisi lain...
"Apa yang membuat kalian begitu berisik? Apa kalian tidak bisa mendengarkan dengan tenang?"
Mendengar kata-kata Lee Jihye, para returnee itu langsung menutup mulut mereka. Seolah masih tak percaya, Lee Jihye melirikku dan berkata pada Shin Yoosung, "Jika nanti terjadi masalah, itu semua adalah salahmu. Kau mengerti, kan?"
Shin Yoosung mengangguk.
Beberapa puluh menit yang lalu, Shin Yoosung mengatakan ini kepada Lee Jihye dan Lee Gilyoung. "Kurasa cumi-cumi itu adalah Dokja ahjussi."
Lee Jihye, yang tadi memotong rambutku, menjatuhkan rahangnya. Sementara Lee Gilyoung, yang ingin memotong kakiku, terpaku dengan tubuh menegang. Yah, reaksi kedua anak itu tampak sama.
"... Ini Dokja ahjussi?"
"Hyung tidak mungkin jadi cumi-cumi, idiot!"
Shin Yoosung berteriak, "Sungguh! Ini benar-benar Dokja ahjussi!"
Kami telah terbang selama puluhan menit, tetapi pertengkaran mereka masih terus berlanjut.
"Kau pasti mulai tidak waras lagi ... Gilyoung, sudah berapa kali dia begitu?"
"Lima atau enam kali."
Angin sepoi-sepoi bertiup ke wajah kami. Shin Yoosung duduk di sampingku dan menghela napas, menunjukkan kekesalannya.
"Ahjussi..."
[Raja iblis 'Demon King of Salvation' membuktikan keberadaannya.]
[Penalti skenario telah mengubah indirect message Anda.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Pandang Pembaca Mahatahu [Volume 3]
FantasyTerjemahan Bahasa Indonesia dari Novel Omniscient Reader's Viewpoint Volume 3 (Chapter 285-372) karya Singshong Kim Dokja hanyalah pekerja kantoran biasa yang memiliki hobi membaca web novel favoritnya, 'Three Ways to Survive in the Ruined World'. N...